Tampilkan postingan dengan label Budidaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budidaya. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 Mei 2015

BUDIDAYA CACING SUTRA (TUBIFEK)

 I.           PENDAHULUAN
Cacing sutra/tubifek merupakan salah satu jenis pakan alternatif bagi ikan lele ukuran bibit. Cacing tubifek dikenal juga dengan sebutan cacing rambut. Tubuhnya berukuran kecil, ramping, bulat dan terdiri atas 30-60 segmen. Tubuh cacing tubifek terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya antara 10-30 mm dengan warna tubuh kemerah-merahan. Spesies ini mempunyai saluran pencernaan berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus.
Cacing tubifek biasanya hidup di saluran air yang jernih dan sedikit mengalir dengan dasar perairan mengandung banyak bahan organik yang dijadikan makanannya. Cacing ini hidup berkoloni, bagian ekornya berada di permukaan dan berfungsi sebagai alat bernafas dengan cara difusi langsung dari udara.
Sebagaimana cacing lain,spesies ini merupakan jenis hermaprodit dan berkembang biak dengan cara bertelur dari betina yang telah matang telur. Telur cacing tubifek terjadi dalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk blat dan dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya. Telur yang ada dalam kokon mengalami pembelahan, selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari, embrio cacing akan keluar dari kokon.
Budidaya cacing tubifek dapat dilakukan di parit beton atau pada kolam. Kolam yang digunakan bisa berukuran kecil atau besar yang diberi petakan papan di dalmnya.
                                                                                 
II.          CARA BUDIDAYA DI PARIT


Wadah untuk membudidayakan cacing tubifek adalah parit beton atau kotak kayu dengan lebar 50 cm panjang 5-10 m, lebar 50 cm dan tinggi 20-30 cm, yang telah dilapisi plastik. Media budidaya yang digunakan berupa campuran kotoran ayam segar dan lumpur kolam dengan perbandingan 1 : 1. media ini diratakan di dasar parit dengan ketebalan 5 cm dan selanjutnya diairi dengan debet 900 per menit.
Sehari setelah media diairi air, bibit cacing tubifek ditebarkan sebanyak 2 g untuk setiap meter persegi media. Untuk menjaga keberadaan pakan cacing, setiap minggu sekali dilakukan pemupukan dgn kotoran ayam yg diberikan untuk pemupukan ulang sebanyak 9 % dari jumlah kotoran ayam awal.
Setelah 2 bulan pemeliharaan, cacing sudah dapat dipanen. Selanjutnya panen dilakukan setiap 2 minggu sekali. Cara memanennya, cacing diambil secara acak pada populasi yang padat dgn bantuan serokan kemudian dimasukan ke ember yg sdh diberi air. Cacing yang diambil biasanya masih kotor karena media pemeliharaan ikut terbawa. Agar cacing keluar dari medianya, permukaan ember ditutup selama 6 jam. Biasanya setelah 6 jam cacing akan naik ke permukaan air. Cacing yang bergerombol di permukan ini selanjutnya diambil dengan tangan.

III.        CARA BUDIDAYA DI KOLAM

Pada prinsipnya, budidaya cacing tubifek  di kolam sama dengan budidaya di parit. Untuk itu, kolam dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tercipta suasana seperti parit tempat budidaya cacing. Untuk keperluan ini bisa digunakan papan-papan kayu yang dibuat berbentuk kubus dgn ukuran sekitar (1x1)m. Pada dua sudut kotak yang berseberangan secara diagonal dibuat coakan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet.
Kotak-kotak ini ditanam sebagian di dasar kolam dengan bagian yang menonjol ke permukaan sekitar 10 cm. Karena  posisi coakan sebagai inlet dan outlet maka coakan ini sebaiknya terletak di bagian yang tidak ditanam. Bagian tanah di dalam kotak digemburkan dengan dicangkul selanjutnya dipupuk. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang yang telah bersih dari bahan-bahan lain dan dihaluskan. Pupuk ini dicampurkan dengan tanah dalam kotak secara merata. Setelah proses pemupukan selesai, kolam diisi air dengan ketinggian sekitar 5 cm. biarkan selama 3-4 hari untuk proses pembusukan.
Aliran air ke dalam kolam dikontrol dan diusahakan debet air yang mengalir ke dalam kolam dan masing-masing kotak relatif kecil. Bibit cacing dapat ditanam dengan membuat lubang di tanah kemudian bibit tersebut dimasukan ke dalam lubang tersebut. Selama masa pemeliharaan, aliran air harus dikontrol dan jangan sampai kolam kekeringan. Panen dilakukan dengan mengambil cacing menggunakan cangkul kecil secara acak pada populasi yang padat.



readmore »»  

Senin, 11 Mei 2015

BUDIDAYA IKAN SISTEM KELAMIN TUNGGAL LEBIH MENGUNTUNGKAN

Di kalangan pembudidaya ikan atau pelaku utama perikanan di Bali, budi daya ikan sistem. kelamin tunggal tampaknya belum  populer. Boleh jadi karena promosinya yang kurang,  sistem budidaya ikan kelamin tunggal ini akhirnya  hanya diterapkan oleh lembaga perikanan milik pemerintah  atau oleh kalangan perngusaha saja. Padahal, sistem budi daya ikan kelamin tunggal ini teruji meng­untungkan. Ikan lebih cepat bongsor dalam waktu yang relatif singkat.

Di mancanegara, seperti di Is­rael, budi daya ikan sistem kela­min tunggal untuk jenis ikan karper atau ikan mas(Cyprinus carpio) telah mulai diperkenalkan sejak tahun 1960. Sedangkan di Indonesia sekitar pertengahan tahun 1980-an. De­mikian juga halnya dengan jenis ikan nila (Oreochromis niloticus) mulai dipopulerkan pada kurun waktu tersebut.

Pada budi daya ikan sistem ke­lamin tunggal ini, prinsip atau tekniknya sama seperti pada budi daya ikan yang telah dikenal pe­mbudidaya ikan selama ini, yakni sistem campuran. Yang membedakanya, adalah jenis kelamin ikan yang di budidayakan. Pada sistem kela­min tunggal ini, dalam satu wa­dah budi daya hanya ikan berjenis kelamin jantan atau betina saja.

Melalui pemisahan jenis kela­min dalam satu wadah budi daya ini, praktis aktivitas seksual (pe­mijahan) ikan dapat dihindari. Mohon maklum saja, aktivitas  seksual ini memang dapat menghambat pertumbuhan ikan. Oleh karena itu, terjadinya pemijahan pada wadah pembesaran ikan ha­rus dicegah agar ikan dapat tumbuh lebih optimal.

Dari banyak jenis ikan air ta­war yang ada, untuk saat ini tampaknya jenis ikan mas dan ikan nila  merupakan jenis ikan yang berpeluang untuk dibudidayakan dengan sistem kelamin tunggal. Alasannya, kedua jenis ikan ini disukai masyarakat dan banyak diserbu pembeli. Selain itu, dari hasil penelitian dan kaji terap selama ini, kedua jenis ikan ini teruji lebih menguntungkan bila dibudidayakan dengan sis­tem kelamin tunggal. 


Untuk jenis ikan mas, bila akan dipelihara dengan sistem kelamin tunggal, sebaiknya dipilih yang berkelamin betina. Se­dangkan untuk ikan nila, dipilih yang berkelamin jantan. Dari hasil penelitian, ikan mas betina terbukti lebih cepat tumbuh sekitar 15 – 20 persen  dibanding  ikan mas jantan. Demikian juga nila jantan, lebih cepat tumbuh bongsor disbanding nila betina.

TEKNIK BUDIDAYA

Untuk rnenerapkan budi daya ikan sistem kelamin tunggal ini, caranya cukup mudah. Langkah awal, tentu saja harus memisahkan benih ikan berdasarkan jenis kelaminnya. Cara ilmiah untuk “mencetak” ikan berkelamin jantan atau betina sebenarnya bisa dilakukan dengan penggunaan hormon atau rekayasa genetika. Selain memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus, cara ini memang sulit diterapkan oleh pembudidaya ikan di lapangan.

Untuk itu, kita bisa memilih dan menentukan jenis kelamin ikan yang akan dipelihara secara ma­nual, yakni mengamati kelamin ikan satu per satu. Untuk membedakan kelamin ikan mas cukup dengan mengurut perutnya secara pelan. Ikan mas jantan (minimal berukuran 50 gram) akan mengeluarkan cairan sperma berwama putih melalui lubang  (urogenital)  dekat anusnya. Ikan mas hasil seleksi yang berkelamin jantan ini, kemudian disisihkan untuk ditempatkan da­lam wadah tersendiri  dan hanya yang berkelamin  betina saja yang dipilih untuk dibesarkan.

Sementara untuk jenis ikan nila, caranya sama saja. Ikan nila jantan, bila diurut perutnya ke arah anus akan mengeluarkan cairan bening. Bila diamati lebih seksama, pada bagian perut nila terdapat organ kelamin sekunder yang terletak di belakang anus. Lubang ini bentuknva bulat. dengan satu lubang kecil. Kalau tidak mau repot, saat ini sudah ada ikan nila berkelamin jantan yang diproduksi oleh lembaga perbenihan. Jenis nila ini di antaranya adalah Nila Gesit atau Nila YY  (dibaca:  Nila way way)

Benih yang sudah diseleksi se­suai jenis kelaminnya tersebut, selanjutnya dapat dipelihara di kolam,  keramba, atau jaring apung untuk dibesarkan. Ikan yang berkelamin jantan, disatukan dengan sesama jantan. Demi­kian juga dengan yang betina, di­pelihara dalam satu wadah de­ngan sesamanya yang berkelamin betina.

Selama masa pemeliharaan, pemberian pakan yang berkuali­tas jangan sampai diabaikan. Idealnya, jenis pakan yang diberikan adalah pakan buatan berupa pelet yang mengandung protein minimal 20 persen. Pakan ini diberi­kan dengan dosis 3 -5  persen per hari. Selain itu, kualitas air perlu te­tap diperliatikan agar tetap sesuai dan ideal bagi pertuinbuhan ikan.

Bila teknik pemeliharaan dila­kukan dengan baik dan benar, kita boleh  berharap untung dari budi daya ikan sistem kelamin tung­gal ini. Dalam waktu yang relatif singkat, ikan mas betina (atau ikan nila merah jantan) akan tumbuh lebih bongsor disbanding temannya yang dipelihara dengan sistem kelamin campuran jantan dan betina dalam satu wadah budidaya.

Hasil pengujian dan penelitian, ikan mas/karper betina, ternyata tumbuh lebih bongsor 15-20 % dibanding ikan karper berkelamin jantan.
readmore »»  

Rabu, 25 Maret 2015

MEMBEDAKAN KELAMIN JANTAN DAN BETINA dan MEMILIH INDUK LOBSTER AIR TAWAR

Sebelum melakukan pembenihan pembudidaya lobster harus dapat mengetahui terlebih dulu perbedaan antara lobster jantan dan betina. Cara membedakan kelamin yang paling muda adalah menggunakan teknis visual dari atas. Lobster jantan dapat di lihat jika pada capik sebelah luarnya terdapat bercak berwarna merah. Namun, tanda merah itu baru muncul ketika lobster berumur 3-4 bulan atau setelah lobster berukuran 3 inc (7 cm). Tanda merah ini juga merupakan tanda lobster jantan telah siap kawin (matang gonad). Sedangkan pada lobster betina di bagian yang sama tidak tampak tonjolan (penis). Ciri lobster betina adalah terdapat lubang pada pangkal kaki ketiga dari bawah (ekor). Lubang tersebut adalah kelamin lobster betina dan tempat mengeluarkan telurnya.

Untuk memilih indukan losbter air tawar, berikut tipsnya : 
1.  Pilih indukan yang berukuran di atas 4 inci (10 cm) atau berumur di atas 5-6 bulan karena lobster seperti ini akan memiliki jumlah anakan cukup banyak. Tips memilih calon indukan yang berkualitas;
2.    Pilih indukan yang pertumbuhannya paling cepat di antara lobster-lobster yang lain
3.    Beli indukan di tempat penjual indukan yang telah bersertifikat
4. Perhatikan kelaminnya, jangan pilih lobster yang ”banci”. Pasalnya ada indukan yang mempunyai indukan betina, tetapi juga memiliki kelamin jantan (sering di sebut dengan lobster banci). Lobster tersebut kemungkinan besar tidak bisa bertelur
5.  Pilih lobster yang badannya gemuk. Hindari memilih indukan yang kepalanya besar tetapi tubuh dan ekornya kecil. Ciri tersebut menandakan lobster kurang makan.
6.    Kawinkan lobster minimum ketika berumur 4 inci atau kira-kira berumur 5-6 bulan. Semakin kecil (muda) lobster di kawinkan, pertumbuhan anakannya akan selalu lambat. Misalnya, jika mengawinkan lobster ukuran 3 inci (7,5 cm) dan 4 inci (10 cm) akan jauh lebih cepat daripada yang 3 inci. Namun, bukan berarti ukuran tubuh anakan lobster 3 inci tidak bisa melebihi tubuh induknya. Lobster tersebut tetap bisa tumbuh melebihi induknya tetapi prosesnya lebih lambat. Lobster ukuran 3 inci memiliki jumlah telur maksimum 50 butir, sedangkan lobster berukuran 4 inci bisa menghasilkan telur 200 butir.
7.  Calon indukan lobster berkualitas bisa didapat dengan cara memisahkan lobster jantan dan betina ketika mereka berukuran 2 inci (5 cm). Paling bagus baru di kawinkan setelah masing-masing Mencapai ukuran maksimum 50 butir, sedangkan lobster berukuran 4 inci bisa menghasilkan telur 200 butir.
8.  Calon indukan lobster berkualitas bisa didapat dengan cara memisahkan lobster jantan dan betina ketika mereka berukuran 2 inci (5 cm). Paling bagus baru di kawinkan setelah masing-masing Mencapai ukuran minimum 4 inci (10 cm).
9.  Perlu juga diketahui asal usul lobster atau keluarganya pilih jenis lobster yang murni dari spesies tertentu agar pertumbuhan anakan lobster lebih baik

Sumber :
Kristiany, Maria GE dan Mulyanto. 2011. Budidaya Lobster Air Tawar. Materi Penyuluhan Perikanan. Pusat Penyuluhan KP – BPSDMKP. Jakarta
readmore »»  

Selasa, 03 Maret 2015

PERSIAPAN KOLAM TANAH UNTUK BUDIDAYA IKAN

Kolam tanah banyak ditemukan di tengah-tengah perkampungan dan pekarangan rumah. Kolam tanah air tenang, bisa dibuat di tempat-tempat dengan sumber air terbatas.
Kelebihan kolam tanah dibanding kolam tembok, kolam terpal atau akuarium adalah kekayaan hayatinya. Karena tanah yang menjadi dasar kolam merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai organisme yang menunjang kehidupan ikan. Organisme tersebut bisa bermanfaat juga sebagai pakan alami bagi ikan.
Biaya pembuatan kolam tanah relatif lebih murah dibanding jenis kolam lainnya. Kolam tanah juga lebih fleksibel, gampang dialih fungsikan untuk tujuan lain seperti sawah. Wajar bila banyak pembudidaya ikan tradisional masih menggunakan jenis kolam ini.
Untuk mengetahui bagaimana struktur dan cara membuat kolam tanah, silahkan baca artikel sebelumnya mengenai cara membuat kolam tanah.

TIPE KOLAM TANAH
Terdapat berbagai tipe kolam tanah yang dikenal saat ini. Diantaranya kolam tanah dengan tanggul tanah, kolam tanah dengan tanggul tembok atau batu, dan kolam tambak air payau.
Kolam tanah dengan tanggul tanah biasanya digunakan oleh para petani ikan tradisional. Pembuatan kolam tipe ini murah dan mudah. Namun pemeliharaannya perlu ketelatenan karena tanggul kolam mudah rusak dan bocor. Tanggul tanah juga seringkali dirusak binatang-binatang yang suka menggali seperti kepiting.
Kolam tanah dengan tanggul tembok disebut juga kolam semi intensif, kolam ini lebih awet dan tahan lama. Tanggul kolam juga tidak akan rusak diganggu binatang, kolam seperti ini bisa digunakan untuk budidaya ikan lele atau budidaya belut yang dikenal sering membuat lubang.
Kolam tanah dengan tanggul tanah dan tanggul tembok. (Gambar: Gusrina, 2008)

Tambak air payau biasanya digunakan oleh petani ikan yang dekat dengan laut. Tambak merupakan kolam air tenang dengan ukuran yang relatif besar. Biasanya tidak kurang dari 1000 m2 satu kolamnya. Sumber pengairan tambak berasal dari air laut atau muara sungai. Sehingga air kolam tambak rasanya payau.
PEMBAJAKAN TANAH
Dasar kolam yang telah dikeringkan dan dijemur, selanjutnya diolah dengan cara dibajak atau dicangkul. Kedalaman pembajakan sekitar 10 cm. Pembajakan tanah berfungsi untuk membalik tanah agar tanah menjadi gembur.
Bersamaan dengan pembajakan, angkat lumpur hitam yang biasanya tersisa di dasar kolam. Lumpur hitam tersebut terbentuk dari sisa pakan yang tidak habis dimakan ikan. Lumpur hitam biasanya menimbulkan aroma busuk dan mengandung gas beracun seperti hidrogen sulfida (H2S), nitrit (NO2) dan amoniak (NH3).
Disamping itu, lakukan pemeriksaan terhadap pematang atau tanggul-tanggul. Bila ada kebocoran atau rusak segera ditambal. Bersihkan juga dasar kolam dari kerikil dan sampah anorganik.

PENGERINGAN KOLAM
Pengeringan kolam tanah harus dilakukan setiap kali budidaya ikan dimulai. Caranya dengan mengosongkan isi kolam dan menjemur dasar kolam. Penjemuran berlangsung selama 3-7 hari tergantung cuaca dan jenis tanah.
Sebagai patokan, penjemuran sudah selesai apabila tanah terlihat retak-retak. Penjemuran yang terlalu lama akan menyebabkan tanah membatu. Sebaiknya jangan sampai seperti itu. Untuk mengukurnya, injak dasar kolam. Bila telapak kaki kita hanya meninggalkan jejak sedalam kurang lebih 1 cm, pengeringan sudah dianggap cukup. Bila jejak yang ditinggalkan masih dalam, penjemuran belum maksimal.
Pengeringan dasar kolam tanah dilakukan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit yang mungkin ada pada periode budidaya sebelumnya. Sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati dengan sinar matahari kekeringan. Selain itu, penjemuran juga membantu menghilangkan gas-gas beracun yang terperangkap di dasar kolam.

PENGAPURAN KOLAM TANAH
Kolam tanah yang telah dipakai budidaya ikan biasanya keasaman tanahnya meningkat (pH-nya turun). Oleh karena itu perlu dinetralkan dengan memberikan kapur pertanian atau dolomit. Derajat keasaman ideal bagi perkembangan ikan biasanya berkisar pH 7-8. Bila derajat keasaman tanah kurang dari itu perlu pengapuran.
Jumlah kapur yang diberikan untuk menetralkan pH sekitar 2 ton/ha. Namun jumlah pastinya harus disesuaikan dengan pH tanah dan jenis tanah. Pada jenis tanah liat berlumpur, takaran pengapuran untuk menetralkan pH tanah adalah sebagai berikut:
  • pH kurang dari 4,0  jumlah kapur 4 ton/ha
  • pH 4,0 – 4,4 jumlah kapur 3 ton/ha
  • pH 4,5 – 5,0 jumlah kapur 2,5 ton/ha
  • pH 5,1 – 5,5 jumlah kapur 2 ton/ha
  • pH 5,6 – 6,5 jumlah kapur 1 ton/ha
Dosis di atas perlu ditambah bila jenis tanahnya semakin dominan tanah liat. Sedangkan untuk tanah yang semakin berpasir, dosis pengapurannya dikurangi.
Pengapuran diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah, kapur diaduk dengan tanah yang telah dibajak hingga merata. Usahakan agar kapur tercampur hingga kedalaman 10 cm. setelah itu, kolam didiamkan 2 - 3 hari.

PEMUPUKAN KOLAM TANAH
Setelah proses pengapuran selesai, langkah selanjutnya adalah pemupukan. Sebaiknya gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar. Apabila dirasa kurang, bisa ditambahkan pupuk kimia atau penyubur tanah lainnya. Pupuk organik mutlak diperlukan untuk mengembalikan kesuburan tanah.
Pupuk organik akan merangsang aktivitas kehidupan dalam tanah. Tanah yang kaya bahan organik merupakan surga bagi berbagai macam organisme untuk berkembang biak. Organisme tersebut nantinya sangat bermanfaat sebagai pakan alami ikan.
Jenis pupuk organik yang digunakan bisa pupuk kompos atau pupuk kandang. Dosisnya sekitar 1-2 ton per hektar. Pupuk ditebarkan secara merata di permukaan dasar kolam. Bila dirasa kurang, bisa ditambahkan pupuk kimia. Pupuk kimia yang sering dipakai untuk dasar kolam adalah urea dan TSP. Setelah dipupuk, kolam dibiarkan selama 1-2 minggu. Selanjutnya, kolam siap untuk diisi air.

PENGGENANGAN KOLAM
Tahap terakhir persiapan kolam tanah adalah penggenangan kolam dengan air. Caranya dilakukan secara bertahap. Pertama-tama genangi dasar kolam dengan air setinggi 10-15 cm. Dengan kedalaman air seperti ini sinar matahari masih bisa menembus dasar kolam. Sehingga berbagai macam tumbuhan dan hewan bisa berkembangbiak.
Biarkan kondisi tersebut selama 2-3 hari. Warna air akan terlihat kehijauan. Itu tandanya gangang sebagai makanan biota air dan ikan telah tumbuh. Setelah itu ketinggian air bisa dinaikkan hingga 60-75 cm dan kolam siap untuk ditebari benih ikan.

Referensi
  1. Ghufran Kordi. 1997. Budidaya ikan nila. Dahara Prize, Semarang.
  2. Gusrina. 2008. Budidaya ikan Jilid I [pdf]. Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
  3. Kholis Mahyuddin. 2012. Panduan lengkap agribisnis lele. Penebar Swadaya, Jakarta.








readmore »»  

BUDIDAYA KUTU AIR DAPHNIA DAN MOINA

Kutu air banyak digunakan untuk pakan benih ikan dan jenis ikan hias, sepertiikan cupang dan ikan guppy. Kandungan protein kutu air bisa mencapai 66% dan lemak 6%. Sehingga sangat cocok bagi benih ikan yang masih dalam tahap pertumbuhan.

Jenis kutu air yang paling mudah dibudidayakan dan ketersediaan bibitnya banyak adalah daphnia dan moina. Kedua jenis kutu air ini termasuk dalam keluargaarthopoda, kelas crustacea dan ordo caldocera. Keduanya merupakan jenis udang renik.

Jenis daphnia
Daphnia magna (Gambar: PLOS Biology)

Daphnia berbentuk lonjong agak pipih ukurannya sekitar 1-5 mm. Warna tubuh daphnia cokelat kemerahan. Bagian kepalanya mempunyai dua antena dan ekornya melancip. Di kolam, koloni daphnia akan terlihat seperti titik-titik merah yang mengambang bergerombol di permukaan air.
Daphnia banyak ditemukan di perairan air tawar seperti danau, rawa, waduk, kolam dan sungai. Tempat ideal bagi pertumbuhan daphnia adalah perairan dengan suhu 26-30oC dengan pH 6,5-7,5.
Daphnia bisa berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Dalam perkembanganbiakan aseksual, moina akan menghasilkan telur yang bisa menetas tanpa perlu dibuahi. Sedangkan pada perkembangbiakan seksual, daphnia jantan dan betina melakukan perkawinan dan menghasilkan anak.
Siklus hidup daphnia sekitar 34 hari dan bisa melahirkan anak setiap hari. Daphnia bertelur atau beranak dengan jumlah sekitar 39 ekor per hari. Pada jenis tertentu seperti daphnia magna, bisa bertelur hingga 100 ekor.

Jenis moina
Moina (Gambar: UNH Center for Freshwater Biology)

Ukuran tubuh moina lebih kecil dari daphnia, sekitar 0,9-1,8 mm. Warna tubuhnya cokelat kemerahan. Pada bagian perutnya terdapat 10 rambut getar atau silia, dan pada bagian punggungnya ditumbuhi rambut kasar. Di alam, koloni daphnia biasanya bercampur baur dengan moina, sehingga secara kasat mata kedua jenis zooplankton ini sulit dibedakan.
Moina dapat ditemukan di seluruh perairan air tawar seperti danau, rawa, waduk dan kolam. Suhu perairan ideal bagi pertumbuhan moina berkisar 24-30oC dengan pH 6,5-7,5
Sama dengan daphnia, moina juga bisa berkembang biak secara aseksual dan seksual. Siklus hidup moina jauh lebih pendek yaitu sekitar 13 hari. Dengan kemampuan bereproduksi sekitar 32 ekor per hari.

Budidaya kutu air
Budidaya kutu air daphnia dan moina bisa perlakukan sama. Karena habitat hidup, jenis makanan, dan tipe perkembangbiakannya relatif sama. Bibit daphnia dan mioina bisa didapatkan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBAT). Selain itu juga dicari di perairan seperti danau, kolam, waduk, sawah atau parit.
Kutu air biasanya bergerombol mengambang di permukaan air. Warnanya coklat kemerahan. Untuk mengambilnya gunakan jaring halus (plankton net). Daphnia dan monia bisa dikembangbiakan dalam berbagai media, seperti wadah fiber atau kolam.
Kolam yang digunakan sebaiknya kolam tanah, atau kolam semen dengan dasar tanah. Luas kolam tergantung kebutuhan, sebaiknya tidak terlalu besar untuk memudahkan perawatan. Sebelumnya dasar kolam dikapur terlebih dahulu, untuk menetralkan pH tanah dan menekan organisme patogen. Tahapannya sebagai berikut:

  • Keringkan terlebih dahulu dasar kolam dengan dijemur selama 2-3 hari. Kemudian lakukan pengapuran dengan dosis 1-2 kg/m2.
  • Kemudian tambahkan pupuk untuk menumbuhkan pakan plankton sebagai makanan daphnia dan moina. Jenisnya bisa pupuk kandang, seperti kotoran ayam sebanyak 2 kg/m2. Biarkan selama 3-5 hari.
  • Genangi kolam dengan air bersih sedalam 30 cm dan diamkan lagi selama 2-4 hari. Air kolam akan berubah menjadi cokelat kehijauan. Warna tersebut merupakan pertanda plankton dan tumbuhan renik lainnya telah berkembang dalam kolam. Penuhi kolam dengan air hingga ketinggian 50-60 cm.
  • Kolam siap ditebari dengan bibit daphnia dan moina. Dalam satu minggu akan terlihat warna kemerahan di permukaan kolam. Hal ini menandakan kutu air telah berkembang.
  • Perkembangbiakan kutu air akan mencapai puncaknya setelah 7-11 hari. Panen dilakukan dengan mengambil kutu air dengan jaring halus.
  • Cuci kutu air dengan air bersih sebelum diberikan pada ikan.
readmore »»  

Selasa, 27 Januari 2015

HYDRILLA TANAMAN AIR UNTUK BUDIDAYA

Hydrilla verticillata adalah tanaman yang selalu hidup didalam air dan memiliki kegunaan bagi beberapa Budidaya ikan. Hydrilla atau lebih sering disebut gulma air adalah tumbuhan tenggelam, biasanya berakar, hidup selamanya di air. Hydrilla dalam jumlah yang sesuai dengan ukuran kolam dapat menjadi nilai positif bagi budidaya ikan ataupun hiasan kolam. Kolam terlihat lebih cantik dan Hydrilla menjadi tempat untuk bermain ikan. Gulma atau Hydrilla dapat juga menjadi tempat untuk pemijahan ikan. Sperti ikan pedang

EFEK NEGATIF HYDRILLA TANAMAN AIR
Jumlah berlebihan pada hdrylla dapat menyebabkan perairan maupun pada dunia budidaya. Hydrilla verticillata dapat mempengaruhi ukuran ikan dan tingkat populasi di mana ikan predator tidak dapat berburu efektif dalam tikar tebal. 
Jumlah padat pada perairan juga mengganggu nelayan, menghambat saluran irigasi, memperlambat pengendalian banjir kanal, menciptakan air tergenang yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk, dan padatan atau seresahnya bahkan dapat menyebabkan banjir, dan mengubah kualitas air dengan menurunkan kadar oksigen dan peningkatan pH dan suhu air .

KLASIFIKASI HYDRILLA VERTISILLATA
Menurut (Alam Ikan 1), klasifikasi Hydrilla adalah sebagai berikut :
  • Filum       : Spermatophyta
  • Subfilum   : Angiospermae
  • Kelas        : Monokotelidon
  • Familia      : Hydrocharitaceae
  • Genus       : Hydrilla         
  • Spesies      : Hydrilla Verticillata
Ciri dari Hydrilla verticillata memiliki rimpang putih kekuningan tumbuh di sedimen bawah air yang tumbuh sampai dengan kedalaman 2 m. Hydrilla adalah tanaman produktif, yang tumbuh dengan cepat dalam air dan dapat berkembang dari beberapa sentimeter sampai 20 meter. Daun kecil (1 / 2 - 3 / 4 inci).

KEGUNAAN HYDRILLA
  • Hydrilla dalam dunia ikan hias dapat dijadikan sebagai penghias akuarium/aquariumseperti jenis tanaman lainnya
  • Kegunaan Hydrilla dapat juga menjadi tempat untuk pemijahan Ikan hias , Biasanya digunakan untuk ikan-ikan ukuran kecil.
  • Menjadi sumber makanan ikan 
  • Tempat Sembunyi Ikan
Tapi dalam habitat aslinya tanaman Hydrilla lebih banyak menyebabkan kerugian, sehingga penggunaan yang berlebihan dapat merusak kadar perairan kolam/ akuarium.

FUNGSI DAN DAMPAK HYDRILLA VERTICILATA
CIRI -CIRI HYDRILLA VERTICILATA

Hydrilla adalah tumbuhan Spermatophyta yang selalu hidup di dalam air, sehingga adaptasi tumbuhan ini berbeda dengan Spermatophyta darat. Hydrilla merupakan tumbuhan yang selalu tenggelam, biasanya berakar, hidup selamanya di air dengan panjang batang mencapai 9 m (30 kaki). Berasal dari rimpang dan berujung dengan umbi kecil. Dinding selnya tebal untuk mencegah osmosis air yang dapat menyebabkan lisisnya sel. Sel Hydrilla berbentuk segi empat beraturan yang tersusun seperti batu bata. Memiliki kloroplas dan klorofil yang terdapat didalamnya. Pada daun Hydrilla, dapat pula diamati proses aliran sitoplasma, yaitu pada bagian sel – sel penyusun ibu tulang daun yang memanjang di tengah – tengah daun. Pada hydrilla juga terdapat trikoma yang berfungsi untuk mencegah penguapan yang berlebihan.Hydrilla memiliki resistensi yang tinggi terhadap salinitas (> 9-10 ppt) dibandingkan dengan tanaman air lain yang terkait di air tawar. Hydrilla mirip beberapa tanaman air lainnya, termasuk Egeria dan Elodea.

KEBIASAAN DAN HABITAT
  • Hydrilla dapat tumbuh  dengan cabang atau akar fragmen walaupun tanaman tersebut rusak
  • Beberapa jenis Hydrilla dapat bertahan di iklim tertentu seperti Monoecioes bertahan di iklim utara, Dioecious kurang toleran dingin,
  • Hydrilla kurang toleran dingin
FUNGSI HYDRILLA VERTICILLATA
·      
Hydrilla verticillata memiliki fungsi sebagi zat hara dan dapat menurunkan kadar Cr dalam limbah. Seperti sumber hara pada pertanian kacang tanah. Unsur hara pada hydrilla verticillata dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik yang berguna untuk kegiatan pertanian. 
·         Menurut (Alam Ikan 2) persentase kandungan gizi dari Hydrilla verticillata adalah : 1,74 % protein; 0,54 % lemak; 1,82 % serat kasar; 1,51 % abu; 3,97 % karbohidrat; dan 90,42 % air. 
·   Tanaman Hydrilla verticillata dapat menurunkan kadar logam Cr dalam limbah penyamakan kulit hingga 95,85 % dengan waktu penyerapan 8 hari. Penyerapan Cu dengan tanaman air jenis Hydrilla verticillata cenderung meningkat sampai hari ke-15. 

Menurut (Alam Ikan 1) tanaman Hydrilla verticillata mempunyai dampak sebagai berikut 
·         Cabang lebat yang ada dipermukaan air mengganggu dan menghambat masuknya cahaya matahari ke tanaman lain, yang pada gilirannya dapat secara signifikan mengurangi tanaman air dan keanekaragaman hayati hewan. 
·         H.verticillata dapat mempengaruhi ukuran ikan dan jumlah populasi 
·         Predator tidak dapat berburu secara efektif pada hydrilla yang cukup tebal
·         Mengganggu kapal dan perahu motor nelayan dapat menjadi kusut dan daerah renang tersedak. 
·         Menghambat saluran irigasi, memperlambat pengendalian banjir kanal, menciptakan air tergenang yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk, dan padatan atau seresahnya bahkan dapat menyebabkan banjir, dan 
·         Dapat mengubah kualitas air dengan menurunkan kadar oksigen dan peningkatan pH dan suhu air. 

PUSTAKA,
Alam Ikan 1 : Niwa, 2003
Alam Ikan 2 : Tungka dan Rondo, 1991


readmore »»  

Senin, 26 Januari 2015

MANFAAT BUDIDAYA ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah Sejenis tanaman air yang hidup mengapung diatas permukaan air, eceng gondok dapat berkembang biak secara cepat di air. Tanaman eceng gondok sebenarnya merupakan tanaman yang buruk jika berada diperairan lepas karena dapat menghambat aliran air dan merusak sistem pelayaran, hal ini disebebakan jumlah eceng gondok yang banyak dalam suatu wilayah karena kecepatannya berkembangbiak. dan Eceng gondok dapat tumbuh mencapai 1 meter jika dibiarkan tanpa pengawasan.

MANFAAT ECENG GONDOK UNTUK BUDIDAYA IKAN  

Eceng gondok dapat dijadikan tanaman yang efektif untuk membuang kotoran ikan di air. Akar yang tua berwarna hitam dan muda berwarna putih. Akarnya dapat tumbuh hingga 45 cm. Kalau dasar kolamnya lumpur dan akarnya sudah sampai kesana, ia akan tumbuh lebih cepat lagi.

Eceng gondok dapat mengendalikan pemangsa oksigen kolam seperti ganggang, hal ini desebabkan eceng gondok akan menutupi perairan sehingga sinar matahari tidak turun kedasar, dan memakan nutrisi yang dibutuhkan oleh ganggang tersebut

Eceng gondok merupakan tanaman air yang dijadikan tempat untuk pemijahan ikan seperti ikan cupang, dan ikan lainnya. 


Eceng gondok selain dapat menghambat sinar matahari, juga dapat menjadi peneduh perairan sehingga ikan tidak kepanasan, dan sebagai tempat bersembunyi ikan. fungsinya untuk menaungi air kolam dan menyediakan tempat bagi ikan untuk kabur dari panas matahari.

SUMBER : KLIK
readmore »»  

BUDIDAYA AZOLLA SEBAGAI PAKAN ALAMI IKAN

Azolla adalah tumbuhan paku-pakuan yang hidup diperairan, tumbuhan ini dapat hidup di permukaan air. Tumbuhan ini bersimbiosis dengan Anabaena azollae, alga biru hijau (Cyanobacteria) dan Azolla sebagai inangnya atau rumah bagi alga. Alga hidup di bawah rongga daun Azolla. 


Azolla memiliki beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra. Azolla sangat kaya akan protein, asam amino esensial, vitamin (vitamin A, vitamin B12 dan Beta- Carotene), mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, dan magnesium. Berdasarkan berat keringnya, mengandung 25 – 35% protein, 10 – 15% mineral dan 7 – 10% asam amino, senyawa bioaktif dan biopolymer. 

KANDUNGAN AZOLLA UNTUK PAKAN. 

Kandungan karbohidrat dan lemak Azolla sangat rendah. Komposisi nutrisinya membuat Azolla sangat efisien dan efektif sebagai pakan ikan dan ternak. Ikan dan ternak dengan mudah dapat mencernanya, karena kandungan protein yang tinggi dan lignin yang rendah

Simbiosis Alga dengan Azolla, 
akan terjadi hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme), Anabaena bertugas memfiksasi dan mengasimilasi gas nitrogen dari atmosfer. Nitrogen ini selanjutnya digunakan oleh Azolla untuk membentuk protein. Sedangkan tugas Azolla menyediakan karbon serta lingkungan yang ‘nyaman’ bagi pertumbuhan dan perkembangan alga. Hubungan simbiotik yang unik inilah yang membuat Azolla menjadi tumbuhan dengan kandungan nutrisi yang menakjubkan.

BUDIDAYA AZOLLA MICROPHYLLA : 
Siapkan lahan Budidaya Azolla
Ø Kolam dangkal dengan tanah, semen atau terpal, semakin luas semakin banyak jumlah azolla
Ø Isi Pupuk kandang dengan tanah perbaandingan 50:50 setebal 5cm
Ø Tambahkan pupuk SP 36 dengan takaran 6,5gr/m
Ø Isi kolam dengan air dengan ketinggian sekitar 3 cm

PENEBARAN BIBIT AZOLLA
Ø  Taburkan bibit azolla dengan takaran 50-70 gr/m2
Ø  Biarkan selama 2 minggu atau lebih dengan menjaga ketinggian air.
Ø  Agar pertumbuhan Azolla optimal, siramkan probiotik BIOCATFISH 50ml/m2 secara rutin 2 hari sekali.
Ø  Tunggu selama 2 minggu atau lebih dengan menjaga ketinggian air.
Ø  Lakukan pemanenan saat azolla sudah kelihatan menumpuk dan menebal menutupi permukaan kolam. Azolla dapat dipanen 1-2 minggu sekali, atau sesuai kebutuhan


Sumber : HOLD
readmore »»