Senin, 24 Februari 2014

PERAN PENYULUH SEBAGAI AGEN PEMBAHARUAN DALAM PROSES INOVASI KEPADA MASYARAKAT

SEMUA PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN YANG BERKAITAN DENGAN MASYARAKAT mutlak membutuhkan penyuluh. Penyuluh terdepan berhadapan dengan masyarakat.  Penyuluh yang ideal tentunya mempunyai empati terhadap sasaran penyuluhan.

Penyuluh akan berbahagia jika alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan kepada pelaku utama perikanan sebagai sasaran penyuluhan direspon baik dan menjawab permasalahan yang dihadapi. Indikator keberhasilan seorang penyuluh dalam melaksanakan tugasnya bisa diperdebatkan dan bisa diuraikan panjang atau pendek tergantung dari sisi mana seseorang menilai.  Jika pembudidaya ikan atau nelayan atau pengolah hasil juga petambak garam binaan penyuluhan MENYAPA PENYULUH terlebih DIAJAK MAMPIR dan MAKAN, apakah ini merupakan INDIKATOR SEDERHANA untuk menunjukkan keberhasian seorang penyuluh di masyarakat dalam menjalankan perannya? PENYULUH DIRINDUKAN kehadirannya oleh kelompok binaanya, ketiadaanya menjadi kegelisahan karena kelompok membutuhkan kehadirannya. 

Tulisan singkat ini review untuk mengingatkan kita bersama betapa PENTINGNYA penyuluhan di masyarakat akar rumput dan betapa besarnya harapan yang diemban pelaku utama kepada penyuluh perikanan.

Penyuluhan sering diidentikkan dengan berbagai pemahaman seperti; penyebarluasan informasi, proses penerangan/penjelasan, pendidikan non-formal, perubahan perilaku, rekayasa sosial, pemasaran inovasi (teknis dan sosial), perubahan sosial (perilaku individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan), pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan penguatan komunitas (community strengthening) (Mardikanto, 2009).

Menurut VAN DEN BAN DAN HAWKINS (1999) istilah penyuluhan dalam bahasa Belanda digunakan kata voorlichting yang berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan Belanda, walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua belah pihak.

         Wiriatmadja (1985) menyampaikan bahwa penyuluhan merupakan suatu bentuk pendidikan yang cara, bahan dan sarananya disesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan, baik dari dari sasaran, waktu maupun tempat.  Karena sifatnya yang demikian, maka penyuluhan biasa disebut pendidikan nonformal.

         Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan menyatakan bahwa penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Undang Undang Nomor Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, penyuluh terdiri atas 1) penyuluh pegawai negeri sipil, 2) penyuluh swasta dan 3) penyuluh swadaya.  Penyuluh pegawai negeri sipil adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan; Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan; dan Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.

Penyuluh merupakan salah satu agen pembaharu di masyarakat.  Menurut Rogers (1995), terdapat tujuh peran agen pembaharu dalam proses pengenalan inovasi kepada klien yaitu:

1)   Membangkitkan kebutuhan terhadap adanya perubahan.
Tugas awal seorang agen pembaruan adalah untuk membantu klien menyadari kebutuhan akan adanya perubahan, terutama untuk mesyarakat yang masih terbelakang. Rendahnya wawasan tentang perencanaan, aspirasi, motivasi untuk berprestasi, dan juga sikap mereka yang terlalu pasrah pada keadaan merupakan gambaran masyarakat terbelakang. Agen pembaruan dalam menghadapi kondisi seperti ini harus berperan sebagai katalisator (pembuka kran) untuk menyadarkan klien tentang kebutuhannya. Agen pembaruan dapat menjalankan perannya dengan menyampaikan alternatif-alternatif solusi yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada, mendramatisasi, dan juga mampu meyakinkan klien bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk memecahkan persoalannya. Agen pembaruan melakukan upaya-upaya ini dengan cara persuasif dan membuka diri untuk melakukan konsultasi kepada kliennya. Kondisi klien yang kurang mempunyai wawasan seringkali kurang menyadari persoalan yang terjadi sehingga mereka juga tidak mempunyai solusi tepat untuk menyelesaikannya. Untuk itu maka agen pembaruan dituntut untuk membantu kliennya dengan menyediakan informasi yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi klien.

2)   Menciptakan suatu hubungan yang memungkinkan adanya pertukaran informasi.
Dalam melakukan kegiatan penyuluhan, agen pembaruan harus menciptakan hubungan yang akrab dengan klien. Keakraban dapat diciptakan agen pembaruan dengan menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya, jujur, memiliki empati yang tinggi terhadap klien, serta saling bertukar informasi dan pengalaman dengan klien. Untuk dapat melakukan penyuluhan dengan baik maka seorang agen pembaruan harus dapat diterima secara fisik dan sosial oleh klien sebelum dia menyampaikan inovasi.

3)   Mendiagnosis permasalahan.
Dengan keakraban yang sudah terjalin maka seorang agen pembaruan diharapkan dapat mendiagnosis permasalahan yang ada. Dalam mendiagnosis permasalahan yang ada, agen pembaruan harus melihatnya dari sudut pandang klien sehingga permasalahan yang dapat ditangkap oleh agen pembaruan benar-benar permasalahan yang dihadapi masyarakat. Untuk itu maka diperlukan empati yang tinggi dari seorang agen pembaharuan.

4)   Menumbuhkan motivasi untuk berubah pada diri klien.
Setelah permasalahan dapat digali maka agen pembaruan harus berusaha untuk membangkitkan motivasi klien untuk melakukan perubahan dan mendorong klien untuk menaruh perhatian pada inovasi yang dibawa agen pembaruan.

5)   Merencanakan aksi pembaharuan.
Agen pembaharuan selanjutnya berusaha untuk mempengaruhi perilaku klien sesuai dengan rekomendasinya berdasarkan kebutuhan klien. Diharapkan klien tidak hanya menaruh minat tetapi juga merencanakan untuk mengadopsi inovasi tersebut. Agen pembaruan dapat memanfaatkan berbagai cara untuk membantu klien dalam mencapai tujuannya, yaitu dengan cara: memberikan nasehat secara tepat waktu untuk menyadarkan klien tentang permasalahan yang ada, memberikan alternatif solusi, memberikan informasi mengenai konsekuensi dari setiap alternatif yang diberikan, membantu klien memutuskan tujuan yang paling penting, membantu klien dalam mengambil keputusan secara sistematis baik perorangan maupun kelompok, membantu klien belajar dari pengalaman dan uji coba, dan mendorong klien untuk saling bertukar informasi.

6)   Menjaga keberlangsungan proses adopsi dan menghindarkan adanya penghentian proses adopsi.
Selanjutnya agen pembaharuan harus mampu mendorong klien untuk menerima inovasi tersebut dan menjaga agar klien semakin yakin dengan penerapan inovasi tersebut dapat membantunya memecahkan persoalan hidupnya. Pada tahap ini agen pembaruan harus terus memberikan informasi yang dapat lebih meyakinkan klien. Informasi yang diberikan juga harus dapat mencegah klien membatalkan keinginannya menerapkan inovasi yang dibawa agen pembaruan.

7)   Mencapai hubungan terminal.
Tujuan akhir seorang agen pembaruan adalah adanya perilaku ”mempengaruhi diri sendiri” pada diri klien. Agen pembaharuan berusaha untuk menjadikan klien mampu menjadikan dirinya sebagai agen pembaruan paling tidak untuk dirinya sendiri sehingga klien dapat mengenali kebutuhannya dan mampu memilih inovasi-inovasi yang paling tepat dengan kebutuhannya tersebut. Pada tahap ini agen pembaruan memutuskan hubungannya dengan klien, maksudnya adalah agen pembaruan menyudahi tugasnya untuk menyampaikan suatu inovasi kepada klien hingga klien mampu mandiri. Agen pembaruan dapat melanjutkan tugasnya di tempat lain dengan inovasi yang sama atau tetap di tempat yang sama dengan membawa inovasi lainnya.



sUMBER :cek cek


readmore »»  

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DENDENG PANGGANG

Dendeng ikan merupakan modifikasi dari fish bah kwa terhadap formulasi sehingga didapatkan warna, tekstur dan rasa mendekati dendeng daging. Keuntungan pengolahan dendeng ikan ini adalah : (1) Dendeng ikan diolah menggunakan bahan baku ikan pelagis yaitu kembung, selar dengan tujuan melakukan diversifikasi dan memaksimalkan pemanfaatan jenis ikan tersebut; (2) mendapatkan jenis olahan dendeng ikan yang menyerupai dendeng daging. Dibandingkan dengan dendeng daging, maka kelebihan dendeng ikan ini yaitu ukuran sesuai ukuran saji, juga siap santap.

            Pengembangan produk ini dapat dilakukan dengan memberikan berbagai variasi rasa (pedas, asin, gurih dan sebagainya). 

Formulasi :
Daging ikan selar / kembung
66,19%
1000 gr
Garam
1,0 %
15,1 gr
Gula
10,45 %
157,9 gr
Madu
5,1 %
77,1 gr
Kecap ikan
3,06 %
46,3 gr
Minyak sayur
3,7 %
55,9 gr
Pewarna makanan (angkak)
1,0 %
15,1 gr
Saus cabe
Air jeruk nipis
7,3 %
2,2%
110,3 gr
33,3 gr

Cara Pengolahan


1.      Ikan kembung atau ikan selar disiangi dengan membuang isi perut, insang
2.      Ikan dicuci bersih dengan air dingin mengalir.
3.      Untuk ikan kembung, ikan difillet dan dikerok dagingnya menggunakan sendok, sedangkan kulitnya dipisahkan. 
4.      Untuk ikan selar, setelah ikan disiangi dan dicuci bersih, tidak dilakukan pemisahan daging ikan. Ikan langsung dipotong-potong kecil dan dimasukkan ke dalam gilingan ikan untuk menghancurkan daging sekaligus tulang dan kulitnya. 
5.      Ikan yang sudah lumat, baik ikan kembung maupun ikan selar, ditambahkan bumbu-bumbu seperti disajikan dalam formula.
6.      Selanjutnya campuran dibiarkan dalam suhu chilling selama 1-2 jam.
7.      Campuran digiling kasar dalam alat penggiling atau food processor.
8.      Hasil gilingan kasar tersebut dimasukkan dicetak menggunakan cetakan yang ada. 
9.      Setelah dicetak langsung dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu  80-90oC hingga cukup kering.
10.  Setelah cukup kering, dendeng dipanggang dalam bara api sebentar untuk mendapatkan citarasa dendeng panggang yang khas.

Skema Pengolahan Dendeng ikan panggang :


Daging  ikan kembung /                                          Bahan Tambahan
Lumatan ikan selar                                                    seperti pada formula                                                                    

 


                   Perendaman/marinade selama 2 jam (chilling)

 


                   Pencetakan adonan

 


     Pengeringan pada suhu 80-90 oC selama 24-48 jam

 


Pemanggangan

 


    Dendeng ikan panggang
  

readmore »»  

Jumat, 14 Februari 2014

TEKNIK PEMIJAHAN LELE DUMBO SISTEM INDUCED BREEDING (KAWIN SUNTIK)

Ikan lele dumbo (Clariasgariep nus) telah banyak dikenal orang sebagai ikan peliharaan yang baik, mudah dipelihara dalam kolam dan genangan air biasa. Ikan lele dumbo juga merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki daging yang lezat, mudah dicerna dan bergizi. Selain itu lele dumbo dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi
Pada awal perkembangannya, tahun 1985 sd 1988, lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat mahal harganya, terutama yang berukuran benih. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu penyebarannya masih langka. Namun setelah penyebarannya meluas, harganya mulai menurun dan pada akhirnya mencapai kondisi harga normal yang tidak jauh berbeda dengan harga jenis ikan air tawar lainnya.
Dengan kondisi harga normal seperti sekarang ternyata usaha budidaya ikan lele dumbo ini masih menguntungkan, baik untuk tahap usaha pembenihan maupun pembesaran. Oleh karena itu masih layak dan perlu dibudidayakan. Terlebih-lebih dengan adanya kemudahan dalam pembudidayaannya seperti teknologi yang tidak terlalu sulit, tidak memerlukan lahan yang luas serta tidak memerlukan air yang melimpah.

Kali ini disajikan petunjuk praktis mengenai teknik pemijahan lele dumbo melalui penyuntikan.

 Pemijahan

Pemijahan ikan lele dumbo dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu :

  1. Secara Alami
Pemijahan secara alami adalah pemijahan yang dilakukan di alam terbuka sesuai dengan sifat hidupnya tanpa perlakuan dan bantuan manusia.
  1. Secara Disuntik Dengan Kelenjar Hipofisa
Penyuntikan dengan kelenjar hipofisa adalah pemijahan yang dilakukan dengan bantuan atau penanganan manusia melalui pemberian kelenjar hormon hipofisa pada recipient (penerima) yang berguna untuk melancarkan proses kematangan gonad, sehingga mempercepat proses jalannya pemijahan ikan tersebut.

Ciri-ciri Induk Lele Dumbo Yang Siap Memijah
1. Induk Jantan
  • Umur telah mencapai 1 tahun
  • Warna tubuh agak kemerah-merahan
  • Alat kelamin tampak jelas meruncing
  • Tubuh tetap ramping dan gerakannya lebih lincah

2. Induk Betina
  • Perut tampak besar dan bila diraba terasa lembek
  • Alat kelamin berwarna kemerahan dan lubangnya agak membesar
  • Bila diurut kearah anus keluar telur berwarna kekuningan

3. Ciri-ciri Induk Yang Baik
  • Umur telah mencapai 1 tahun
  • Ukuran berkisar 300-1000 gram/ekor
  • Nampak sudah jinak
  • Badan mengkilat dan gemuk
  • Tubuh sehat dan tidak cacat

Menyiapkan Donor

Donor adalah ikan yang dikorbankan untuk diambil kelenjar hipofisanya untuk diberikan kepada ikan sebaga recipient (penerima donor).

Ikan sebagai ikan donor untuk ikan lele dumbo dapat diberikan ikan sejenis dan dari ikan mas tanpa mempertimbangkan jantan atau betina.

1. Cara Menyiapkan Kelenjar Hipofisa Dari Ikan Lele
  • Timbang ikan donor seberat induk yang akan disuntik
  • Potong bagian batas kepalanya
  • Dari arah bukaan mulut, kepala lele dibelah, bagian atas kepala diambil
  • Ambil kelenjar dengan menggunakan pinset, lalu digerus/dihancurkan dengan menggunakan alat penggerus sambil ditambah pelarut akuabides 1-2 cc
  • Ambil dengan menggunakan spuit dan kelenjar siap disuntikkan 
2. Cara Menyiapkan Kelenjar Hipofisa Dari Ikan Mas
  • Timbang ikan donor seberat induk yang akan disuntik
  • Potong bagian batas kepalanya
Cara Penyuntikan dan Pelepasan Induk
  • Induk disuntik pada siang atau sore hari
  • Kelenjar hipofisa yang telah disiapkan , setengah disuntikkan pada induk jantan dan setengahnya lagi pada induk betina
  • Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung dengan memasukkan jarum suntik secara mirin 45° sedalam ± 2 cm
  • Induk yang telah disuntik, dilepas kedalam bak pemijahan
  • Kemudian bak pemijahan ditutup rapat
  • Pemijahan akan terjadi pada malam hari, 8-12 jam setelah penyuntikan

Penetasan Telur dan Perawatan Larva
  • Telur ditetaskan pada bak tembok atau pada bak yang terbuat dari plastik terpal
  • Telur menetas antara 20-24 jam dari pemijahan
  • Larva (benih) diberi makanan tambahan pada hari ke-3 setelah menetas berupa kutu air (Daphnia sp.) atau cacing sutera
  • Selama pemeliharaan usahakan air tetap bersih dan jernih
  • Selanjutnya benih didederkan di tempat lain

Sumber : KLIK


readmore »»