Rabu, 26 September 2012

Pembenihan Lele Dumbo


PEMBENIHAN LELE DUMBO DENGAN PENYUNTIKAN HORMON


I. PENDAHULUAN

Konsumsi ikan lele dumbo beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat. Jika dahulu ikan lele dipandang sebagai ikan kelas bawah, sekarang ternyata konsumen ikan lele semakin meluas. Rasa daging yang khas serta cara masak yang mudah dan sederhana, menjadikan menu ikan lele sebagai menu masakan kegemaran masyarakat luas.
Seiring dengan semakin tingginya permintaan ikan lele, membuat peluang usah budidaya ikan lele semakin terbuka. Apalagi budidaya ikan lele baik pembenihan, pendederan, maupun pembesaran dapat dijalankan hanya dengan modal yang tidak terlalu besar. Usaha budidaya lele dumbo di kalangan pembudidaya ikan lele sudah menjamur. Dari tahapan pembenihan sampai pada tahapan pembesaran, sudah banyak pembudidaya ikan yang menggelutinya. Khususnya pada tahapan pembesaran ikan lele dumbo. Pelaku utama yang menggeluti tahapan pembesaran lele dumbo mengaku kesulitan dalam mndapatkan benih lele dumbo seiring banyaknya permintaan pasar terhadap lele dumbo tersebut. Untuk itu perlu peningkatan produksi benih lele dumbo. 
Pembenihan merupakan proses awal dari budi daya lele dumbo. Dalam proses ini, ikan dipelihara hingga menghasilkan benih dengan berbagai ukuran. Secara garis besar, kegiatan pembenihan lele dumbo meliputi pembuatan kolam, pemilihan induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva serta pemanenan benih. Salah satu cara peningkatan produksi pada tahapan pembenihan ini dapat dilakukan dengan sistem suntik hormon memakai ovaprim. Pemakaian ovaprim dalam penyuntikan hormon ini dapat membantu mempercepat rangsangan dalam proses pemijahan ikan lele dumbo. Sehingga waktu dalam tahapan-tahapan pembenihan lele dumbo dapat lebih efisien dan produksi juga dapat lebih ditingkatkan.

II. TEKNIS PEMBENIHAN

A. Pembuatan Kolam
            Pemijahan lele dumbo biasa dilakukan di kolam tembok yang disediakan secara khusus untuk pemijahan. Meskipun demikian, cara yang lebih murah adalah memanfaatkan terpal. Kolam terpal ini dapat dibuat di bawah permukaan tanah ataupun di atas permukan tanah. Kolam yang berada di atas permukaan tanah dapat disangga dengan kayu ataupun bambu.


Kolam terpal untuk pemijahan lele dumbo ini luasnya sekitar 2 m2. Sebelum digunakan, kolam pemijahan harus dibersihkan dan dikeringkan selama kurang lebih 3 hari. Selanjutnya, bak diisi air bersih setinggi 50-60 cm. Jika air yang digunakan adalah air keruh atau kotor, maka daya tetas telur tidak akan maksimal. Hal ini disebabkan karena permukaan telur akan tertutup oleh lapisan lumpur, sehingga tidak dapat menetas.
Untuk tempat penempelan telur, di dalam kolam pemijahan harus disediakan kakaban yang terbuat dari ijuk. Ukuran kakaban dapat menyesuaikan dengan ukuran kolam. Namun, ukuran yang biasa digunakan panjangnya 75-1100 cm dan lebarnya 30-40 cm.
Sebagai patokan, untuk satu pasang induk lele dumbo dengan berat induk betina 500 gram, diperlukan kakaban sebanyak empat buah. Jika kurang, dikhawatirkan telur yang dikeluarkan pada saat pemijahan tidak tertampung seluruhnya atau menumpuk di kakaban, sehingga mudah membusuk dan tidak menetas.
Kakaban yang telah disiapkan dipasang rata menutupi seluruh permukaan dasar kolam pemijahan. Kakaban tersebut ditindih dengan menggunakan pemberat. Hal ini dimaksudkan agar telur bisa tertampung di kakaban dan seluruh bagiannya tetap dalam kondisi terendam air.
BPemilihan Induk Matang Gonad
      Satu hal yang penting adalah kondisi induk yang akan dipijahkan. Induk yang akan dipijahkan harus telah memenuhi persyaratan standar. Persyaratan tersebut diantaranya harus matang kelamin dan berumur tidak kurang dari satu tahun.
      Berikut ini ciri-ciri induk lele dumbo yang baik dan matang gonad :
v  Betina
           Umur induk sudah mencapai 1-1,5 tahun.
           Alat kelamin bulat dan berwarna kemerah-merahan.
           Pada bagian perut membesar ke arah anus dan jika diraba terasa lembek.
           Jika bagian perut perlahan diurut ke arah anus akan keluar telur berwarna kekuningan.

v  Jantan
          Umur induk sudah mencapai 9-12 bulan.
         Alat kelamin memanjang dan runcing.
         Warna tubuh agak kemerahan.
         Tubuh ramping dan gerakannya lincah.







C. Pembuatan Larutan Hormon
            Pembuatan hormon ditujukan untuk mempercepat proses rangsangan pemijahan kepada induk lele. Pembuatan hormon dalam pemijahan lele dumbo ini adalah sebagai berikut :
v  Hormon yang digunakan yaitu hormon ovaprim.
v  Dosis 0,2 ml induk betina dan 0,05 ml induk jantan.
v  Ambil hormon dengan spuit, tambahkan aquades 1,5 - 2 ml.
v  Aduk merata didalam spuit hingga berwarna putih susu.
v  Larutan hormon siap untuk disuntikan.



D. Penyuntikan
       Proses penyutikan hormon dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
v  Induk betina matang kelamin/gonad, ditangkap mengunakan lambit. Penangkapan induk dilakukan hati-hati agar induk tidak stress. Tangkap induk betina masukan ke dalam kain dan tutupkan kain tersebut pada bagian kepala dan mata. Hal ini dilakukan agar induk tidak mengalami stress.
v  Induk betina yang telah ditangkap kemudian disuntikan hormon secara instramuscular yaitu dibagian punggung ikan sebelah kiri atau kanan. Cari bagian daging yang lebih tebal.
v  Penyuntikan dilakukan satu kali.
v  Waktu penyuntikan dapat diatur sesuai situasi dan kondisi.




E. Proses Pemijahan
            Setelah disuntik, induk dilepaskan ke dalam kolam terpal. Untuk satu kolam pemijahan, jumlah induk yang dipijahkan cukup satu pasang saja. Jika induk yang dipijahkan dalam satu kolam terdapat beberapa pasang induk, dikhawatirkan akan terjadi perkelahian sehingga proses pemijahan tidak dapat berlangsung dengan sempurna. Bahkan induk dapat terluka akibat perkelahian tersebut.
            Proses pemijahan induk lele dumbo adalah sebagai berikut :
v  Induk yang disuntik dimasukan ke dalam kolam terpal.
v  Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 : 1.
v  Tutup bagian atas bak agar tidak loncat saat proses pemijahan.
v  Proses pemijahan akan terjadi 8 – 12 jam dari penyuntikan.
v  Pemijahan sistem kawin suntik, biasanya memijah malam hari.
v  Tanda  sudah memijah, pada kakaban terlihat telur menempel secara merata dan akan tercium bau amis.

F. Penetasan Telur
Pada hari yang bersamaan dengan persiapan pemijahan, kolam atau tempat penetasan harus dipersiapkan pula. Karena setelah selesai proses pemijahan berlangsung, telur yang ada pada kakaban harus segera dipindahkan. Jika tidak segera dipindahkan, dikhawatirkan telur tersebut akan dimakan oleh induk lele dumbo.
Kolam penetasan dapat juga dipakai kolam terpal yang ukurannya lebih besar daripada kolam pemijahan. Karena kolam penetasan tersebut merupakan  tempat perawatan sekaligus pemeliharaan larva lele dumbo. Seekor induk betina lele dumbo 500 gram membutuhkan luas kolam penetasan sekitar 2 x 3 0,5 m.
Kolam penetasan dapat ditempatkan di samping atau belakang rumah, asalkan tidak langsung terkena sinar matahari dan hujan. Kolam yang langsung terkena sinar matahari dan hujan, dapat mengakibatkan benih lele dumbo mengalami kematian karena terjadi perubahan suhu yang drastis.
Penetasan telur dilakukan dalam wadah terpisah, proses penetasan telur adalah sebagai berikut :
v  Kakaban berisi telur, ditetaskan dalam wadah yaitu akuarium/kolam semen/kolam terpal dengan ketinggian air 20 – 30 cm.
v  Sebelum ditetaskan telur di treatment dengan larutan methyline blue.
v  Simpan kakaban pada kolam penetasan, posisi telur berada bagian bawah permukaan air.
v  Untuk menambah oksigen terlarut dalam air, dapat diberi aerasi.
v  Telur yang tidak dibuahi berwarna putih. Telur tersebut dapat dibuang.
v  Telur menetas setelah 24 jam, pada suhu normal 24 – 260C.
v  Setelah menetas semua kakaban diangkat, agar media penetasan tetap terjaga kualitasnya.


G. Perawatan Telur
            Telur lele dumbo akan menetas setelah 22-124 jam dari saat pemijahan. Selama proses penetasan berlangsung, diusahakan ada sedikit air yang mengalir. Proses mengalirkan air tersebut dapat menggunakan selang kecil yang biasa digunakan pada aerator akuarium. Pengaliran air ini bertujuan untuk menjaga kualitas air selama penetasan. Jika kualitas air jelek dan timbul bau yang tidak sedap maka larva akan mati.
            Larva yang telah menetas akan berkumpul di dasar kolam penetasan. Setelah menetas, kakaban segera diangkat. Kakaban harus diangkat secara hati-hati. Jika pengangkatan kakaban terlambat dilakukan, telur-telur yang tidak menetas akan membusuk dan menyebabkan kualitas air menurun.

H. Perawatan Larva
            Setelah berumur dua hari, larva mulai bergerak dan menyebar ke seluruh bak penetasan. Sampai umur tiga hari, larva tidak perlu diberi pakan tambahan, karena masih memanfaatkan cadangan makanan yang dibawa di dalam tubuhnya, yakni pada kuning telur. Larva dapat diberi pakan tambahan setelah berumur empat hari. Jenis pakan yang cocok adalah pakan alami seperti kutu air (Daphnia atau Moina) atau cacing rambut.
            Pakan buatan kurang baik jika diberikan pada larva, karena jika pakan yang diberikan tidak habis maka akan membusuk dan dapat menurunkan kualitas air. Pakan alami diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari sesuai dengan kebutuhan (adlibitum).
            Faktor lain yang harus diperhatikan dalam perawatan larva adalah penggantian air. Penggantian air harus dilakukan setiap 2-3 hari sekali atau tergantung dari kebutuhan. Jumlah air yang diganti sebanyak 50-70% dengan cara menyifon sambil membuang kotoran yang terdapat dalam kolam.
            Proses perawatan larva dapat dilihat sebagai berikut :
         Dilakukan pada bak penetasan/bak khusus pemeliharaan larva.
         Larva belum diberi makan  2 – 3 hari, karena masih membawa cadangan makanan.
         Makanan tambahan diberikan setelah berumur 2/3 hari.
         Pakan tambahan berupa cyste artemia/cacing rambut yang dicincang dulu secara manual atau menggunakan blender.
         Pemeliharaan larva dapat dilakukan selama 7-10 hari.
         Ukuran larva pada umur 7-10 hari mencapai ukuran 1-1,5 cm.

I. Pemanenan Benih
            Pemanenan benih harus dilakukan dengan hati-hati agar banih tidak stress.Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Berikut ini adalah cara pemanenan benih lele dumbo :
         Umur 7-10 hari, benih sudah siap untuk dipanen.
         Biasanya sudah mencapai ukuran  1-1,5 cm.
         Dilakukan pagi atau menjelang sore hari.
         Siapkan bak plastik bulat volume 100 lt, isi air setinggi 10–15 cm dan diberi aerasi secukupnya.
         Tangkap benih dengan selang dan disaring menggunakan scopnet yang berisi air dalam wadah baskom.
         1 ekor induk yang beratnya 1 kg, menghasilkan benih sebanyak 40.000–60.000 ekor benih umur 7 hari.



editor : shampankbie@gmail.com
diposkan Oleh : Ainun Mardiyah, S.St.Pi*

readmore »»  

MEMBUAT ABON IKAN


             Dibeberapa daerah di Indonesia bagian Timur banyak dijumpai abon ikan. Abon ikan merupakan produk yang memadukan cara pengawetan ikan dengan perebusan atau pengukusan, penambahan bumbu – bumbu tertentu dan penggorengan.
Produk ini mempunyai tekstur yang lembut rasa dan aroma yang khas, baon ikan dapat digunakan untuk laukamakan nasi =, teman makan roti maupun sebagai isi pada beberapa makan kecil.
BAHAN DAN ALAT
Umumnya abon ikan dibuat dari daging ikan cakalang, tongkol,tuna lele, patin dan ikan cucut, akan tetapi di dalam pembahasan ini kita menggunakan bahan daging IKAN PATIN. Pemilihan ikan patin. Ikan patin yang baik dibuat abon ikan patin adalah yang berusia +- 8 bulan keatas dengan berat lebih kurang 7 ons.
Bumbu – bumbu untuk tiap 100 kg ikan patin (bisa juga daging ikan lainnya...) adalah sebagai berikut :
a.       Garam 1,5 kg
b.      Gula 15 kg
c.       Ketumbar 0,3 kg
d.      Bawang merah 2 kg
e.       Bawang putih 1,6 kg
f.       Minyak goreng 20 kg (boleh ditiadakan)
g.      Asam 0,9 kg
h.      Jahe 0,1 kg
i.        Serai / kamijara secukupnya
j.        Daun salam secukupnya
k.      Laos 0,1 kg
Selain bumbu diatas, dalam pembuatan abon ikan kadang – kadang digunakan pula santan kelapa yang kental, tetapi abon tidak akan bertahan lama dan bila disimpan biasanya mudah menjadi tengik.
LANGKAH KERJA
1.      Penyiangan
Ikan disiangi dengan dibuang isi dalam perut dan dipotong – potong melintang untuk memudahkan pengukusan, kemudian cuci sampai bersih
2.      Pengukusan
Ikan dikukus sampai matang (untuk memudahkan pengmabilan daging dan memisahkan dari tulang)
3.      Daging ikan dicabik cabik – cabik, kemudian ditumbuk hingga menjadi serpihan – serpihan yang halus
4.      Pemberian Bumbu
Bumbu – bumbu dihaluskan lebih dahulu, kemudian dicampurkan dengan daging yang telah berbentuk serpihan hingga merata
5.      Penggorengan
Daging ikan yang telah dicampur dengan bumbu kemudian digoreng dengan minyak atau tanpa minyak sampai diaduk – aduk supaya supaya tidak hangus. Apabila menggunakan minyak, daging ikan harus seluruhnya terendam agar diperoleh abon yang kering dan renyah. Penggorengan dihentikan ketika abon telah berwarna kuning kecoklatan
6.      Pengepresan
Setelah diangkat dari wajan, abon dimasukkanke dalam alat pres dan ditekan – tekan sampai minyak nya habis keluar. Kemudian abon dikeluarkan dengan menggunakan garpu. Untuk menghasilkan aroma (bau) dan rasa yang lezat dapat ditambahkan bawang gireng pada abon yang telah matang
7.      Pengemasan
Setelah dingin, abon dikemas di dalam kantung plastik atau kertas minyak. Peningkatan daya simpan akan diperoleh bila digunakan pembungkus hampa udara.

Potensi bisnis pembuatan abon ikan patin
Dengan harga ditingkat konsumen mencapai 25 ribu rupiah per ons-nya ditambah ongkos produksi yang tidak begitu besar membuat usaha pembuatan abon ikan patin bisa menjadi alternatif bisnis bagi kita semua. (http://www.artikelwirausaha.com).
Menurut Salah satu pe wirausaha yang kini memfokuskan diri pada pembuatan abon ikan patin adalah Arief Afief. Sebelumnya Arief Afief adalah pembudidaya  ikan patin yang sempat berpikir untuk menghentikan usaha ternak ikan patinnya lantaran saat panen harga ikan patin jatuh dari 10 kg ikan patin bisa menghasilkan 1,8 kg abon ikan patin. Dalam sehari Arief biasa menghabiskan tak kurang dari 30 kg ikan patin untuk diolah menjadi abon ikan patin. Sebagai produsen, Arief memperoleh keuntungan sekitar 30% dari ongkos produksi. Satu kilogram abon ikan patin dengan ongkos produksinya yang tak lebih dari 130 ribu, Arief menjualnya kepada agen distributornya antara 170 ribu hingga 180 ribu rupiah. Jika dalam sehari Arief mampu memproduksi sampai 5,4 kg abon ikan patin, berarti laba yang mampu diraup Arief bisa mencapai 200 ribu perhari atau 6 jt rupiah perbulannya. 



readmore »»  

Senin, 24 September 2012

BUDIDAYA Belut Sawah (Monopterus albus)


Belut sawah (Monopterus albus) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang potensial untuk dikembangkan. Permintaan pasar akan belut sangat tinggi. Cita rasa daging belut yang lezat membuat daging belut banyak diminati oleh konsumen lokal dan manca negara.
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak – anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup disawah – sawah, dirawa – rawa/ lumpur dan dikali – kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979 belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
Sentra perikanan belut international terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan malaysia, sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan didaerah jawa barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut – belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan


  • Klasifikasi belut sawah adalah sebagai berikut:

Kelas               : Pisces
Subkelas          : Teleostei
Ordo                : Synbranchoidae
Famili              : Synbranchidae
Genus              : Synbranchus
Species            : Synbrancus Bengalensis Mc clell (belut rawa), Monopterus albus Zuieuw (belut sawah), Macrotema caligans cant (belut kali/ laut)
Nama Dagang : Swamp eel
            Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali / laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.

  • Habitat dan Peyebarannya

Daerah penyebaranya meliputi Asia: India sampai China, Jepang, Malaysia dan Indonesia. Terdapat juga di Bangladesh. Ditemukan di dataran tinggi sampai ke daerah muara laut (estuaria). Hidup di media berlumpur, rawa dan sawah. Masuk ke dalam tanah yang lembab ketika musim kemarau untuk bertahan pada musim kemarau yang lama tanpa air. Belut adalah hewan nocturnal, yaitu mencari makanannya pada malam hari. Belut adalah hewan carnivora, di alam belut memangsa ikan, cacing, binatang berkulit keras dan binatang lain yang hidup di air

  • Cara Berkembang Biak

Belut sawah termasuk hewan hermaprodit, yaitu makhluk hidup yangp ada organ gonadnya terdapat dua jaringan pembentuk ovarium dan sperma. Belut sawah termasuk pada kelompok hermaprodit protandri, yaitu pada saat mencapai umur diatas 10 bulan akan berubah menjadi jantan semua. Dengan demikian perkembang biakan terjadi antara belut betina yang berumur dibawah 10 bulan dengan belut jantan yang telah berumur diatas 10 bulan. Belut sawah berkembang biak dengan cara bertelur (Ovovipar). Secara alami belut berkembang biak satu tahun sekali dengan masa perkawinan daripermulaan musim hujan sampai permulaan musim kemarau (lima bulan).
Perkawinan belut biasanya terjadi pada malam hari di bawah suhu 28 0C. Pada musim kawin, belut jantan berbondong-bondong ke perairan dangkal membuat lubang untuk kawin. Lubang ini berbentuk huruf U. Belut jantan akan membuat gelembung – gelembung busa di permukaan air lubang ini. Gelembung ini digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis untuk datang ke lubang. Setelah betina tiba, percumbuan pun mulai di lakukan. Betina mengeluarkan telurnya di antara gelembung-gelembung, sementara si jantan mengeluarkan sperma untuk membuahinya. Telur yang sudah dibuahi dicakup belut jantan untuk disemburkan dan diamankan di dalam lubang persembunyian. Belut betina akan segera meninggalkan lubang karena belut jantan akan menjadi sangat ganas ketika menjaga telur - telurnya.

PEMBENIHAN BELUT SAWAH (Monopterus albus)
  • Persiapan Lokasi Pembenihan

Lokasi usaha pembenihan harus sesuai dengan kebiasaan hidup belut sawah. Persyaratan lokasi pembenihan adalah sebagai berikut :
·         Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
·         Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
·         Suhu udara/ temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25 - 31 oC.
·          Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/ benih yang masih kecil yaitu ukuran 1 - 2 cm.

  • Persiapan Sarana dan Prasarana Pembenihan

Belut sawah membutuhkan media hidup berupa campuran tanah, bahan organik dan air. Wadah untuk usaha pembenihan dapat dibuat dari bak semen maupun kolam tanah yang dilapisi dengan terpal. Wadah harus dapat menahan agar belut tidak melarikan diri serta terhindar dari hama pemangsa.
Perlu diketahui bahawa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain : kolam induk / kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1 – 2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3 – 5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing – masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut beukuran 5 – 8 cm sampai menjadi ukuran 15 – 20 cm dan untuk pemeliharaan belut dengan ukuran 15 – 20 cm menjadi 30 – 40 cm.
Bangunan jenis – jenis kolam belut secara umum relatif sama, hanya dibedakan oleh ukuran kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri. Ukuran kolam induk kapasitas biasanya             6 ekor/m2, untuk kolam pendederan ukuran belut 1 – 2 cm daya tampungnya ± 500 ekor/m2, untuk kolam belut remaja ukuran 2 – 5 cm daya tampungnya ± 250 ekor/m2 dan untuk kolam belut konsumsi pertama ukuran 5 – 8 cm daya tampungnya ± 100 ekor/m2, serta kolam konsumsi tahap kedua ukuran 15 – 20 cm daya tampungnya ± 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3 – 50cm.


PERSIAPAN SARANA PEMBENIHAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
  • Persiapan Kolam

a. Kolam Pembenihan
Wadah dapat berupa bak semen atau terpal dengan ukuran minimal 1 x 1 meter dan kedalaman minimal 80 cm. Terdapat dua lubang untuk saluran pemasukan air dan lubang overflow. Yang harus diperhatikan adalah jarak antara permukaan media dengan bibir wadah. Upayakan agar belut tidak dapat melarikan diri dan hama tidak dapat menjangkau media budidaya.
  • Persyaratan pokok pembuatan kolam :

· Tinggi minimum 80 cm dari dasar kolam, sebaiknya dalam pembuatan kolam tidak melebihi 100 cm karena ketinggian yang digunakan tidak lebih dari 90 cm.
· Memiliki 2 lubang pembuangan :
1.      Lubang pembuangan luapan air (overflow/ kelebihan air) Ketinggian lubang ini disesuaikan dengan ketinggian media yang ada didalam kolam, sangat disarankan ketinggian lubang ini 2 cm diatas permukaan lumpur.
2.      Lubang pembuangan pada saat panen minimal diameter pembuangan sebesar 3 inch (khusus bak semen).

Letak saluran pembuangan bebas saja tetapi sebaiknya berdekatan dengan saluran pembuangan air kotor (selokan) agar tidak menggenang disekitar kolam pada saat hujan/ pemanenan



  • Kolam Pakan Tambahan

Ukuran kolam pakan disesuaikan dengan sisa lahan yang tersedia, ketinggian kolam pakan cukup 30 cm, karena berfungsi hanya sebagai tempat penampungan pakan tambahan yang didapat dari alam dan sebagai tempat pemeliharaan pakan hidup seperti keong mas, kecebong, bekicot, ikan cetol / ikan cere / ikan mas kecil.
Sebaiknya kolam ini sudah ada sebelum bibit ditebar karena untuk menghindari kekurangan pakan tambahan. Selain itu juga dengan memiliki kolam pakan, biaya produksi bisa ditekan

  • Shading Net (Jaring Peneduh)

Peneduh diperlukan untuk mengurangi intesitas sinar matahari ke permukaan media budidaya. Peneduh berfungsi untuk menghindari naiknya suhu media karena pengaruh panas matahari. Peneduh dapat dibuat dengan cara membuat atap dari net atau kain hapa. Apabila net sulit didapatkan atau pembiayaan yang terlalu mahal maka dapat menggunakan tanaman enceng gondok atau tanaman air lainya. Tanaman air ini harus menutupi 2/3 bagian kolam. Peralatan yang dibutuhkan  Peralatan yang dibutuhkan untuk usaha budidaya belut sawah meliputi cangkul, seser, ember, shading net (net peneduh) dan alat – alat pendukung lainya.

  • Peralatan yang dibutuhkan

Peralatan yang dibutuhkan untuk usaha budidaya belut sawah meliputi cangkul, seser, ember, shading net (net peneduh) dan alat – alat pendukung lainnya.

  • Persiapan media

Media yang digunakan dalam kegiatan pembenihan adalah campuran dari jerami, gedebog pisang, kompos / pupuk kandang, lumpur dan air sebagai lapisan paling atas. Media tersebut diletakkan dalam wadah dengan komposisi yang berbeda dan penempatan tersendiri dan difermentasi dengan bantuan bakteri starter. Urutan dalam pembuatan media adalah potongan jerami, kedebog pisang, kompos / pupuk kandang masing – masing dengan tebal 20 cm dan disusun secara berurutan. Kemudian media ini disiram bakteri mikroorganisme starter yang telah dilarutkan dengan air dengan perbandingan 1 : 1. Media ini disiram sampai basah semua oleh bakteri mikroorganisme starter. Kemudian media ditutup dengan pastik atau bahan lain yang kedap udara selama satu minggu. Media yang telah ditutup selama satu minggu akan mengalami proses pembusukan oleh bakteri pengurai. Langkah selanjutnya adalah meletakkan
media lumpur sebagai lapisan teratas setinggi 30 cm. Lumpur ini harus yang bersih dan tidak tercemar oleh limbah berbahaya. Selain itu tekstur lumpur tidak boleh kasar yang akan melukai permukaan kulit belut. Hal ini dapat menurunkan kualitas belut yang akan kita panen. Setelah itu media diisi dengan air sampai setinggi 5 cm dari lapisan teratas. Air ini juga harus air yang bersih. Benih belut yang akan dihasilkan dari proses pembenihan akan membutuhkan air dengan
kualitas yang optimal. Hal ini karena ketika belut berada dalam stadia benih akan rentan terhadap kualitas lingkungan budidaya.

Media yang telah selesai disusun tersebut belum dapat digunakan untuk budidaya. Media harus dibiarkan selama 10 – 14 hari agar terjadi proses fermentasi yang sempurna. Apabila proses fermentasi media belum sempurna maka media mengandung bahan yang beracun bagi belut yang akan dibudidayakan. Untuk memeriksa proses fermentasi media apakah sudah aman bagi pemeliharaan belut dapat ditempuh dengan berbagai cara. Cara pertama adalah dengan menancapkan batang bambu kedalam media. Jika terjadi gelembung udara yang disertai bau busuk dari udara yang keluar maka media tersebut belum terfermentasi secara sempurna. Cara kedua adalah dengan melepaskan beberapa ekor ikan seribu atau benih ikan mas kedalam media, jika ikan tersebut terlihat bergerak dengan tidak normal maka dapat dipastikan bahwa
media belum siap digunakan. Jika media belum siap harus dibiarkan sampai media menjadi matang dan telah terfermtasi dengan sempurna.

  • Pemilihan Induk Belut

Belut tergolong hewan yang bisa mengalami pergantian kelamin, ketika masih muda kelamin belut adalah betina. Setelah dewasa (biasanya berumur sembilan bulan) berubah menjadi jantan. Pada saat terjadi pengantian kelamin, belut mengalami kosong kelamin. Saat itu belut dapat menjadi kanibal dan ganas sehingga memakan sesamanya. Dari problema tersebut diperlukan ketelitian dalam memilih induk yang baik untuk dipijahkan di kolam. Induk yang akan dipijahkan di dalam kolam budidaya sebaiknya telah memenuhi syarat ukuran badan. Berikut ini di jelaskan
  • ciri-ciri induk yang baik untuk dipijahkan.

a. Induk Jantan :
·         Berukuran panjang lebih dari 40 cm
·         Warna permukaan kulit gelap atau abu – abu
·         Bentuk kepala tumpul
·         Usianya di atas sepuluh bulan.
b. Induk Betina :
·         Berukuran panjang antara 20 - 30 cm
·         Warna permukaan kulit lebih cerah atau lebih muda
·         Warna punggung hijau dan warna perut putih kekuningan
·         Bentuk kepala runcing
·         Usianya di bawah sembilan bulan.









Setelah memenuhi syarat tersebut di atas barulah belut siap untuk dijadikan sebagai induk. Komposisi induk di dalam kolam untuk 1 m2 adalah 1 : 2 atau untuk setiap 1 m2 dapat diisi sebanyak 1 induk jantan dan 2 induk betina.

  • Pemijahan

Secara alami belut berkembang biak satu tahun sekali dengan masa perkawinan dari permulaan musim hujan sampai permulaan musim kemarau (lima bulan). Perkawinan belut biasanya terjadi pada malam hari di bawah suhu 28 0C. Pada musim kawin, belut jantan berbondong-bondong ke perairan dangkal membuat lubang untuk kawin. Lubang ini berbentuk huruf U. Belut jantan akan membuat gelembung-gelembung di permukaan air lubang ini. Gelembung ini digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis untuk dating ke lubang. Setelah betina tiba, percumbuan pun mulai di lakukan. Betina mengeluarkan telurnya di antara gelembung-gelembung, sementara si jantan mengeluarkan sperma untuk membuahinya. Telur yang sudah dibuahi dicakup belut jantan untuk disemburkan dan diamankan di dalam lubang persembunyian. Belut betina akan segera meninggalkan lubang karena belut jantan akan menjadi sangat ganas ketika menjaga telur-telurnya.
Pada kolam budidaya, untuk mengetahui kapan induk belut bertelur kolam pemijahan harus diperiksa. Jika di permukaan kolam sudah terdapat gelembung-gelembung busa, berarti pemijahan akan segara dimulai. Agar memudahkan dalam penangkapan benih nantinya, bagian yang berbusa diberi tanda dengan menancapkan bambu atau kayu kecil. Busa ini akan menghilang setelah 10 hari. Itu berarti belut telah selesai kawin. Telur-telur yang dihasilkan akan menetas dalam waktu 10 hari kemudian.


  • Penetasan Telur

Telur-telur belut di alam bebas dan wadah budidaya akan menetas 9 -10 hari setelah dibuahi pada air dengan suhu antara 28 – 32 0C. Anak belut yang menetas untuk sementara diasuh oleh induk jantan selama . Biasanya, dari 400 - 500 butir telur yang dibuahi hanya 100 - 200 diantaranya yang berhasil menetas menjadi larva. Setelah menetas dan dipelihara oleh induk jantan selama 5 – 8 hari maka induk dapat diambil dan dipindah ke bak lainya atau dijual sebagai belut konsumsi. Induk diambil dengan cara menangkapnya menggunakan pancing tumpul yang diberi umpan. Cara lain dengan menggunakan perangkap bubu. Induk jantan sebaiknya dijual sebagai belut konsumsi karena sudah tidak bagus untuk dijadikan induk. Induk betina yang telah diambil dapat dijadikan sebagai induk selanjutnya sebagai induk betina apabila umur masih dibawah 9 bulan dan dapat dijadikan sebagai induk jantan pada pemijahan selanjutnya.

  • Pemeliharaan Larva

Larva dapat langsung dipelihara di bak pemijahan setelah induk kita ambil atau dengan menggunakan bak khusus untuk perawatan larva. Bak untuk perawatan larva dapat terbuat dari semen atau dari terpal. Ukuran bak minimal 1 x 1 meter dengan kedalaman media minimal 80 cm. Komposisi media yang digunakan sama dengan media untuk pemijahan. Kepadatan penebaran larva dapat mencapai 400 ekor/ m2. Perawatan larva belut tidak terlalu rumit. Yang harus kita perhatikan adalah menjaga kualitas air dan pemberian pakan selama masa pemeliharaan. Hal ini karena pakan alami akan semakin menipis, oleh karena itu larva membutuhkan pasokan akan tambahan. Kualitas air selama perawatan larva harus dijaga agar tidak terjadi kenaikan pH air akibat proses pembusukan bahan – bahan organik dan sisa pakan serta sisa kotoran hasil metabolisme. Setiap kali air harus dicek dengan cara mencium bau dan melihat warna air. Setiap minggu air media diganti dengan air yang baru. Pemberian shading net sangat diperlukan untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk kedalam media perawatan larva. Selain dengan menggunakan shading net juga dapat dengan menggunakan tanaman air berupa enceng gondok atau tanaman air lainya sehingga menutupi ¾ seluruh perairan media. Pemberian pakan selama perawatan larva selain plankton dan jasad renik hasil pemupukan di kolam, larva belut dapat diberi makanan tambahan berupa kutu air, jentik nyamuk, udang renik, pelet, atau kuning telur rebus. Udang renik bisa diperoleh dari kolam, genangan air, atau bak pengkulturan. Pelet harus ditumbuk terlebih dahulu sebelum diberikan. Kuning telur harus diremas-remas terlebih dahulu, tujuannya agar larva belut dapat dengan mudah memakannya.  Pemberian makanan tambahan diberikan pada saat hari ke sepuluh dari saat
menetas.
Jumlah pakan yang diberikan untuk larva belut setiap harinya adalah 2% dari berat larva yang dipelihara dan diberikan selama 2 bulan. Setelah 2 bulan benih tersebut dapat memakan bekicot yang dipotong-potong dan daging lainnya.

  • Pemanenan Benih

Benih belut dipanen pada saat berumur 2 – 3 bulan dengan ukuran sekitar 8 - 10 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menggunakan seser atau dengan cara menguras media dan menangkap benih dengan hati – hati agar tidak terluka karena akan mengurangi kualitas benih.





PEMBESARAN BELUT SAWAH (Monopterus albus)
  • Pemupukan

Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.

  • Pemberian Pakan

Bila diperlukan diberi pakan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar (bealtung) yang diberikan setiap 10 hari sekali selain iperlu dilakukan Pemberian vaksinasi

  • Pemeliharaan Kolam Dan Tambak

Yang perlu diperhatikan pada pembesaran belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

Hama dan Penyakit
  • Hama

1.      hama belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut seperti tikus, burung, musang dll
2.      di alam bebas dan dikolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain : berang – berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus
3.      diperkarangan terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing, pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang oleh hama
  • Penyakit

Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah se[erti virus, bakteri, jamur dan protozoa yang berukuran kecil.
  • Panen

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :

  • berupa belut yang dijual untuk diternak / di budidayakan, bisa saja saat masih berupa larva atau benih Benih hasil pedederan berumur 2 – 3 bulan dapat dibesarkan sendirisebagai belut konsumsi yang nilai jualnya lebih tinggi atau langsung dijualkepada para pengusaha pembesaran. Benih belut umur 2 – 3 bulan dipasarandijual dengan harga Rp 25.000,- (Trubus, 2007). Selain itu penjualan benih belutdapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan para pengusaha belut.Bentuk kerjasama ini biasanya dalam bentuk plasma. Sebagai anggota plasmamaka harga ditentukan sesuai dengan kesepakatan. Keuntungan sebagaianggota plasma kita tidak perlu bersusah payah dengan pemasaran benih karena sudah dijamin oleh induk plasma.
  • Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besar/panjangnya sesuai denganpermintaan para konsumen).






Cara penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain : bubu/posong, jaring/jala bermata lembut dengan pancing atau kail dan pengeringan kolam sehingga belut tinggal diambil saja

  • Pasca Panen

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang biak, sehingga mempunyai jaaringan pemasaran yang luas


ANALISA UNTUK PEMBENIHAN BELUT

BIAYA – BIAYA
  • Biaya investasi
     No
     Uraian
     Harga satuan                      
     Jumlah
         1
        Bak pemijahan dari terpal                     ( 5 x 5 x 1) m
     Rp 10.000,00
     Rp 280.000,00
         2 
      Bak pakan tambahan dari terpal
      (2 x 1 x 1) m
     Rp 10.000,00 
     Rp 30.000,00

         3
     Selang air (10 meter)    
     Rp 6.000,00
     Rp 60.000,00
         4
     Shading net (25 m2
     Rp 5.000,00
     Rp 125.000,00
         5
     Perlengkapan Produksi
-
     Rp 100.000,00
JUMLAH
     Rp 595.000,00
A.    Biaya Tetap
       No
Uraian
Jumlah

        1    
     Penyusutan bak pemijahan (50% pertahun)
     Rp 140.000,00

        2
     Penyusutan bak pakan tambahan (50% pertahun)
     Rp 15.000,00

        3 
     Penyusutan selang air (25% pertahun)
     Rp 15.000,00

        4
     Penyusutan Shading net (50% pertahun)
     Rp 62.500,00

        5
     Bunga modal (24% pertahun)
     Rp 142.800,00

JUMLAH
     Rp 375.300,00
A.    Biaya Variabel
       No
Uraian
Harga satuan
Jumlah
        1 
     Induk jantan dan betina
     (75 ekor)
      Rp 30.000,00
     Rp 225.000,00
        2
     Media   
      -  
     Rp 100.000,00
        3
     Pakan tambahan
     -
     Rp 100.000,00
JUMLAH
     Rp 325.000,00
  
   Total biaya = Biaya tetap + Biaya Variabel
                      = Rp 375.300 + Rp 325.000
                      = Rp 700.300,-
   
     PENDAPATAN
     Dari 50 ekor induk diasumsikan ada 25 ekor yang bertelur sehingga didapatkan 5.000 ekor larva. Selama 2 bulan pemeliharaan didapatkan benih sebanyak 50 kg benih (100 ekor benih / kg). Dengan demikian pendapatan dapat dihitung sebagai berikut :
     Penjualan Benih = 50 kg x Rp 25.000,-
      = Rp 1.250.000,-
     Pendapatan juga didapatkan dari penjualan induk sebagai belut konsumsi karena sudah tidak dipakai sesudah dipijahkan. Penjualan Induk = 7,5 kg x Rp 20.000,-
= Rp 150.000,-

     Pendapatan total = Penjualan benih + Penjualan Induk = Rp 1.250.000 + Rp 150.000
            =  Rp 1.400.000,-

KELAYAKAN USAHA
a. Laba / Rugi
Laba / Rugi = Pendapatan total – Biaya Variabel
= Rp 1.400.000 - Rp 325.000
= Rp 1.075.000
b. R/C Ratio
R/C Ratio = Pendapatan / Jumlah Biaya
= Rp 1.400.000 / Rp 1.295.300
= 1,08
c. Break Event point (BEP)
BEP unit = Total Biaya / Harga satuan
= Rp 700.300 / Rp 25.000
= 28,012 kg
Artinya untuk memperoleh keuntungan kita harus dapat memproduksi benih lebih dari 28,012 kg per satu kali produksi.

BEP harga = Total Biaya / Total produksi
= Rp 700.300 / 50 kg

Artinya kita mencapai TITIK IMPAS pada saat harga jual benih Rp 14.006,-/ kg. Keuntungan didapatkan apabila harga jual benih belut diatas Rp 14.006,- / kg.







(dikutip dari berbagai sumber)








readmore »»