Kamis, 12 Desember 2013

MENJADIKAN RUMPON SEBAGAI TEMPAT BERKUMPULNYA IKAN (RUMAH IKAN)

Kondisi terumbu karang di perairan laut di berbagai lokasi di nusantara dilaporkan sudah mengalami kerusakan akibat pencarian ikan yang ilegal dan melanggar hukum
seperti bom ikan dan penggunaan pukat. Dimana cara pencarian ikan ini sangat merusak terumbu karang yang notabene habitat ikan di dasar laut. Jenis ikan konsumsi yang memiliki habitat di karang yakni ikan kakap dan kerapu menjadi berkurang jumlahnya secara signifikan. Pembuatan rumpon sebagai rumah tinggal buatan dapat dijadikan salah satu usaha untuk mengembalikan kelestarian hayati di dasar laut.

Rumpon dalam bahasa kelautan adalah karang buatan yang dibuat oleh manusia dengan tujuan sebagai tempat tinggal ikan. Rumpon merupakan rumah buatan bagi ikan di dasar laut yang dibuat secara sengaja dengan menaruh berbagai jenis barang di dasar laut secara kontinyu.

Pembuatan rumpon ikan sebenarnya adalah salah satu cara untuk mengumpulkan ikan, dengan membentuk kondisi dasar laut menjadi mirip dengan kondisi karang – karang alami, rumpon membuat ikan merasa seperti mendapatkan rumah baru. Meski untuk mengetahui keberhasilanya dibutuhkan waktu yang tidak sedikit sekitar 3- 6 bulan namun usaha pembuatan rumpon ini merupakan solusi terbaik meningkatkan hasil perikanan di laut. Kalau anda ingat beberapa tahun yang lalu pemerintah DKI Jakarta mencemplungkan becak yang dirazia ke laut utara Jakarta, tujuan salah satunya adalah untuk membuat terumbu karang di dasar laut sebagai rumah tinggal ikan.

Rumpon ikan diberbagai lokasi dibuat dengan memasukkan barang – barang seperti ban, dahan dan ranting dengan pohonnya sekaligus kedalam laut. Barang – barang tersebut dimasukkan dengan diberikan pemberat berupa beton, batu – batuan dan lain – lain sehingga posisi dari rumpon tidak bergerak karena arus laut. Barang – barang yang dimasukkan kedalam laut dapat terus ditambah secara kontinyu untuk menambah massa rumpon.


Pembuatan rumpon selain untuk diambil hasil ikannya untuk keperluan sendiri, dapat juga disewakan kepada para pemancing laut yang memang mencari kesenangan mencari ikan di lokasi yang banyak ikannya. Para pemancing yang memang membutuhkan hot spot memancing yang bagus dapat menyewa pemilik rumpon ini sebagai alternatif memancing yang cukup gampang, ikan yang dapat dicari adalah jenis ikan kerapu, ikan kakap merah, talang – talang dan lain – lain. Meski bukan ikan monster namun lumayan sebagai pemuas dahaga mancing..salam strike.


sumber : cek....it...out
readmore »»  

Ikan Teri yang Kecil Tapi Memiliki Kndungan Nutrisi yang cukup tinggi

Kalau dilihat bentuknya memang ikan ini Kecil, tapi rasanya wahhhh ...bikin ketagihan!

 Ikan Teri, ya…
siapa yang ga kenal ikan kecil satu ini. ane yakin banyak orang yang sudah mengenalnya, Bahkan ikan ini juga dikonsumsi oleh berbagai kalangan ekonomi, mulai dari pemulung sampai Bos berdasi. Walaupun kecil, ikan ini punya nutrisi yang tinggi......

ikan Teri di dalam klasifikasi hewan termasuk ke dalam famili Engraulidae. ikan ini memiliki sekitar 140 jenis spesies dari 16 generasi yang berbeda. Ikan Teri hampir dapat dijumpai di seluruh lautan kecuali daerah Kutub, mulai dari Samudera Atlantik, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Ikan ini lebih senang berada di perairan yang beriklim sedang. Pada umumnya, mereka dapat beradaptasi dengan berbagai suhu dan salinitas air. Panjang ikan Teri berkisar antara 2 – 40 cm. Bentuk tubuhnya memanjang dan terlihat sangat ramping. Sedangkan warna tubuhnya seperti perak mengkilat.

Sebagai ikan pelagis yang berukuran kecil, ikan Teri hidup bergerombol. biasanya gerombolan Teri dapat dijumpai di daerah perairan yang dangkal, air payau yang berdasar lumpur, seperti daerah muara dan teluk. Proses bertelur (pemijahan) ikan Teri terjadi antara bulan Oktober dan Maret. Ikan Teri akan memijah di air yang agak hangat atau paling tidak suhu air > 12° C. Ikan Teri akan terlihat memijah setidaknya berjarak 62 mil dari pantai, dekat dengan permukaan air.

Peran ikan Teri dalam proses rantai makanan kehidupan di laut adalah sebagai mangsa dari predator yang memiliki tubuh yang lebih besar, seperti: Tuna, Marlin, Mackerel dan Hiu. Sumber makanan bagi ikan teri sendiri adalah plankton yang umumnya terdapat di perairan lapisan paling atas. dari segi tingkah lakunya terhadap cahaya, ikan ini tergolong ke dalam hewan yang memiliki fototaksis positif (senang cahaya).

Nelayan di Indonesia menangkap ikan ini menggunakan jaring. Umumnya nelayan menggunakan petromak di atas perahu atau Bagan mereka untuk menarik perhatian Teri. Setelah Teri banyak berkumpul, kemudian barulah nelayan mengangkat jaring untuk menangkap teri. Ada pula kemungkinan Teri tidak sengaja tertangkap saat nelayan menggunakan hauling menggunakan drift net atau purse seine. Ikan Teri juga merupakan salah satu komoditas andalan perikanan Indonesia. Selain jumlahnya yang banyak terdapat di perairan kita,ikan ini juga sangat mudah untuk diolah. ataupun Ikan Teri sangat populer diolah menjadi bahan panganan baik dalam bentuk kering, digoreng, diasap, diasinkan, dikalengkan atau bahkan digunakan dalam bahan saus pasta.

Di Indonesia, ikan ini sering diolah menjadi ikan asin ataupun ikan goreng. Selain itu, ikan ini juga sering digunakan untuk membuat kaldu ikan dan juga sebagai bahan penyedap pada sambal jawa. Di Korea, ikan ini dijadikan bahan dasar untuk membuat sup ataupun mie sup tradisional Korea.  Ikan yang di negara Italia dikenal dengan nama alici atau white anchovy ini juga dipakai oleh para koki di eropa untuk jadi bahan makanan lho…mulai dari topping pada pizza hingga hidangan ala Hotel bintang lima pun ada yang berbahan dasar Teri. Biasanya para koki menggunakan minyak ikan Teri untuk memberikan rasa yang lebih asin. Menurut informasi yang diperoleh dari Wikipedia, pada zaman Romawi, ikan Teri digunakan sebagai dasar untuk saus ikan yang difermentasi, dikenal dengan nama Garum. Ikan ini juga digunakan sebagai komponen utama bahan pembuat Saus Worcestershire.

Menurut HubPages.com, ikan Teri memiliki kandungan Asam Lemak Tak Jenuh Ganda yang sangat tinggi. Kandungan ini membantu untuk menurunkan tingkat kolesterol dan mengurangi resiko terkena serangan jantung. Selain itu, ikan Teri memiliki kandunga protein yang tinggi serta merupakan sumber vitamin E dan D serta mineral (kalsium dan selenium) yang baik. Ikan kecil seperti Teri, lebih baik daripada ikan – ikan yang besar, karena mengandung sedikit logam berat yang berbahaya bagi tubuh seperti merkuri, timah, cadmium, arsenik dan racun – racun lainnya.

Ikan Teri memiliki konsentrasi asam domoic tinggi, yang menyebabkan keracunan kerang amnesic pada manusia, mamalia laut, dan burung. Ikan Teri juga mengandung tingkat tinggi asam urat, yang dapat menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai radang gout. Apabila Anda dicurigai terkena salah satu gejala di atas, maka penanganan secara medis pun harus ditempuh. 

Tambahan gannnss.....

Ada beberapa tips yang bisa ada praktekkan sebelum menyiapkan ikan Teri:
  •  Bila Anda menggunakan ikan Teri dalam kaleng, ada baiknya untuk membilas dengan lembut dalam air dingin.
  •  Jika Anda ingin ikan tidak terlalu terasa asin, rendam dalam air dingin selama 30 menit. Kemudian tiriskan dan biarkan kering sebelum dimasak.

·          
OK…itu  sekilas informasi tentang Ikan Teri, semoga bermanfaat!


Ikan Teri ga akan basi
Ikan digoreng sama mpok Siti
Sedikit apapun informasi
Pasti akan tetap berarti
sumber : dirangkum dari berbagai sumber


readmore »»  

KKP LINDUNGI BUDIDAYA UDANG DARI PENYAKIT EMS/AHPND

Perudangan nasional saat ini dalam kondisi yang cukup menggembirakan. Harga udang yang mencapai nilai tertinggi yaitu Rp. 105 ribu per kg dan kebutuhan udang secara global yang meningkat, mendorong pemerintah untuk melakukan segala upaya meningkatkan produksi udang dan tetap menjaga usaha budidaya udang nasional dari serangan penyakit. Salah satu penyakit udang yang harus diperhatikan adalah Early Mortality Syndrome (EMS) atau Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND). “Untuk lebih mengenal dan mengetahui perkembangan terkini dari penyakit ini, pertemuan ini menjadi memiliki nilai strategis dan penting. Karena kita dapat menimba informasi dari pakar internasional terkait penyakit transboundery EMS/AHPND yang masih banyak menyerang budidaya udang terutama di Asia”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, saat membuka Seminar “Overview on Early Mortality Syndrome (EMS)/Acute Hematopancreatic Necrosis Disease (AHPND) di Hotel Sahati, Pasar Minggu – Jakarta Selatan.

Slamet menambahkan bahwa Udang merupakan komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia yang keberadaannya menjadi sangat strategis dalam menopang perekonomian nasional melalui penciptaan devisa Negara, sehingga bisnis perudangan nasional perlu terus didorong secara berkelanjutan. “Sebagai gambaran, nilai ekspor udang nasional Tahun 2011 mencapai 1.039 milyar US Dolar, angka yang cukup besar dalam memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Produksi udang juga  terus mengalami kenaikan. Tercatat,  produksi udang nasional tahun 2012 sebesar 415.703 ton atau meningkat 4% dari Tahun  2011. Tahun 2013 capian produksi udang nasional diproyeksikan sebesar 608.000 ton. Selain itu, merebaknya penyakit EMS (Early Mortality Syndrome) pada beberapa negara produsen udang di Asia seperti Thailand, Vietnam dan Malaysia menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengisi kekosongan ketersediaan kebutuhan udang dunia, yaitu dengan menggenjot produksi dan meningkatkan daya saing produk udang nasional”, tambah Slamet.

Slamet menegaskan, tantangan besar terkait bisnis perudangan nasional adalah semakin ketatnya daya saing produk udang di perdagangan global. Untuk tetap dapat bertahan dan bersaing di pasar global, pengusaha udang harus meningkatkan daya saing produk udang nasional. Terutama dengan penguasaan teknologi budidaya seperti produksi udang unggul, penerapan budidaya sistem tertutup, teknologi bioflok serta perekayasaan teknologi. Program industrialisasi udang telah menjawab permasalahan itu dan memberikan harapan besar bagi tercapainya peningkatan produksi udang nasional. “Selain itu, yang juga perlu diperhatikan adalah menjaga budidaya udang dari serangan penyakit salah satunya dari EMS/AHPND,” ungkapnya.

EMS/AHPND dilaporkan mewabah pertama kali di China pada tahun 2009, selanjutnya penyakit ganas ini menyebar ke Vietnam pada awal 2010, kemudian meluas ke Malaysia pada tahun 2011dan Thailand pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 ditengarai bahwa penyakit ini sudah sampai di Mexico. “Dampak yang diakibatkan oleh EMS/AHPND disampaikan oleh Global Aquaculture Alliance (GAA) memperkirakan Asia kehilangan USD 1 milyar dari hasil produksi budidaya udang akibat serangan AHPND. Demikianjuga Department of Animal Health (DAH) Viet Nam melaporkan AHPND menyerang area tambak udang dengan total luas sebesar 39.000 ha selama tahun 2010–2011; Department of Fisheries, Malaysia  memperkirakan kehilangan USD 0.1 milyar pada tahun 2011;  di Thailand, Charoen Pokphand Foods melaporkan bahwa pada triwulan I 2013, keuntungan menurun sebesar 70% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnyasebagi akibat dari kurangnya pasokan udang akibat serangan penyakit EMS/AHPND. “Jadi kita harus tetap waspada terhadap penyakit ini. Pemerintah telah mengambil langka-langkah untuk mencegah masuknya penyakit ini ke Indonesia dengan membentuk tim khusus atau satuan tugas yang selalu memantau perkembangan penyakit ini secara global selain itu juga memberikan informasi dan pengetahuan kepada pemerintah daerah melalui sosialisasi yang telah dilakukan di 9 lokasi sentra budidaya udang seperti Kalimantan Barat, Lampung, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Jawa Barat dan Banten, Bali danJawaTimur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan NTB,” tambah Slamet.

Prof. Lightner dari Universitas Arizona, memberikan materi terkait informasi terkini tentang penyakit EMS/AHPND yang tengah melanda beberapa Negara produsen udang di Asia. Penyakit ini diduga disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus yang mengakibatkan perubahan warna pada hepatopankreas (kuning/pucat) sehingga udang mengalami kematian pada saat umur 30 hari. Kematian akibat penyakit ini cukup besar karena mencapai 90 % dari jumlah benih yang ditebar.


Seminar ini juga dihadiri para pakar, praktisi dan pembudidaya udang dan juga perwakilan dari Unit Pelaksana Teknis lingkup DJPB yang membidangi budidaya air payau. Diharapkan dari seminar ini perudangan nasional tetap terjaga dari merebaknya penyakit EMS/AHPND dan tetap dapat mendukung program peningkatan produksi yang berkelanjutan.



sumber : KLIK DISINI
readmore »»