Rabu, 30 Januari 2013

Kontruksi keramba jaring apung

Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa bagian, antara lain :


1. Kerangka keramba jaring apung
Kerangka (bingkai) jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya disesuai-kan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut.

Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali.  Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/ angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun.

Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan bambu sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. Bambu yang digunakan untuk kerangka sebaiknya mempunyai garis tengah 5 – 7 cm di bagian pangkalnya, dan bagian ujungnya berukuran antara 3 – 5 cm. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali. Ada juga jenis bambu gombong yang mempunyai diameter 12 -15 cm tetapi jenis bambu ini kurang baik digunakan untuk kerangka karena cepat lapuk.

Ukuran kerangka jaring terapung berkisar antara 5 X 5 meter sampai 10 X 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan cirata pada umumnya menggunakan kerangka dari bambu dengan ukuran 7 X 7 meter. Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak/kantong tetapi satu unit. Satu unit jaring terapung terdiri dari empat buah petak/kantong. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.32.

2. Pelampung keramba jaring apung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring terapung. Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2. Jenis pelampung dan lama pemakaian

Jika akan menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7 X 7 meter, dalam satu unit jaring terapung membutuhkan pelampung antara 33 – 35 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.33.
Gambar 2.3. Pelampung drum besi

3. Pengikat keramba jaring apung
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring.

4. Jangkar keramba jaring apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing sudut dari kerangka jaring terapung. Berat jangkar berkisar antara 50 – 75 kg. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Jangkar keramba apung
5. Jaring keramba jaring apung
Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan umum, biasanya terbuat dari bahan polyethylene atau disebut jaring trawl. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. Kantong jaring terapung ini mempunyai ukuran bervariasi disesuaikan dengan jenis ikan yang dibudidayakan, untuk ikan air laut ukuran kantong jaring yang biasa digunakan berukuran mulai 2 X 2 X 2 m sampai 5 X 5 x 5 m.

Sedangkan untuk jenis ikan air tawar berkisar antara 3 X 3 X 3 m sampai 7 X 7 X 2,5 m. Untuk mengurangi resiko kebocoran akibat gigitan binatang lain, biasanya kantong jaring terapung dipasang rangkap (doubel) yaitu kantong jaring luar dan kantong jaring dalam. Ukuran jaring bagian luar biasanya mempunyai mata jaring (mesh size) yang lebih besar.

Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :

a. Jaring polyethylene no. 380 D/9 dengan ukuran mata jaring (mesh size) sebesar 2 inch (5,08 cm) yang dipergunakan sebagai kantong jaring luar.
b. Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm) dipergunakan sebagai kantong jaring dalam.

Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1 inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di perairan umum, khususnya dalam budidaya ikan di jaring terapung ukuran jaring yang digunakan adalah ukuran ¾ - 1 inch. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Ukuran mata jaring yang digunakan berdasarkan ukuran ikan yang dibudidayakan

Kantong jaring yang digunakan untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring utuh. Dalam hal ini biasanya jaring trawl dijual dipasaran berupa lembaran atau gulungan. Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat kantong jaring adalah membuat desain/rancangan kantong jaring yang akan dipergunakan. Ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar antara 2 X 2 m sampai dengan 10 X 10 m.

Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan, misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, langkah selanjutnya adalah memotong jaring. Untuk memotong jaring harus dilakukan dengan benar berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat terpasang di perairan. Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan terpasang atau sudah berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau mata jaring dalam keadaan tertarik/terbuka (”Hang In Ratio”).

Nilai ”Hang In Ratio” dalam membuat kantong jaring terapung adalah 30%. Adapun perhitungan yang digunakan untuk memotong jaring ada dua cara, yaitu : (1) menggunakan rumus tertentu dan (2) melakukan perhitungan cara di lapangan. Rumus berdasarkan ”Hang In Ratio” adalah sebagai berikut :
Keterangan :
S : Hang In Ratio
L : Panjang jaring sebelum Hang In atau dalam keadaan tertarik
i : Panjang tali ris
D : dalam kantong jaring (jumlah mata jaring dikalikan ukuran mata jaring dalam keadaan tertarik)
d : dalam kantong jaring sesudah Hang In
Contoh penggunaan rumus dalam menghitung jaring yang akan dipotong dengan ukuran 7 X 7 X 2 m adalah sebagai berikut:

Misalnya, kantong jaring yang akan dibuat 7 X 7 X 2 m dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Diketahui Hang In Ratio (S) adalah 30% = 0,3, Panjang tali ris (i) = 4 X 7 m = 28 m.  Maka untuk mencari panjang jaring sebelum Hang In adalah :
Jadi panjang tiap sisi adalah 40 m : 4 = 10 m Jumlah mata jaring 10 m = 1000 cm : 5,08 cm = 197,04 mata jaring dibulatkan 197 mata jaring. Diketahui dalam jaring sesudah Hang In (d) adalah 2 m, maka dalam kantong jaring sebelum dipotong (D) adalah :
Jadi jumlah mata jaring 2,8 m = 280 cm : 5,08 cm = 55,1 mata jaring dibulatkan menjadi 55 mata jaring.

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh ukuran lembaran jaring yang akan dipotong untuk kantong jaring berukuran 7 X 7 X 2 m adalah 197 X 197 X 55 mata jaring.

Sedangkan para petani ikan dilapangan biasanya menghitung jaring yang akan digunakan untuk membuat kantong jaring menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Misalnya kantong jaring yang akan dibuat berukuran 7 X 7 X 2 m dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Berdasarkan hasil penelitian panjang jaring akan berkurang sebesar 30% dari semula. Maka secara praktis dilapangan diperhitungkan jumlah mata jaring dalam setiap meter adalah:
Jadi dalam satu meter jaring yang berukuran 1 inch terdapat 56 mata jaring, sehingga jika akan membuat jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, jumlah mata jaringnya adalah 392 X 392 X 112 mata jaring. Sedangkan ukuran mata jaring yang akan digunakan adalah 2 inch maka jumlah mata jaring yang akan dipotong adalah 196 X 196 X 56. Angka-angka ini diperoleh dari hasil perkalian antara ukuran kantong jaring dengan jumlah mata jaring.

Berdasarkan hasil kedua perhitungan tersebut memperoleh nilai yang tidak jauh berbeda. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memindahkan pola yang telah dibuat langsung kejaring. Jaring tersebut dibentangkan dan dibuat pola seperti Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Pola jaring keramba jaring apung
Sebagai acuan untuk melakukan pemotongan jaring yang akan dipergunakan untuk membuat kantong jaring terapung dapat dilihat pada Tabel 2.4.


Tabel 2.4. Perhitungan jumlah mata jaring yang harus dipotong dalam berbagai ukuran kantong jaring dan mata jaring.

6. Pemberat keramba jaring apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu atau timah yang masing-masing beratnya antara 2–5 kg. Fungsi pemberat ini agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong jaring terapung.

7. Tali / tambang keramba jaring apung

Tali / tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 5–10 mm, sedangkan pada perairan laut tali / tambang yang digunakan terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan tali ris.

Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung. Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7X7X2m maka tali risnya adalah 7m X 4 =28 m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi. Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m +( 4 X 0,5 m) = 30m. Hal ini untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat melakukan budidaya ikan.

SUMBER : KLIK DISINI















readmore »»  

TEHNIK BUDIDAYA KEPITING BAKAU


Tehnologi budidaya kepiting bakau itu telah diperkenalkan dan dipraktekkan di banyak negara seperti Jepang, Australia, China, India, Sri Langka, Philippina, Malaysia, dan tentu saja Indonesia. Khususnya di Negara kita sendiri,  usaha ini masih bersifat kecil-kecilan dan tidak berkesinambungan  karena kendala sumber benihnya mengingat di Indonesia belum ada yang mendirikan usaha Panti Pembenihan Kepiting. 

Budidaya kepiting dapat dikembangkan melalui beberapa jenis usaha , selainPembenihan , yaitu : 
  1. Pembesaran dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi ; 
  2. Penggemukan yaitu memelihara kepiting hasil tangkapan dari alam yang beratnya dibawah standar menjadi ukuran konsumsi ; 
  3. Produksi kepiting cangkang lunak yaitu memelihara kepiting  yang sudah berukuran konsumsi tetapi bercangkang keras menjadi bercangkang lunak saat ganti kulit;  
  4. Produksi kepiting betina yang mengandung telur (matang gonad.). 
Tujuan utama dari Budidaya kepiting ialah agar harga jualnya lebih tinggi , sehingga meningkatkan penghasilan nelayan penangkap kepiting. Apabila produk dari budidaya itu dapat meningkatkan ekspor tentu akan menaikkan devisa Negara.  


A. Lokasi Budidaya Kepiting
Daerah yang cocok untuk lokasi budidaya kepiting  ialah  tambak yang bisa untuk budidaya bandeng dan udang. Tambak yang dasarnya berlumpur lebih cocok untuk kepiting.  Kadar garam airnya yang optimal berkisar 10-25 ppt . Sifat air lainnya yang cocok adalah : suhu 28-33 oC , pH 7,5 -8,5 dan DO lebih dari 5 ppm.


B. Benih kepiting
Terus terang saja Selama ini  dihasilkan dari penangkapan. ukurannya sangat bervariasi. Anakan kepiting yang berukuran berat  30-50 gram  dijadikan benih untuk budidaya  unit pembesaran .
Kepiting tangkapan yang ukurannya 150-200 gram menjadi benih untuk unit Penggemukan, terdiri dari kepiting jantan dan betina. Kepiting  ukuran itu juga dijadikan benih untuk unit  produksi cangkang lunak dan juga unit produksi kepiting bertelur, (betina saja.).

Benih kepiting untuk dibesarkan di lokasi lain, diangkut dengan cara yang sama seperti mengangkut kepiting untuk konsumsi.  Yaiut diikat capit-capitnya dengan tali , lalu digantungkan terbalik didalam bak atau ember yang diisi air payau. Pedagang biasanya membuat bak untuk penagngkut  itu ukuran garis tengah 50 cm.  Dapat juga dibuat dari fiber glass berbentuk kotak ukuran 50 x 50 cm , dalam 60 cm. 

Bak ukuran itu dapat memuat 150-200 ekor kepiting kecil-kecil berat 20-50 gram/ekor. Selama diangkut, kepiting direndam dalam air payau 10-25 ppt. Pengangkutan selama 7-8 jam , mortalitasnya berkisar 0 -40 %. (Gunarto,1989 dalam Cholik,1991).  


Seperti telah di dokumentasikan oleh  Cholik & Hanafi, 1991,  Tehnik budidaya kepiting yang dipraktekkan diberbagai daerah di Indonesia, dideskripsikan dibawah ini.

1.    Wadah
Wadah untuk memlihara kepiting  pembesaran, penggemukan , kepiting bertelur maupun kepiting cangkang lunak, diberbagai daerah dikembangkan sendiri oleh para petani dan nelayan tradisional secara sederhana, disesuaikan dengan kemampuan dan lokasi yang memungkinkan. 

1.1. Kotak dari bambu
Wadah  penggemukan itu kebanyakan dibuat dari bambu ukuran kotak 2 x 0,5 x 0,2 m  .Terbagi menjadi 2 bagian ( lihat gambar). Yang masing-bagian diberi tutup. Ruangan kotak itu disekat-sekat menjadi kotak-kotak kecil masing- masing  30 cm2. cukup untuk diisi dengan 1 ekor kepiting di setiap kotak tersebut.  Wadah seperti ini digunakan oleh para nelayan di Cilacap (Jawa Tengah ) dan juga di Bone (Sulawesi Selatan), untuk memelihara kepiting bertelur.

1.2. Kotak  plastik
Wadah yang mungkin digunakan juga ialah kotak dari plastic ukuran 60 x 40 x 20 cm.  Kotak ini juga di beri sekat-sekat menjadi 9 ruang masing-masing untuk 1 ekor kepiting.
Sistem kotak kecil ( disebut sistem baterei pada kandang ayam!) , ini berarti sangat hemat ruang atau padat penebaran tinggi ,yaitu 40 ekor kepiting per-M2.  
Dengan system ini mortalitas  hanya 5 % atau kurang, karena kepiting tidak dapat saling menyerang atau memangsa. Menurut Cholik (1991) kematian itu disebabkan oleh kegagalan  pada waktu ganti kulit.
Gambar: 7– Kotak bambu terapung  sistem baterei

 1.3. Kotak dari jaring  (Jaring apung)
Khusus untuk memelihara kepiting, Jaring apung yang dibuat berukuran kecil,  2,5 x 2,5 x 1 m  Bingkai diibagian atas dari papan sedikit agak lebar, sedemikian rupa sehingga papan bingkai itu menjorok kedalam , dapat menghalangi kepiting  keluar.  (lihat gambar : 8 )   dibawah ini.  Agar tidak hanyut terbawa arus, setiap sudut  diberi jangkar dengan  ikatan tali, seperti pada gambar itu.
Gambar::8. Kotak Jaring Apung   (menurut Cholik dan Hanafi, 1994)

Metoda pemeliharaan kepiting dilakukan di petak tambak air payau . Petak luasnya  20 x 50 m = 100 m2,  petak tambak itu diberi pintu air 2 buah : satu untuk pemasukan air dan  satu untuk pembuangan. Didalam petak itu di sekat-sekat menjadi beberapa bagian dengan cara memasang pagar dari bambu.  Setiap bagian  ukurannya  misalnya 5 m x 10 m . dibagian  sekeliling pagar bambu dibuat lebih dalam berbentuk saluran keliling (caren ) sedalam 50-60 cm , sedangkan dibagian tengahnya menjadi pelataran yang dapat terendam air sedalam  30-40 cm.   (lihat gambar dibawah ini.) Metoda ini dapat ditemui di daerah Kamal, dan Tangerang  

1.4. Kotak berpagar tanpa caren
Dapat juga kotak-kotak yang dibuat dengan sekatan pagar bambu di dalam petak tambak, dibuat tanpa caren . Di dalam kotak-itu di bagian dalam pagar, dipasang bambu atau  gedek 0,5 -1 m dibawah permukaan air, dimana kepiting dapat berteduh. Seperti di  Lukis dibawah ini.. : Gambar: 7 menurut Cholik & Hanafi, 1991
Gambar:9.Sekat petak tambak dengan pagar bambu.

1.5. Pagar dari jaring  dengan pintu air
Pemagaran  tambak dapat juga dipakai jaring  yang dipasang tegak menggunakan tihang-tihang kayu atau bambu. Pintu air juga dipasang saringan dari kerei bambu , seperti pada gambar: 10, dan tanpa caren  dalam pagar itu. Ditengah diberi pelataran terendam air 40-60 cm dimana kepiting mendapatkan makanan alami yang tumbuh disitu..

Gambar: 10 Pagar dari jaring berpintu air
Kotak dengan system pagar itu selain dipasang didalam petak tambak, dapat juga dipasang pada suatu teluk yang dangkal (lihat gambar: 13). Metoda ini dijumpai dipraktekkan petani tambak di Sumatera Utara. 


2.      Metoda  Pemeliharaan Kepiting
Telah diuraikan diatas, bahwa pemeliharaan kepiting  dilakukan dengan 4 macam  tehnik sesuai dengan tujuan jenis produksinya . Pada bagian ini diuraikan satu persatu. 


2.1. Pembesaran Benih
Yang paling banyak dilakukan metoda ini yaitu pembesaran kepiting hasil tangkapan yang masih berukuran kecil ( kurang dari 50 gram) dipelihara menjadi ukuran yang layak di konsumsi yaitu ukuran lebih besar dari 200 gram .  Pembudidayaan ini dilakukan secara tradisional yang bersifat ekstentif.  


2.2. Tempat Pemeliharaan
Tempat pembesaran ialah tambak yang biasa untuk memelihara bandeng dan udang.  Agar kepiting tidak keluar dari tambak, dibuatlah kurungan atau sekeliling tanggul tambak dipasang pagar dari bambu yang cukup rapat.  

Luas petak tambak yang dipergunakan untuk memelihara kepiting bervariasi, tergantung dari kepemilikan petani dan kondisi pengirannya dan juga aspek keamanan dipertimbangkan. Namun kisaran luas petak  antara  100 m2 sampai 0,5 ha. Petakan yang lebih besar lebih sukar di kelola , misalnya pengaturan air dan biaya pembuatan pagar akan lebih besar, sehingga biaya harus disesuaikan pula dengan kemampuan petani. 

Padat penebaran  sebaiknya 2 ekor/m2.  Derajat kehidupan dipengaruhi oleh kepatan tebar. Karena kepiting bersifat kanibal, semakin padat resiko dimangsa oleh sesamanya semakain besar.  Percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa pada padat tebar 1 ekor/m2 derajat kehidupan 77 % ; kepadatan 3 ekor.m2 sintasan 49% dan kepadatan 5 ekor/m2 sintasan hanya 32 % (Gunarto dan Cholik, 1990). Maka disepakati bahwa kepadatan tebar sebaiknya 2 ekor/M2  dimana sintasan dapat dicapai 70 % atau mungkin lebih. 
Lama pemeliharaan  3 bulan , dimana dari benih kepiting  berat awal 50 gram rata-rata , akan menjadi kepiting  dengan berat rata-rata 200 – 300 gram. Ukuran yang umum dipasarkan.


2.2.1. Pakan
Pakan yang diberikan ialah ikan rucah yang harganya murah atau binatang-binatang pengganggu di tambak seperti ular, belut yang dipotong-potong kecil-kecil. Di Negara lain seperti Malaysia dan Philippina , dianjurkan untuk memberi pakan kepiting  dengan bahan-bahan buangan dari penyembelihan hewan ( jerohan) ayam, dan ternak lain. Banyaknya ransum 3-5 % berat biomassa kepiting  2-3 kali sehari. Pemberian yang terlalu banyak , pakan akan bersisa dan membusuk dalam tambak sehingga kurang baik akibatnya bagi kepiting. Karena itu petani harus mengamati keadaan mutu air tambak, sehingga bila terjadi hal yang memburuk, dapat dilakukan pergantian air, pada waktu terjadi pasang. 


2.2.2. Pemanenan
Pada system pemeliharaan di tambak dengan pagar bambu  itu, cara pemanenan  Secara sederhana yaitu dimulai dengan membuang sebagian air tambak sampai kedalaman dalam petak  30 cm. Beberapa orang akan turun kedalam tambak membawa  keranjang untuk wadah kepiting yang ditangkap dan membawa sebatang bambu . Bambu itu di tancapkan  pada dasar tambak, lalu di tangkap oleh kepiting hingga dapat ditangkap dengan tangan saja.  Tetapi cara ini sering menyebabkan capitnya lepas, sehingga harga jualnya turun.  

Penangkapan secara total biasa dilakukan dengan pengeringan tambak, sehingga kepiting dapat ditangkap dengan seser, dan yang tersembunyi didalam lumpur dapat di juga ditangkap dengan seser dari bambu atau pengki untuk memungkinkan  mengeruk lapisan Lumpur tempat kepiting bersembunyi. 

2.2.3. Mengikat Kepiting Kepiting  mempunyai capit yang kuat, dan anggota badannya mudah putus, sedangkan bila anggota badan tidak lengkap, harga jualnya akan menurun.  Karena itu keterampilan cara mengikat kepiting  haruslah dipelajari dengan cermat. Dibawah ini disajikan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengikat kepiting hidup  dengan cara yang baik dan benar, agar kepiting tidak putus angota badan dan orang yang mengikatnya tidak terluka seperti di lukiskankan oleh  Rattanachote dan Dangwatanakul ( 1991).
Gambar:  14 - Mengikat Kepiting (Rattanachote & Dangwatanakul , 1991)

2.3. Penggemukan Kepiting
Penggemukan kepiting dilakukan  menggunakan wadah berupa kotak dari bambu yang di apungkan d dalam petak tambak. Konstruksi kotak bambu  (system) baterai) seperti dibahas pada buti r : 5.1.Setiap kotak kecil diisi seekor kepiting. 
Dengan system kotak-kotak kecil ini, sangat hemat dalam pemakaian ruang , dimana jumlah yang dipelihara  40 ekor kepiting per- m2. Lama pemeliharaan penggemukan ini hanya 3-4 minggu. Dari benih awal yang sudah berukuran 150-200 gram/ekor.  


2.4. Produksi kepiting cangkang lunak
Kepiting Bakau Oleh para petani  di Jawa Barat, kepiting cangkang lunak disebut kepiting “soka”.
Kepiting ini  mempunyai sifat secara periodik berganti kulit. Sementara kulitnya lepas, akan diganti dengan kulit baru yang masih lunak untuk beberapa jam lamanya sebelum menjadi keras kembali. Ketika cangkang lunak itu kepiting juga berkesempatan untuk tumbuh membesar. 

Frekuensi ganti kulit , pada yang masih muda  lebih cepat, semakin tua frekuensinya semakin jarang. 
Kepiting yang di pelihara sudah berukuran cukup besar yaitu 150-200 gram /ekor, dan lama pemeliharaan 2-3 minggu saja.  Pergantian kulit ini secara alami  dirangsang oleh faktor alam yaitu saat air pasang tinggi dari laut masuk  . Juga dipengaruhi oleh banyaknya pakan . Karena itu dalam pemeliharaan kepiting harus diberi pakan dalam jumlah cukup , tidak boleh kelaparan.

Bila wadah yang dipergunakan sistem baterei, dimana kepiting seekor dipelihara dalam satu kotak , sehingga tidak saling memangsa, maka derajat kehidupan selalu tinggi bahkan tidak ada yang mati.

Wadah yang digunakan dianjurkan seperti dilukiskan pada butir 5.1. diatas. Jadi sama dengan wadah untuk tujuan Penggemukan kepiting. 


2.5. Produksi kepiting bertelur
Para konsumen di restoran-restoran internasional, banyak menggemari kepiting yang mengandung telur. Memang kepiting yang penuh mengandung telur  sangat lezat . Telurnya berwarna merah jingga memenuhi seluruh rongga dibawah karapas.  Harganya menjadi berlipat 3-4 kali dibanding dengan kepiting yang gemuk tetapi tidak mengandung telur ! 

Yang dipelihara untuk ini tentu hanya kepiting berjenis kelamin betina saja, dan ukurannya sudah mencapai 200 gram atau lebih.  Petunjuk untuk postingan  ini telah diterangkan bahwa kepiting betina dapat dipercepat proses pematangan gonadnya dengan cara diablasi salah satu matanya.

Untuk jenis produksi ini , sebaiknya digunakan wadah berupa kotak-kotak dari bambu juga (sistem baterei) dimana seekor kepiting dipelihara di dalam satu kotak seperti digambar dan dijelaskan pada butir 5.1. 

Kepiting betina yang dipilih untuk dipelihara  ialah yang sudah cukup ukurannya ( dewasa) yaitu 200 gram atau lebih. Tidak ada tanda-tanda berpenyakit. 

Mula-mula kepiting betina tsb dipelihara dengan diberi pakan yang bermutu baik yaitu ikan rucah yang segar , juga cumi-cumi dan kerang-kerangan. Bahan pakan itu tentu harganya cukup mahal, tetapi harga produksinya juga mahal, sebagai kepiting bertelur .

Banyaknya ransum 2-3 % berat tubuh kepiting per-hari. Jenis pakan tsb. cara pemberiannya dicuci bersih lebih dahulu , lalu dipotong-potong kecil-kecil agak mudah dimakan oleh kepiting yang memang ukurannya sudah cukup besar. Pakan ini diberikan  selang sehari , mengingat kadang didaerah tertentu jenis cumi-cumi dan kerang-kerangn tidak selalu mudah diperoleh dan harganya cukup mahal.  

Selain pakan  tersebut diatas, kepiting  juga dapat diberi pakan berupa pelet kering yang biasa diberikan untuk udang ditambak , yaitu pelet udang klas “grower” (untuk udang yang sedang tumbuh ).Dosis pelet kering itu 2-3 % berat kepiting/hari, yang diberikan 2 kali , pagi dan sore. Malahan pakan pelet itu dapat diberikan sebagai pakan yang utama setiap hari.  Kepiting ternyata suka makan pelet kering itu.  3 hari setelah kepiting dipelihara, sehingga sudah cukup beradaptasi, lalu dilakukan ablasi mata. 

Kepiting dipegang dengan tehnik khusus agar japit dan anggota tubuh lainnya tidak putus.  Biasanya hanya tehnisi yang sudah terampil yang dapat dengan sempurna melakukannya.

Lalu satu mata kepiting itu di potong dengan gunting yang lebih dahulu dipanaskan (dibakar), agar lukanya cepat kering dan tidak mengeluarkan banyak cairan. Selesai ablasi, kepiting di rendam sementara didalam ember yang diisi larutan PK  3 ppm agar tidak infeksi. Setelah di desinfeksi selama 5 menit, kepiting  dikembalikan ke dalam kandangnya /kotaknya . Pemeliharaan selanjutnya , berupa pemberian pakan dan pengaturan pengairannya agar menjamin kepiting calon induk tsb. hidup optimal.

Biasanya setelah 3 hari , telur didalam gonadanya sudah mulai tumbuh dan 7 hari  gonada sudah berkembang penuh.  Tandanya dapat dilihat di bagian belakang tubuhnya di batas antara karapas dengan abdomen yang terlipat itu , mengembang dan berwarna merah -jingga.  Maka kepiting ini harus segera di panen dan dijual kepada pemesan.

Kepiting yang bertelur ini sebenarnya merupakan calon induk yang dapat dipelihara di Panti Pembenihan agar menghasilkan anak-anak kepiting. Yaitu sebelum di ablasi , lebih dahulu dikawinkan, agar betina ini mendapat sperma dari pejantannya un tuk fertilisasi telur-telurnya.  Namun karena tujuannya untuk konsumsi  di restoran, maka tidak perlu dikawinkan lebih dahulu.

Hal yang perlu dijaga oleh setiap petani yang memelihara kepiting, terutama untuk eksport, haruslah menjaga agar anggota badan (kaki-kaki, japit, dll) tidak putus. Karena anggota tubuh yang cacat akan menurunkan nilai jualnya.


Jadi Pada Prinsipnya dalam Usaha Budidaya Kepiting bakau ini, Ada 4 metoda budidaya kepiting  menurut  Produk yang dihasilkan , yaitu 
1.       Pembesaran dari benih menjadi kepiting  ukuran konsumsi.
2.       Penggemukan : kepiting jantan betina  agar menjadi lebih gemuk, harga meningkat
3.       Produksi kepiting cangkang lunak.
4.       Produksi kepiting bertelur. 


Lama pemeliharaan, pada no. 1 , 1-2 bulan , tergantung ukuran benih di awal pemeliharaan dan ukuran permintaan pasar/konsumen.

Pada no:2 ,  hanya 3-4 minggu. Pada no: 3,  3-4 minggu  Pada no:4 , 3 minggu sampai 1 bulan.
a.  Wadah  pemeliharaan  ada beberapa macam. Yang paling baik hasilnya ialah system Baterei,  berupa kotak dari bambu yang disekat-sekat  menjadi kotak-kotak kecil ukuran 30 cm2, masing-masing untuk wadah  satu ekor kepiting. Dengan kotak- kecil ini kepiting lebih aman terhadap kanibaisme , ketika sedang dalam kondisi ganti kulit. Sehingga wadah semacam ini menghasilkan derajat kehidupan 95-100%. 

b.  Wadah  berupa jaring apung, dapt digunakan , dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 1 m  dipasang pada perairan  umum , diberi jngkar agar tidak terhanyut oleh arus.    Bila dipelihara jantan atau betina saja  secara terpisah, akan dapat mengurangi kanibalisme.

c.   Tambak bekas memlihara udang dan bandeng, dapat di sekat-sekat dengan  kerei bambu yang di tancapkan  20=30 cm kedalam Lumpur  agar kepiting tidak lolos.  Di bagian tengah kotak di beri pelataran tanah yang lebih tinggi , agar kepiting mencari makan. Sedangkan caren keliling yang agak  dalam ( 30-50 cm) kepiting dapat berteduh.    Pemeliharaan ini untuk pembesaran  dan /atau penggemukan kepiting. Hasilnya  mortalitas mencapai 10-20 % karena kanibalisme.

d.  Pemeliharaan kepiting didalam pagar (pen culture) dengan pagar bambu itu dapat juga dipasang pada teluk yang dangkal. Biasanya kepiting  sebagai benih (diawal pemeliharaan sudah cukup besar (100-150 gram)  agar menjadi gemuk sebelum di jual. 

e.  Wadah pemeliharaan berupa bak dari semen seperti di dalam Panti Pembenihan yang biasanya untuk udang, baik untuk memelihara kepiting calon induk sampai mengandung telur tingkat 2, tetapi tidak sampai memijah.  Ini perlu rangsangan  pengembangan telur /gonada dengan cara  ablasi mata, seperti diterangkan pada Materi Pokok 2. Disini hanya dipelihara kepiting betina saja, pejantan tidak diperlukan  karena yang berproduksi telur hanya yang betina saja. Bila dicampur jantan, malahan bisa  menyebabkan lebih banyak kematian karena kanibalisme.  

Budidaya (pemeliharaan kepiting) kesemuanya memerlukan pemberian pakan  yang harus diberikan secara cermat. Pakan harus  mencukupi dosisnya yaitu 5-10 % berat kepiting yang dipelihara seluruhnya ( biomassa) per-hari, diberikan 2 kali sehari.   Pakan harus dari bahan yang mudah didapat dan harganya tidak mahal, seperti, ikan rucah, kotoran dari penyembelihan hewan, sisa-sisa makanan dari restoran. Bila harga pakan  mahal misalnya pelet, tentu tidak menguntungkan bagi petani. 

Cara pemanenan kepiting dapat secara serentak (panen total) yaitu mengeringkan seluruh tambak tempat pemeliharaan kepiting.  Atau panen secara selektif, bial menggunakan system baterei, dimana kepiting yang bercangkang lunak  di panen. Yang lain, dipelihara lebih lanjut sampai ganti kulitnya.  

Cara panen sebagian (selektif) juga dilakukan untuk kepiting bertelur. Yang sudah mengandung telur saja yang dipanen.  Penanganan kepiting setelah dipanen haruslah dilakukan secara cermat supaya tidak mematahkan kaki-kakinya. Kepiting yang cacat, nilai jualnya akan menurun.  

Kepiting yang dipelihara didalam petak tambak yang diberi berpagar, waktu air surut, air didalam petak juga di surutkan sampai tinggal 20 cm. Ketika pasang naik, air di masukkan melalui pintu air, kepiting akan berenang menentang arus air laut yang mengalir masuk. Ini memudahkan pengumpulan kepiting yang berenang menentang arus air itu. Sifat  yang berenang menentang arus ini disebut “rheotaxis”. 

Kepiting yang ditangkap segera diikat secara sistematik dengan cara ikatan yang benar  agar kaki  atau capit tidak patah.  Hanya orang yang sudah terampil melakukan pengikatan yang berhasil mengerjakannya.  Karena itu para peserta kursus harus  berlatih mengikat kepiting dengan benar.

Pengangkutan jarak dekat, sampai 2-3 jam perjalanan, kepiting yang sudah diikat dengan benar, digantungkan terbalik dimasukan ke dalam kotak, sepanjang perjalanan harus dipercik dengan air payau, agar tetap basah. Metoda pengangkutan ini dapat berhasil hidup 90 % atau lebih.  



Keterangan
Postingan ini di maksudkan sebagai bahan pengetahuan  teori dasar bagi para pelaku utama , Pengusaha dan para pemerhati  budidaya Kepiting. Kemungkinan besar para pembaca  sama sekali belum pernah belajar yang mendalam tentang   Budidaya Perikanan pada umumnya dan budidaya kepiting bakau pada khususnya.  Namun demikian, para pembaca dan pengguna ini mempunyai minat yang cukup terhadap budidaya perikanan. Oleh karena itu  Artikel ini sebagai pengetahuan dasar, haruslah di pelajari dan dipahami secara sungguh-sungguh sebelum yang bersangkutan memulai  melakukan budidaya kepiting bakau.  Tanpa mempelajari teori sebagai dasar, kiranya mustahil, seseorang akan dapat memulai usaha budidaya kepiting ini.  

Juga setelah pelaku budidaya dan pengusaha, memulai usaha ini, tentu secara terus menerus mengingat dasar pengetahuan ini dan juga harus mengikuti  perkembangan  dan kemajuan tehnologi yang mungkin terjadi dikalangan para pelaku utama budidaya kepiting yang lain dan para peneliti serta akademisi yang pasti melakukan penelitian di bidang budidaya kepiting. 

Sangat di anjurkan agar para pelaku budidaya kepiting , mengikuti perkembangan tehnologi budidaya kepiting yang lebih mutahir, yaitu dengan cara menyimak tulisan/publikasi baik berupa karya-karya tulis, seminar, diskusi,  maupun publikasi dari media elektronik (inter net)  baik siaran yang bersumber di dalam maupun di luar negeri.  

Demikianlah , petunjuk singkat ini  merupakan pengetahuan awal untuk budidaya kepiting yang merupakan rangkuman dari berbagai   hasil penelitian para  peneliti/ cendekiawan bidang perikanan yang publikasinya  tersebar di berbagai perpustakaan, sehingga ini memudahkan para pemula dalam menimba ilmu khususnya budidaya Kepiting.  Semoga Karya tulis ini  dapat bermanfaat untuk perkembangan pembangunan Perikanan khususnya Budidaya Perikanan , lebih khusus lagi Budidaya


Untuk diketahui sebagai tambahan
Tambahan  1
1.       Tubuh kepiting berkulit/ bercangkang keras terdiri dari zat khitin. Kulit keras itu menghambat pertumbuhan, karena itu Kepiting secara periodic  berganti kulit, untuk mendapat kesempatan membesarkan tubuhnya. Bentuk tubuh kepiting tambak dari bagian dorsal (atas) berupa karapas yang membulat , sedangkan bagian kepala dada dan organ tubuh bagian dalam seperti alat pencernaan makanan, alat reproduksi , dsb. berada di dalam/ tertutup oleh karapas tsb. Bagian abdomen berupa segitiga terbentuk dari beberapa ruas , melipat erat dibawah ( bagian ventral) dari tubuhnya. Kaki jalan ke-1 berbentuk capit yang besar . kaki-kaki jalan no 2,3,4 berujung runcing berfungsi untuk berjalan; pasangan kaki jalan nomer 5 , berupa kaki dayung. 

2.   Pada kepiting jantan abdomen berbentuk segitiga yang sempit; pada betina berupa segitiga yang melebar.  Pada betina kaki-kaki renang berbulu sebagai tempat melekatnya telur-telurnya setelah dibuahi, dan yang sedang dieramkan. Pengeraman telur lamanya 10-12 hari , dilakukan olrh induk betina.

3.   Tempat hidup atau habitat kepiting bakau ialah wilayah perairan estuaria  yaitu hutan bakau, tambak , saluaran dan sungai sampai laut dekat pantai yang berair payau. Adapun wilayah penyebarannya  meliputi perairan pantai didaerah Indo-Pasifik, dari pantai timur benua Afrika, sampai kepulauan Polynesia, dari pulau-pulau di Jepang bagian selatan sampai pantai utara benua Australia. 

4.  Kepiting melakukan perkawinan di perairan estuaria sampai di laut. Telur setelah dibuahi , ditempelkan pada umbai-umbai (bulu-bulu kaki renang dibawah abdomen induk betina. Lama pengeraman telur 10-12 hari, menetas menjadi Pre-zoea yang setelah 30 menit, berubah menjadi Zoea-1 yang hidup planktonis dan makanannya terdiri fitoplankton : Chaetoceros sp. , Tetraselmis sp.  dan zooplankton yang ukurannya lebih kecil-kecil : Brachionus sp. dan nauplii Artemia.. Zoea bermetamorfosa setiap 3-4 hari untuk ber-turut-turut menjadi Zoea-2, Zoea-3, Zoea-4 dan Zoea -5. Total lamanya 18-20 hari, berubah menjadi stadia Megalopa. Megalopa berumur 5-7 hari berubah menjadi Crablet , yaitu benih kepiting kecil yang organ tubuhnya sudah menyerupai kepiting besar. Crablet berganti kulit setiap 4-7 hari berganti kulit dan tumbuh menjadi berukuran lebih besar. Pada umur 50-70 hari Crablet sudah dapat di jual sebagai benih kepiting untuk di deder ditempat yang lebih luas. 

5.      Benih kepiting yang dihasilkan di Panti Pembenihan berupa stadia Crablet berukuran 2-5 cm ( pada umur 50-70 hari)  untuk di pelihara di tempat pembesaran hingga bebrapa bulan lamanya menjadi kepiting ukukuran konsumsi dengan berat  150-200 gram atau lebih.  Namun sementara ini, benih kepiting   hasil tangkapan dari alam, telah berukuran  berat 30-50 gram . yang juga dijadikan benih dari awal pemeliharaan pembesaran menjdai kepiting ukuran konsumsi. 


Tambahan  2
  1. Calon induk dan induk kepiting dapat diperoleh dari hasil penangkapan di alam. Dengan syarat , anggota badannya utuh tidak ada cacat dan tidak ada penyakit. Calon induk dan induk kepiting  dipelihara  didalam bak-bak  didalam Panti Pembenihan.
  2. Pematangan gonad dilakukan dengan tehnik ablasi satu mata pada kepiting betina . Tehnik ablasi ini mendorong mempercepat proses pematangan gonad pada binatang Krustasea pada umumnya (termasuk udang dan Kepiting). Selain itu, agar proses pematangan gonad berhasil sempurna, harus juga di barengi dengan pemberian pakan yang bernilai gizi sesuai dengan kebutuhan kepiting , dan pengelolaan kualitas air yang sesuai. Telah diketahui juga bahwa bak pemeliharaan induk harus diberi dasar Lumpur agar perkembangan gonad menjadi baik ( telur yang dihasilkan banyak dan kemampuan pertumbuhan larva akan baik).
  3. Induk kepiting  setelah diablasi dipelihara di dalam bak yang di beri  dasar lapisan Lumpur , kedalaman air 50-80 cm diatas lapisan Lumpur , cukup aerasi dengan 1 batu aerasi per –m2 . Pakan berupa daging cumi-cumi , ikan , kekerangan yang segar dengan dosis ransum 5-10% berat  biomassa per-hari yang diberikan 2 kali pagi dan sore. Untuk kelengkapan gizi, dapat diberi pelet kering berkualitas seperti untuk induk udang windu ( kadar protein 40%), sebanyak 2-3 % biomassa per-hari dan diberikan 2-3 kali per-minggu.
  4. Pada Panti Pembenihan, Zoea-1 sampai Zoea 5 diberi pakan  berupa fitoplankton (Chaetoceros sp . dan  Tetraselmis sp.) dan zooplankton (Brachionus sp. dan nauplii Artemia sp.) semuanya disediakan  sebagai kultur di dalam Panti Pembenihan. Stadia Megalopa  ukuran lebih besar dan bersifat lebih agresif dan kanibal. Agar mengurangi kematian akibat kanibalsme, bak perlu diberi tempat persembunyian berupa  potongan jaring-jaring bekas atau tali rafiah yang dibuat ikatan dan pemberat agar tenggelam sampai dasar bak.  Megalopa pakan  berukuran lebih besar , maka diberikan Artemia yang ditetaskan umur 5 hari banyaknya pakan sekenyangnya. Setelah Megalopa umur 10 -12 hari akan berubah menjadi Crablet (benih kepiting). Sifatnya hidup didasar  (bentik). Pakan berupa  cacahan daging ikan, udang atau kerang yang di blender. Sampai kenyang. Umur 50-70 hari  benih kepiting dapat dijual untuk dipelihara di pendederan dalam kolam tanah (tambak) atau didalam hapa yang dipasang di dalam petak tambak.
  5. Penanggulangan penyakit diutamakan dengan cara memelihara kebersihan bak dan ruang dan lingkungan Panti Pembenihan. Penularan dari luar di cegah dengan pelaksanaan Cara Budidaya yang Baik  dan Bio security. Pemakaian anti biotika telah dilarang penggunaannya karena akan bersifat mengendap didalam Lumpur dan beberapa menyebabkan kanker pada manusia. Dianjurkan pemakaian bahan kimia sebagai disinfeksi yaitu merendam benih dan kepiting yang baru didatangkan dari luar  denga larutan PK 2-3 ppm selama 10-15 menit untuk membunuh organisme pemyakit seperti bacteria, jamur, protozoa. Atau sebagai disinfektan juga dapat dipakai larutan formalin 100-200 ppm selam 15-20 menit.

Tambahan 3
1. 4 macam cara budidaya Kepiting dibedakan menurut tujuan produksi yang akan dihasilkan , yaitu : 
  1. Pembesaran   : dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi (200gram atau lebih)
  2. Penggemukan   : kepiting  yang masih ukuran cukup besar 100-150 gram, dipelihara  3-4 minggu menjadi  kepiting berat 200-300 gram atau lebih, agar harga jualnya lebih tinggi.
  3. Produksi kepiting cangkang lunak (kepiting soka), dari kepiting yang berukuran sudah besar  untuk menjadi kepiting yang baru ganti kulit (berkulit lunak). Masa pemeliharaan 3-4 minggu. 
  4. Produksi kepiting bertelur .  Kepiting betina berukuran 150-200 gram dipelihara kira2 1 bulan , dirangsang perkembangan gonadanya dengan cara ablasi mata, ditunggu 1-2 minggu pasca ablasi agar gonada berkembang . Gonad yang berkembang dapat dilihat dari celah belakang karapas yang berwarna merah dan nampak menggembung penuh telur.

2. Wadah  pemeliharaan 
  1. Wadah  pemeliharaan  ada beberapa macam. Yang paling baik hasilnya ialah system Baterei ,  berupa kotak dari bambu yang disekat-sekat  menjadi kotak-kotak kecil ukuran 30 cm2, masing-masing untuk wadah  satu ekor kepiting. Dengan kotak- kecil ini kepiting lebih aman terhadap kanibaisme, ketika sedang dalam kondisi ganti kulit. Sehingga wadah semacam ini menghasilkan derajat kehidupan 95-100%. 
  2. Wadah  berupa jaring apung, dapt digunakan, dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 1 m  dipasang pada perairan  umum, diberi jngkar agar tidak terhanyut oleh arus.    Bila dipelihara jantan atau betina saja secara terpisah, akan dapat mengurangi kanibalisme.
  3. Tambak bekas memlihara udang dan bandeng , dapat di sekat-sekat dengan  kerei bambu yang di tancapkan  20=30 cm kedalam Lumpur  agar kepiting tidak lolos.  Di bagian tengah kotak di beri pelataran tanah yang lebih tinggi, agar kepiting mencari makan. Sedangkan caren keliling yang agak  dalam ( 30-50 cm) kepiting dapat berteduh. 
  4. Pemeliharaan ini untuk pembesaran  dan /atau penggemukan kepiting. Hasilnya  mortalitas mencapai 10-20 % karena kanibalisme.
  5. Pemeliharaan kepiting didalam pagar (pen culture) dengan pagar bambu itu dapat juga dipasang pada teluk yang dangkal. Biasanya kepiting  sebagai benih (diawal pemeliharaan sudah cukup besar (100-150 gram)  agar menjadi gemuk sebelum di jual. 
  6. Wadah pemeliharaan berupa bak dari semen seperti di dalam Panti Pembenihan yang biasanya untuk udang , baik untuk memelihara kepiting calon induk sampai mengandung telur tingkat 2 , tetapi tidak sampai memijah.  Ini perlu rangsangan  pengembangan telur /gonada dengan cara  ablasi mata, seperti diterangkan pada Materi Pokok 2.  Disini hanya dipelihara kepiting betina saja , pejantan tidak diperlukan  karena yang berproduksi telur hanya yang betina saja. Bila dicampur jantan , malahan bisa  menyebabkan lebih banyak kematian karena kanibalisme.


3.  Sampai saat ini Bebeapa hal yang Mungkin di  lakukan di Indonesia.
Kendalanya ialah kekurangan benih karena belum ada usaha Panti Pembenihan kepiting Bakau dan selama ini hanya diperoleh dari penangkapan di alam. Juga karena pakan untuk pembesaran kepiting  yang terutama terdiri dari ikan rucah, tidak selalu mudah diperoleh dan persaingan dengan keperluan konsumsi lain.

Sumber Referensi:
Kementerian Kelautan dan perikanan
Badan pengembangan sumberdaya Manusia kelautan dan perikanan
Pusat penyuluhan kelautan dan perikanan




readmore »»