Rabu, 11 September 2013

SISTEM PENDIDIKAN ORANG DEWASA



Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengetahuan melalui postingan ini, semoga kunjungan anda disini semua dalam keadaan sehat wal'afiat, selamat Datang semua.... semoga Tuhan yang maha Kuasa selalu memberkahi anda semua. Sebagai rasa kebersamaan kita postingan ini saya Mengambil Judul tentang Sistim pendidikan Orang Dewasa. Dalam sistim penyuluhan perikanan yang dikenal sebagai sistim pendidikan non formal yang dapat diterapkan kepada kelompok atau masyarakat, tentu saja menggunakan berbagai methode Penyuluhan  yang dalam pelaksanaannya perlu dengan menggunakan Prinsip pendidikan orang dewasa yang juga  disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Pada postingan kali ini kita akan memberikan informasi pengetahuan dan membahas mengenai sistimpendidikan orang Dewasa dalam proses pembelajaran,  karena untuk merubah perilaku ditungkat pengetahuan, ketrampilan maupun sikap terhadap peningkatan kemampuan masyarakat melalui kelompok tentu diperlukan methode yang tepat yaitu dengan prinsip pendidikan Orang dewasa, sehingga apa yang menjadi visi dan misi untuk merubah perilaku tersebut dapat diterima oleh kelompok sebagai anggota dalam masyarakat. Dalam pelaksanaannya kita tetap juga harus mengenal Sistim pembelajarannya, dengan methode apa yang sesuai, selain juga menggunakan dan melakukan Implementasi Prnsip-prinsip pendidikan orang dewasa, karena Pada dasarnya "orang dewasa" memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang pekerjaannya maupun pengalaman lain dalam kehidupannnya.  Tentu saja untuk menghadapi Kelompok sebagai peserta masyarakat yang memimliki  pendidikan yang pada umumnya adalah "orang dewasa" dibutuhkan suatu strategi dan methode pendekatan yang berbeda dengan "pendidikan dan pelatihan" ala bangku sekolah, atau pendidikan konvensional yang sering disebut dengan pendekatan Pedagogis. Dalam  praktek "pendekatan pedagogis" yang diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan "kematangan", "konsep diri" peserta dan "pengalaman peserta". Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan sistim "Pendidikan Orang Dewasa" (Adult Education).

Pengertian
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan. 
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata andr- yang berarti laki-laki, bukan anak laki-laki atau orang dewasa, dan agogos yang berarti membimbing atau membina, maka andragogi secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Sedangkan istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak.
Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan bagi orang dewasa. 
Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching)

Asumsi-Asumsi Pokok
Malcolm Knowles dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:

Konsep Diri
Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang, bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan untuk mendapatkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination) dan mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara.
Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pendidikan.

Peranan Pengalaman
Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman).
Hal ini menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik pembelajaran. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapangan (field school), melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.

Kesiapan Belajar
Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya
Hal ini berbeda pada seorang anak, umumnya seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologisnya. Tetapi pada orang dewasa, kesiapan belajar ditentukan oleh tingkatan perkembangan mereka yang harus dihadapi dalam peranannya sebagai kader, pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi.
Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pendidikan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peran sosialnya.

Orientasi Belajar
Asumsinya, pada anak (yang belajar) orientasi belajarnya ‘seolah-olah’ sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa, memiliki orientasi belajar cenderung berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.
Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi.
Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis (menjawab kebutuhan) dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.

Beberapa Implikasi Untuk Praktek
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan sementara beberapa perbedaan teoritis dan asumsi yang mendasari andragogi dan pedagogi (konvensional) yang menimbulkan berbagai implikasi dalam praktek
Dalam pedagogi atau konsep pendidikan konvensional, karena berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation) maka implikasi yang timbul pada umumnya peranan guru, pengajar, pembuat kurikulum, evaluator sangat dominan. Pihak murid atau peserta belajar lebih banyak bersifat pasif dan menerima. Paulo Freire, menyebutnya sebagai "Sistem Bank" (Banking System). Hal ini dapat terlihat pada hal-hal sebagai berikut:
  1. Penentuan mengenai materi pengetahuan dan ketrampilan yang perlu disampaikan yang bersifat standard dan kaku.
  2. Penentuan dan pemilihan prosedur dan mekanisme serta alat yang perlu (metoda & teknik) yang paling efisien untuk menyampaikan materi pembelajaran.
  3. Pengembangan rencana dan bentuk urutan (sequence) yang standard dan kaku
  4. Adanya standard evaluasi yang baku untuk menilai tingkat pencapaian hasil belajar dan bersifat kuantitatif yang bersifat untuk mengukur tingkat pengetahuan.
  5. Adanya batasan waktu yang demikian ketat dalam "menyelesaikan" suatu proses pembelajaran materi pengetahuan dan ketrampilan.

Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan secara aktif seluruh warga belajar, yang kemudian dikenal dengan pendekatan partisipatif. Dalam  proses belajarnya melibatkan elemen-elemen:
  1. Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri.
  2. Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan partisipatif.
  3. Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik.
  4. Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar.
  5. Merencanakan pola pengalaman belajar.
  6. Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik yang memadai.
  7. Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan belajar, sebagai sebuah proses yang tidak berhenti.

Oleh karena itu, dalam memproses interaksi belajar dalam pendidikan orang dewasa, kegiatan dan peranan fasilitator bukanlah memindahkan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta pelatihan. Peranan dan fungsi fasilitator adalah mendorong dan melibatkan seluruh peserta dalam proses interaksi belajar mandiri, yaitu proses belajar untuk memahami permasalahan nyata yang dihadapinya, memahami kebutuhan belajarnya sendiri, dapat merumuskan tujuan belajar, dan mendiagnosis kembali kebutuhan belajarnya sesuai dengan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Dengan begitu maka tugas dan peranan fasilitator bukanlah memaksakan program atau kurikulum dari atas atau dari NGO  yang dibuat di balik meja –yang berjarak/terlepas – dari  kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi peserta belajar.

Langkah-Langkah Pokok Dalam Proses belajar  Partisipatif (Andragogi)
Berdasarkan pada implikasi andragogi untuk praktek dalam proses pembelajaran kegiatan pelatihan, maka perlu ditempuh langkah-langkah pokok sebagai berikut:

1.    Menciptakan Iklim Pembelajaran yang Kondusif
Ada beberapa hal pokok yang dapat dilakukan dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan suasana yang kondusif untuk proses pembelajaran, yaitu:
Pengaturan Lingkungan Fisik
Pengaturan lingkungan fisik merupakan salah satu unsur dimana orang dewasa merasa terbiasa, aman, nyaman dan mudah. Untuk itu perlu dibuat senyaman mungkin:
  1. Penataan dan peralatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang dewasa.
  2. Alat peraga dengar dan lihat yang dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik orang dewasa.
  3. Penataan ruangan, pengaturan meja, kursi dan peralatan lainnya hendaknya memungkinkan terjadinya interaksi sosial.
Pengaturan Lingkungan Sosial dan Psikologis
Iklim psikologis hendaknya merupakan salah satu faktor yang membuat orang dewasa merasa diterima, dihargai dan didukung. Untuk itu diperlukan:
1.       Fasilitator lebih bersifat membantu dan mendukung.
2.       Mengembangkan suasana bersahabat, informal dan santai.
3.       Menciptakan suasana demokratis dan kebebasan untuk menyatakan pendapat tanpa rasa takut.
4.       Mengembangkan semangat kebersamaan.
5.       Menghindari adanya pengarahan dari siapapun.
6.       Menyusun kontrak belajar yang disepakati bersama

2.    Diagnosis Kebutuhan Belajar
Dalam andragogi tekanan lebih banyak diberikan pada keterlibatan seluruh warga/peserta belajar di dalam suatu proses melakukan diagnosis kebutuhan belajarnya:
  1. Melibatkan seluruh pihak terkait (stakeholder) terutama pihak yang terkena dampak langsung atas kegiatan itu.
  2. Membangun dan mengembangkan suatu model kompetensi atau prestasi ideal yang diharapkan
  3. Menyediakan berbagai pengalaman yang dibutuhkan.
  4. Lakukan perbandingan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada, misalkan kompetensi tertentu.

3.    Proses Perencanaan
Dalam perencanaan pendidikan hendaknya melibatkan semua pihak terkait, terutama yang akan terkena dampak langsung atas kegiatan pendidikan tersebut. Tampaknya ada suatu "hukum" atau setidak tidaknya suatu kecenderungan dari sifat manusia bahwa mereka akan merasa 'committed' terhadap suatu keputusan apabila mereka terlibat dan berperanserta dalam pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan:
  1. Libatkan peserta untuk menyusun rencana pendidikan, baik yang menyangkut penentuan materi pembelajaran, penentuan waktu dan lain-lain.
  2. Temuilah dan diskusikanlah segala hal dengan berbagai pihak terkait menyangkut pendidikan tersebut.
  3. Terjemahkan kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi ke dalam tujuan yang diharapkan dan ke dalam materi belajar.
  4. Tentukan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara pihak terkait siapa melakukan apa dan kapan.

4.    Memformulasikan Tujuan
Setelah menganalisis hasil-hasil identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan yang disepakati bersama dalam proses perencanaan partisipatif. Dalam merumuskan tujuan hendaknya dilakukan dalam bentuk deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Dalam setiap proses belajar, tujuan belajar hendaklah mencakup tiga hal pokok yakni: kognitif, afektif, dan psikomotorik.

5.    Mengembangkan Model Umum
Ini merupakan aspek seni dan arsitektural dari perencanaan pendidikan dimana harus disusun secara harmonis antara beberapa kegiatan belajar seperti kegiatan diskusi kelompok besar, kelompok kecil, urutan materi dan lain sebagainya. Dalam hal ini tentu harus diperhitungkan pula kebutuhan waktu dalam membahas satu persoalan dan penetapan waktu yang sesuai.

6.    Menetapkan Materi dan Teknik Pembelajaran
Dalam menetapkan materi dan metoda atau teknik pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Materi pembelajaran hendaknya ditekankan pada pengalaman-pengalaman nyata dari peserta belajar.
  2. Materi belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan berorientasi pada aplikasi praktis. Bukan berarti materi yang disusun hanya bersifat pragmatis.
  3. Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya menghindari teknik yang bersifat pemindahan pengetahuan dari fasilitator kepada peserta, tetapi akan lebih baik jika bersifat mendorong ketajaman analisis dan metodologi.
  4. Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya tidak bersifat satu arah namun lebih bersifat partisipatif, atau dalam bahasa Freire “dialogis”.

7.    Peranan Evaluasi
Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup untuk menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:
  1. Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran / pelatihan.
  2. Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta belajar itu sendiri (Self Evaluation).
  3. Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan.
  4. Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat.
  5. Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan program pendidikan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program.
Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap dan perilaku.



Sumber Referensi:
BAKORLUH, dalam rangka Peningkatan SDM aparatur Kelautan dan perikanan
readmore »»  

Senin, 09 September 2013

BIOFLOK untuk Budidaya Ikan Lele


Seperti halnya manusia semakin berkembangnya zaman dan gaya hidup. Semakin berkembang juga penyakit yang diderita masyarakat. Setelah ditelusuri ternyata semua itu berasal dari makanan. Begitu pula ikan lele, asal mula penyakit yaitu berasal dari bakteri, virus, dan mikro lain yang berkembang akibat lingkungan tempat hidupnya mendukung berkembangnya patogen penyakit. Hal tersebut terjadi karena sisa pakan yang kita berikan dan kotoran yang dihasilkan merupakan media hidup yang baik untuk pertumbuhan patogen penyakit ikan Dan akan berbeda-beda di setiap wilayah tergantung jenis patogen penyakit apa yang mendukung 
 Menurut buku “Probiotik” Editor dari Prof.Dr. Soeharsono, Msc, hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran unsur Karbon (C), Nitrogen (N) dan Posfor (P) dalam tubuh ikan atau udang yang merupakan cerminan dari pakan ikan atau udang, rata-rata 13%, 29% dan 16%, namun jumlahnya sangat sedikit dalam tubuh, karena ternyata pakan yang dimakan oleh ikan hanya 20%-30%, artinya tersisa 70-80% dalam kolam atau sedimen dan itu jumlah yang sangat besar. Sisa 70%-80% inilah yang biasa menjadi sumber penyakit muncul, kualitas air menurun dan berakibat dengan pertumbuhan ikan lele yang kurang maksimal. Artinya saat kita mampu mengolah sisa 70% tersebut maka kita mampu memberikan lingkungan yang terbaik untuk ikan lele. Ada banyak tehnik pengelolaan sisa kotoran dan pakan bisa menggunakan sistem sirkulasi, sistem penyedotan, sistem probiotik dan yang akan kami gunakan yaitu sistem BIOFLOK.

sekarang....Apa itu BIOFLOK ???
Bioflok merupakan agregat diatom, makroalga, pelet sisa, eksoskeleton organisme mati, bakteri, protista dan invertebrata juga mengandung bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain yang berdiameter 0,1-2 mm. Bahan-bahan organik itu merupakan pakan alami ikan dan udang yang mengandung nutrisi baik, yang mampu disandingkan dengan pakan alami, sehingga pertumbuhan akan baik bahkan jumlah pakan yang diberikan bisa diturunkan. Menurut Teori Bioflokulasi Bioflok adalah tehnik pengolahan limbah cair untuk makroagregat yang dihasilkan dalam sistem lumpur aktif. Lumpur aktif bisa juga diibaratkan sebagai sup mikroba yang terbentuk dari pemberian aerasi terus menerus pada biomassa tersuspensi dan mikroorganisme penguraian dalam limbah cair.
Teknologi bioflock ini berbeda dengan budidaya perikanan secara konvensional yang melakukan pergantian air. Proses pergantian air merupakan cara yang malah memperburuk keadaan karena air yang dibuang merupakan limbah dan akan tercemar di area tambak yang lain. Pada tahap bioflock ini tidak ada proses pergantian air yang dilakukan, tapi hanya dilakukan penambahan air. Jadi, yang berperan untuk menghilangkan ammonia di dalam air adalah mikroba. 
Bioflock ini bekerja dengan saling ketergantungan organisme bakteri dengan alga dan lingkungannya. Bakteri dan alga ini sudah terbentuk secara alami. Bakteri yang berperan dalam teknologi bioflock ini adalah bakteri heterotroph yang merupakan bakteri yang dapat mengkonversi NH3 menjadi biomassa bakteri dengan cepat.  NH3 ini merupakan toksin, namun jika dipandang NH3 memberikan energi pada bakteri untuk proses hidupnya. Kemudian bakteri yang bergabung dengan alga dapat menyaring air dari ammonia yang merupakan toksin bagi ikan, dan juga membentuk agregat yang dapat menjadi pakan alami pada ikan. Alga memberikan senyawa-senyawa yang dibutuhkan bagi bakteri, dan bakteri merombak senyawa-senyawa yang dibutuhkan. Bakteri dan alga ini sudah terbentuk secara alami dan akan berkembang.....

Selanjutnya Bagaimana terbentuknya BIOFLOK didalam air??
Proses ini dimulai dari proses nitrifikasi yang reaksinya adalah amonia plus oksigen menjadi ion nitrit dan akhirnya nitrat dan air, pada reaksi ini terdapat campur tangan bakteri oksidasi amonia dan bakteri oksidasi nitrit, artinya semua proses ini memerlukan oksigen yang cukup tinggi yaitu 4 ppm pada siang hari dan 6 ppm pada malam hari.
Mikroorganisme seperti bakteri dengan kemampuann lisis bahan organic memanfaatkan detritus sebagai makanan. Sel bakteri mensekresi lendir metabolit , biopolymer (polisakarida , peptida, dan lipid) atau senyawa kombinasi dan terakumulasi di sekitar dinding sel serta detritus. Kesaling tertarikan antar dinding sel bakteri menyebabkan munculnya flog bakteri

Penggunaan BIOFLOG dalam budidaya ikan lele
Kita ketahui dengan sifat nafsu makan yang tinggi dan usus pendek dari ikan lele menyebabkan ikan lele mudah lapar namun cepat menyebabkan akumulasi kotoran menumpuk. Tehnik Bioflok pada intinya mereduksi bahan-bahan organik dan senyawa beracun yang terakumulasi dalam air pemeliharaan ikan. Dengan sistem self-purifikasi didapat hasil akhir meningkatkan effisiensi pemanfaatan pakan dan peningkatan kualitas air. Hasilnya adalah :
1.    Pakan ikan lele akan lebih effisien (Sedang dicoba di randi farm total pakan yang diberikan)
2.    Pertumbuhan ikan lele akan rampag artinya selama kegiatan budidaya tidak ada kegiatan penyortiran.
3.    Kecepatan pertumbuhan ikan yang lebih optimal dengan masa waktu panen yang lebih singkat.
4.    Padat tebar per meter3 yang lebih tinggi kisaran 500 benih-1000 benih/m3.
5.    Ikan sehat dan gesit serta mengurangi penyakit pada ikan.

Persyaratan kolam bioflog              
a.      Membutuhkan probiotik pembentuk flog. Randi Farm menggunakan bakteri Bacillus sp seperti Bacillus SubstilisBacillus cereus. Probiotik bisa dibeli dipasaran dengan harga yang murah dan bisa diperbanyak dengan molase supaya lebih hemat.
b.      Membutuhkan oksigen yang tinggi didalam kolam kisaran 4 ppm-6 ppm. Randi Farm menggunakan pompa celup dengan ketinggian pompa 2,5 meter dengan kekuatas 43 watt.
c.      Penambahan bahan baku stater yang mengandung karbon seperti molase, tepung tapioka, tepung terigu, bekatul atau gula.
d.      Kondisi lingkungan air kolam dibuat selalu mengaduk dengan bantuan semburan air atau aerator.

Ciri-ciri air kolam yang terbentuk sistem bioflok

1.      Warna air kolam coklat kekuningan semakin lama akan coklat kemerahan.
2.      Air kolam tidak berbau.
3.      Air kolam lebih encer dan tidak kental.
4.      Jika diambil sampel airnya didiamkan beberapa menit, terdapat endapan coklat kehijauan yang melayang-layang didalam air.
5.      Ikan lele sehat dan gesit.


Mengapa dibutuhkan bahan Penambahan Bahan yang mengandung karbon kedalam air kolam..
Didalam sistem bioflog membutuhkan oksigen, sisa pakan, air yang tersuspensi dan bantuan bakteri probiotik didalam kolam. Bakteri ini membutuhkan makanan untuk bermetabolisme dan berkembang menjadi jumlah yang mampu menguraikan sisa pakan didasar kolam. Bakteri dapat memanfaatkan ammonia-nitrogen dengan effisien jika perbandingan C/N sekitar 15-25 : 1. Sehingga kekurangan karbon dilakukan kegiatan penambahan bahan ke dalam kolam seperti gula, molase , tepung tapioka, tepung terigu, dan dedak. 



diambil dari berbagai sumber
readmore »»  

KKP REKRUT 325 CPNS


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2013 merekrut Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sejumlah 325 orang untuk pelamar umum, yang akan ditempatkan/ditugaskan untuk mengisi kekosongan jabatan pada Kantor Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan KKP di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jumlah tersebut merupakan tambahan formasi CPNS berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 161 Tahun 2013. Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal KKP Sjarief Widjaja di Kantor KKP Jakarta, Jumat (6/9).

Proses recruitment CPNS KKP Tahun 2013 memang sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya. Menurut Sjarief, selain pelamar harus mengajukan lamaran secara online melalui situs www.ropeg.kkp.go.id, pelamar juga diwajibkan memilih salah satu jabatan yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan, alokasi/jumlah lowongan jabatan, dan penempatan. “Yang berbeda, tahun ini pelamar hanya dapat melakukan pendaftaran satu kali secara online dan tidak dapat diubah. Untuk itu pelamar diharuskan mempelajari terlebih dahulu petunjuk pengisiannya”, jelas Sjarief.

Pendaftaran CPNS KKP ini digelar secara online sejak tanggal 5 September  2013 kemarin dan akan berakhir pada 19 September 2013. Pelamar yang akan mendaftar menjadi CPNS KKP setidaknya harus memenuhi persyaratan umum dan persyaratan tambahan yang ditetapkan Biro Kepegawaian KKP, seperti ketentuanIndeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan usia pelamar. IPK bagi pelamar Sarjana (SI)/Diploma IV dan Diploma III ditetapkan minimal 2,65 sedangkan bagi pascasarjana (S2) minimal 3,00. Sedangkan untuk pelamar Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM)/SMK Perikanan nilai rata-rata minimal 6,5 (negeri) dan 7 (swasta).  Selain itu pelamar serendah-rendahnya berusia 18 tahun pada tanggal 5 September 2013 dan setinggi-tingginya 35 tahun pada tanggal 31 Desember 2013.

Pelamar yang telah memenuhi syarat akan melewati beberapa tahapan pengadaan CPNS meliputi seleksi administrasi, pengesahan tanda peserta ujian CPNS dan registrasi ulang, ujian Tes Kompetensi Dasar (TKD), ujian Tes Kompetensi Bidang, Psikotes dan Wawancara. Tempat pelaksanaan ujian TKD dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah Jakarta dan Daerah. Wilayah Jakarta akan dilaksanakan mulai tanggal 9-13 Oktober dan 16-20 Oktober 2013 di Kampus Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta. Wilayah daerah dilaksanakan mulai tanggal 23-30 Oktober 2013 yang dibagi menjadi 5 (lima) lokasi yaitu Balai Diklat Perikanan BelawanBalai Diklat Perikanan TegalAkademi Perikanan SidoarjoAkademi Perikanan Bitung, dan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Makasar.

"Pelaksanaan recruitment ini tidak dipungut biaya apapun dan berkas lamaran sepenuhnya menjadi milik KKP. Pengumuman hasil ujian TKD dan hasil akhir pengadaan CPNS Tahun 2013 ini akan ditentukan kemudian dan keputusan hasil seleksi bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat”, tutup Sjarief.

Informasi resmi yang terkait recruitment dapat dilihat melalui situs resmi Biro Kepegawaian KKP : www.ropeg.kkp.go.id.

Jakarta,  6 September  2013
Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi
Pelaksana Tugas


Pusat Data Statistik dan Informasi
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Gedung Mina Bahari I lantai 3A
JL. Medan Merdeka Timur No.16
Jakarta Pusat 10110
Telp. (021) 3519070 ext. 7440
Fax. (021) 3519133


sumber : kkp.go.id
readmore »»