Sabtu, 30 Mei 2015

PENGOBATAN DAN VAKSINASI IKAN

A.                  PENGOBATAN

Dalam dunia budidaya ikan serangan penyakit merupakan salah satu yang mengakibatkan kerugian besar. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pencegahan sedini mungkin supaya ikan tidak terserang panyakit.
Tetapi, kadangkala walaupun sudah dilaksanakan pencegahan terhadap penyakit, penyakit pada ikan masih muncul. Oleh karena itu perlu diketahui teknik pengobatannya. Pengobatan merupakan alternatif terakhir setelah usaha pencegahan gagal dilakukan. Teknik ini relatif mudah dan hasilnya lebih cepat terlihat. Tetapi apabila dilakukan dengan prosedur yang salah, akan berdampak negatif.
Dalam pengobatan yang perlu diperhatikan adalah ketepatan diagnosa penyebab penyakit, jenis dan dosis efektif obat, kemudahan memperolehnya, waktu luruh obat yang pendek dan teknik aplikasi yang hendak diterapkan.

Beberapa cara pengobatan adalah sebagai berikut :

a.                   Melalui perendaman
Perendaman dapat dilakukan secara langsung di kolam, akuarium atau secara tidak langsung dengan menggunakan wadah lain. Perendaman dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
-      Pencelupan/dips, pengobatan dilakukan pada dosisobat yang tinggi selama beberapa detik
-     Perendaman jangka pendek/short bath, pengobatan dilakukan pada dosis obat relatif tinggi selama beberapa menit.
-      Perendaman jangka panjang/long bath, umumnya dilakukan dalam akuarium, wadah lain atau kolam selama beberapa jam atau hari

b.                   Melalui pakan
Pengobatan melalui pakan lebih sedikit menimbulkan stress pada ikan, tetapi hanya efektif pada tahap awal infeksi. Hal ini disebabkan ikan masih mempunyai nafsu makan.
Prosedur pengoban melalui pakan adalah :
-   pakan ikan yang hendak diberikan terlebih dahulu dibasahi permukaannya dengan menggunakan alat semprot
-         obat dilekatkan ke permukaan pakan hingga merata
-     obat yang telah menempel pada pakan dilapisi dengan zat pelapis seperti minyak sayur atau putih telur, bertujuan untuk mengurangi proses pencucian oleh air pada saat diberikan kepada ikan
-    pakan diangin-anginkan atau dijemur beberapa saatpemberian pakan yang mengandung obat sebaiknya diberikan selama beberapa hari

c.                    Aplikasi langsung ke tubuh
-      Oles, teknik ini umumnya hanya dapat dilakukan terhadap ikan sakit yang memiliki gejala klinis sangat nyata ( luka atau borok ), jumlahnya relatif sedikit dan ukuran ikan cukup besar.


Penyuntikan, biasa dilakukan pada ikan berukuran besar, kuntungannya adalah penggunaan obat sangat efisien dan dosis tepat. Dosis dinyatakan dalam satuan mg obat/kg bobot tubuh. Ada dua cara penyuntikan yang biasa dilakukan, yaitu dimasukan ke rongga perut (intra peritoneal) dan dimasukan ke otot (intra muscular). Penyuntikan cecara intra peritoneal dilakukan diantara kedua sirip perut atau sedikit di depan anus, dengan sudut kemiringan jarum suntik kira-kira 30o. penyuntikan secara intra muscular dilakukan di daerah punggung, pada ikan yang bersisik di sela-sela sisik ke 3-5 dari kepala, dengan sudut kemiringan kira-kira 30o-40o.

A.                  VAKSINASI IKAN

Vaksinasi ikan bermanfaat untuk memberi bekal kekebalan spesifik (antibodi) pada tubuh ikan, ramah lingkungan dan tidak berdampak negatif terhadap ikan maupun manusia. Selain dapat mengurangi mortalitas ikan, vaksinasi juga akan mengurangi penggunaan antibiotik pada budidaya ikan serta resistensi bakteri terhadap antibiotik.

Sebaiknya vaksinasi dilakukan lebih dari satu kali, karena antibodi yang diperoleh pada vaksinasi pertama relatif rendah, sehungga perlu dilakukan vaksinasi ulang yang dapat diberikan 2-3 bulan kemudian melalui pakan atau perendaman.

Adapun syarat ikan yang akan divaksinasi adalah :
  •  ikan telah berumur 3 minggu atau lebih, karena pada umur kurang dari 3 minggu organ-organ yang  berperan dalam sistem pembentukan antibodi belum sempurna
  •  status kesehatan ikan harus dalam kondisi optimal
  •  suhu air relatif hangat (di atas 25oC). hal ini akan mempercepat respon antibodi yang terbentuk
  • Pemberi   suhu air relatif hangat (di atas 25oC). hal ini akan mempercepat respon antibodi yang terbentuk  
  • Pemberian  vaksin dapat dilakukan dengan 3 cara :

     -   Perendaman dalam larutan vaksin selama 15-30 menit, untuk ikan-ikan benih dalam jumlah banyak, dosisnya 10 ml vaksin/100 liter air
      - Penyuntikan, untuk ikan-ikan yang berukuran besar dan berharga misalnya induk ikan. Dosisnya 0,1 ml  vaksin/ 1 kg ikan
     - Melalui pakan ikan/pellet, ini sesuai untuk ikan yang sudah dipelihara dalam kolam ataupun sebagai    vaksinasi ulang. Cara melekatkan vaksin ke pakan sama dengan mencampurkan obat ke pakan ikan.    Sebaiknya dilakukan 3-7 hari berturut-turut, dosisnya 4 ml vaksin/1 kg pakan ikan

readmore »»  

BUDIDAYA CACING SUTRA (TUBIFEK)

 I.           PENDAHULUAN
Cacing sutra/tubifek merupakan salah satu jenis pakan alternatif bagi ikan lele ukuran bibit. Cacing tubifek dikenal juga dengan sebutan cacing rambut. Tubuhnya berukuran kecil, ramping, bulat dan terdiri atas 30-60 segmen. Tubuh cacing tubifek terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya antara 10-30 mm dengan warna tubuh kemerah-merahan. Spesies ini mempunyai saluran pencernaan berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus.
Cacing tubifek biasanya hidup di saluran air yang jernih dan sedikit mengalir dengan dasar perairan mengandung banyak bahan organik yang dijadikan makanannya. Cacing ini hidup berkoloni, bagian ekornya berada di permukaan dan berfungsi sebagai alat bernafas dengan cara difusi langsung dari udara.
Sebagaimana cacing lain,spesies ini merupakan jenis hermaprodit dan berkembang biak dengan cara bertelur dari betina yang telah matang telur. Telur cacing tubifek terjadi dalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk blat dan dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya. Telur yang ada dalam kokon mengalami pembelahan, selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari, embrio cacing akan keluar dari kokon.
Budidaya cacing tubifek dapat dilakukan di parit beton atau pada kolam. Kolam yang digunakan bisa berukuran kecil atau besar yang diberi petakan papan di dalmnya.
                                                                                 
II.          CARA BUDIDAYA DI PARIT


Wadah untuk membudidayakan cacing tubifek adalah parit beton atau kotak kayu dengan lebar 50 cm panjang 5-10 m, lebar 50 cm dan tinggi 20-30 cm, yang telah dilapisi plastik. Media budidaya yang digunakan berupa campuran kotoran ayam segar dan lumpur kolam dengan perbandingan 1 : 1. media ini diratakan di dasar parit dengan ketebalan 5 cm dan selanjutnya diairi dengan debet 900 per menit.
Sehari setelah media diairi air, bibit cacing tubifek ditebarkan sebanyak 2 g untuk setiap meter persegi media. Untuk menjaga keberadaan pakan cacing, setiap minggu sekali dilakukan pemupukan dgn kotoran ayam yg diberikan untuk pemupukan ulang sebanyak 9 % dari jumlah kotoran ayam awal.
Setelah 2 bulan pemeliharaan, cacing sudah dapat dipanen. Selanjutnya panen dilakukan setiap 2 minggu sekali. Cara memanennya, cacing diambil secara acak pada populasi yang padat dgn bantuan serokan kemudian dimasukan ke ember yg sdh diberi air. Cacing yang diambil biasanya masih kotor karena media pemeliharaan ikut terbawa. Agar cacing keluar dari medianya, permukaan ember ditutup selama 6 jam. Biasanya setelah 6 jam cacing akan naik ke permukaan air. Cacing yang bergerombol di permukan ini selanjutnya diambil dengan tangan.

III.        CARA BUDIDAYA DI KOLAM

Pada prinsipnya, budidaya cacing tubifek  di kolam sama dengan budidaya di parit. Untuk itu, kolam dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tercipta suasana seperti parit tempat budidaya cacing. Untuk keperluan ini bisa digunakan papan-papan kayu yang dibuat berbentuk kubus dgn ukuran sekitar (1x1)m. Pada dua sudut kotak yang berseberangan secara diagonal dibuat coakan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet.
Kotak-kotak ini ditanam sebagian di dasar kolam dengan bagian yang menonjol ke permukaan sekitar 10 cm. Karena  posisi coakan sebagai inlet dan outlet maka coakan ini sebaiknya terletak di bagian yang tidak ditanam. Bagian tanah di dalam kotak digemburkan dengan dicangkul selanjutnya dipupuk. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang yang telah bersih dari bahan-bahan lain dan dihaluskan. Pupuk ini dicampurkan dengan tanah dalam kotak secara merata. Setelah proses pemupukan selesai, kolam diisi air dengan ketinggian sekitar 5 cm. biarkan selama 3-4 hari untuk proses pembusukan.
Aliran air ke dalam kolam dikontrol dan diusahakan debet air yang mengalir ke dalam kolam dan masing-masing kotak relatif kecil. Bibit cacing dapat ditanam dengan membuat lubang di tanah kemudian bibit tersebut dimasukan ke dalam lubang tersebut. Selama masa pemeliharaan, aliran air harus dikontrol dan jangan sampai kolam kekeringan. Panen dilakukan dengan mengambil cacing menggunakan cangkul kecil secara acak pada populasi yang padat.



readmore »»  

FORMALIN DALAM IKAN

Cara Mengenali Formalin

Formalin merupakan gas formaldehid yang tersedia dalam bentuk larutan 40 %, berupa cairan jernih, tidak berwarna dengan bau menusuk. Berbagai macam fungsi formalin diantaranya adalah :
1. Sebagai antiseptik untuk membunuh  mikroorganisme
2. Bahan pengawet hewan kecil, serangga hingga mayat manusia
3. Desinfektan misal untuk mensterilkan kandang
4. Dalam kosmetika digunakan sebagai deodorant dan antihidrolitik ( menghambat keriingat )
5. Bahan tambahan dalam pembuatan kertas tissue untuk toilet
6. Bahan baku dalam industri lem playwood, resin maupun tekstil

Berdasarkan penelitian, FORMALIN BERSIFAT KARSINOGEN yaitu senyawa yang dapat menyebabkan kanker pada manusia. Konsumsi formalin dalam dosis rendah, dapat menyebabkan mual, muntah, rasa terbakar pada tenggorakan, sakit perut akut, mencret darah, depresi syaraf dan gangguan peredaran darah. Pada dosis tinggi berakibat konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah), muntah darah dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Jika formalin dikonsumsi secara terus menerus dan dalam jangkla waktu yang panjang dapat mengakibatkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Mengingat besarnya bahaya yang ditombulkan, formalin dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan.

Alasan penggunaan formalin bagi sebagian nelayan adalah lebih ekonomis karena 1 kg formalin dapat dibeli dengan harga lebih murah dibandingkan harga es batu, daya awetnya lebih lama, resiko kerusakan lebih rendah, penampakan lebih baik, formalin lebih mudah diperoleh serta lebih praktis dan tidak makan tempat yang luas dibandingkan dengan es batu.

Sedangkan alasan bagi pengolah ikan adalah biaya produksi lebih rendah, rendemen hasil lebih tinggi karena selama pengeringan ikan, formalin dapat mencegah turunnya bobot dari sekitar 60 % hanya menjadi 30 %, proses pengeringan lebih cepat dan penampakan lebih baik.


CIRI-CIRI IKAN YANG MENGANDUNG FORMALIN



Ikan Kering :
-               Penampakan luar bersih, cerah
-               Tekstur keras, kenyal
-               Bau hampir netral (bau amis berkurang)

Ikan Kering :
-               Penampakan luar bersih, cerah
-               Tekstur keras, kenyal
-               Bau hampir netral (bau amis berkurang)

PERATURAN YANG MELARANG PENGGUNAAN FORMALIN :
-   UU Perikanan No. 31 tahun 2004, Pelaku penggunaan bahan kimia berbahaya pada makanan diancam kurungan 6 tahun penjara atau denda Rp. 1,5 milyar
-   UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen penggunaan bahan terlarang sebagai bahan tambahan makanan dikenai ancaman hukuman pidana penjara paling lama 5 tahun serta denda paling banyak 2 milyar
-    UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan. Pelaku penggunaan bahan yang dilarang dipakai sebagai bahan tambahan pangan seperti formalin diancam hukuman penjara maksimal 5 tahun dan denda Rp. 600 juta
-      Kepmenkes No. 722 tahun 1988 tentang bahan tambahan makanan
-      Peraturan Menteri Kesehatan No. 472/1996 tentang pengamanan bahan bahaya bagi kesehatan
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 254/2000 tentang tata niaga impor dan peredaran bahan berbahaya tertentu
readmore »»  

Senin, 11 Mei 2015

PEMBUATAN STARTER BAKTERI PELEPAH PISANG

BAHAN:
  1. Pelepah atau kedebong pisang busuk bagian pinggir sepanjang 40 cm (harus yang benar-benar busuk karena berarti ada bakterinya)
  2. Gula merah atau tetes murni ¼ kg
  3. Air leri (pususan beras) kental 4-5 liter
CARA PEMBUATAN:
      1)      Pelepah dicacah sampai lembut  
      2)      Gula dilarutkan dalam air leri
      3)      Pelepah dimasukkan dalam larutan gula dan air leri, diremas-           remas, diperas (supaya bakterinya terlepas) dan diaduk
      4)      Setelah semuanya tercampur, larutan disaring dan dimasukkan         dalam jerigen plastik atau drum kemudian di tutup.
       5)     Setelah 3 hari dilihat, bila berbusa maka busa harus dibuang
       6)      Dibiarkan selama 5-7 hari
7)      Tanda-tanda jadi bau seperti tape
8)      Untuk memelihara bakteri tetap hidup maka larutan diberi gula dan dedak.

Sumber : Pokdakan arumpager

readmore »»  

BUDIDAYA IKAN SISTEM KELAMIN TUNGGAL LEBIH MENGUNTUNGKAN

Di kalangan pembudidaya ikan atau pelaku utama perikanan di Bali, budi daya ikan sistem. kelamin tunggal tampaknya belum  populer. Boleh jadi karena promosinya yang kurang,  sistem budidaya ikan kelamin tunggal ini akhirnya  hanya diterapkan oleh lembaga perikanan milik pemerintah  atau oleh kalangan perngusaha saja. Padahal, sistem budi daya ikan kelamin tunggal ini teruji meng­untungkan. Ikan lebih cepat bongsor dalam waktu yang relatif singkat.

Di mancanegara, seperti di Is­rael, budi daya ikan sistem kela­min tunggal untuk jenis ikan karper atau ikan mas(Cyprinus carpio) telah mulai diperkenalkan sejak tahun 1960. Sedangkan di Indonesia sekitar pertengahan tahun 1980-an. De­mikian juga halnya dengan jenis ikan nila (Oreochromis niloticus) mulai dipopulerkan pada kurun waktu tersebut.

Pada budi daya ikan sistem ke­lamin tunggal ini, prinsip atau tekniknya sama seperti pada budi daya ikan yang telah dikenal pe­mbudidaya ikan selama ini, yakni sistem campuran. Yang membedakanya, adalah jenis kelamin ikan yang di budidayakan. Pada sistem kela­min tunggal ini, dalam satu wa­dah budi daya hanya ikan berjenis kelamin jantan atau betina saja.

Melalui pemisahan jenis kela­min dalam satu wadah budi daya ini, praktis aktivitas seksual (pe­mijahan) ikan dapat dihindari. Mohon maklum saja, aktivitas  seksual ini memang dapat menghambat pertumbuhan ikan. Oleh karena itu, terjadinya pemijahan pada wadah pembesaran ikan ha­rus dicegah agar ikan dapat tumbuh lebih optimal.

Dari banyak jenis ikan air ta­war yang ada, untuk saat ini tampaknya jenis ikan mas dan ikan nila  merupakan jenis ikan yang berpeluang untuk dibudidayakan dengan sistem kelamin tunggal. Alasannya, kedua jenis ikan ini disukai masyarakat dan banyak diserbu pembeli. Selain itu, dari hasil penelitian dan kaji terap selama ini, kedua jenis ikan ini teruji lebih menguntungkan bila dibudidayakan dengan sis­tem kelamin tunggal. 


Untuk jenis ikan mas, bila akan dipelihara dengan sistem kelamin tunggal, sebaiknya dipilih yang berkelamin betina. Se­dangkan untuk ikan nila, dipilih yang berkelamin jantan. Dari hasil penelitian, ikan mas betina terbukti lebih cepat tumbuh sekitar 15 – 20 persen  dibanding  ikan mas jantan. Demikian juga nila jantan, lebih cepat tumbuh bongsor disbanding nila betina.

TEKNIK BUDIDAYA

Untuk rnenerapkan budi daya ikan sistem kelamin tunggal ini, caranya cukup mudah. Langkah awal, tentu saja harus memisahkan benih ikan berdasarkan jenis kelaminnya. Cara ilmiah untuk “mencetak” ikan berkelamin jantan atau betina sebenarnya bisa dilakukan dengan penggunaan hormon atau rekayasa genetika. Selain memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus, cara ini memang sulit diterapkan oleh pembudidaya ikan di lapangan.

Untuk itu, kita bisa memilih dan menentukan jenis kelamin ikan yang akan dipelihara secara ma­nual, yakni mengamati kelamin ikan satu per satu. Untuk membedakan kelamin ikan mas cukup dengan mengurut perutnya secara pelan. Ikan mas jantan (minimal berukuran 50 gram) akan mengeluarkan cairan sperma berwama putih melalui lubang  (urogenital)  dekat anusnya. Ikan mas hasil seleksi yang berkelamin jantan ini, kemudian disisihkan untuk ditempatkan da­lam wadah tersendiri  dan hanya yang berkelamin  betina saja yang dipilih untuk dibesarkan.

Sementara untuk jenis ikan nila, caranya sama saja. Ikan nila jantan, bila diurut perutnya ke arah anus akan mengeluarkan cairan bening. Bila diamati lebih seksama, pada bagian perut nila terdapat organ kelamin sekunder yang terletak di belakang anus. Lubang ini bentuknva bulat. dengan satu lubang kecil. Kalau tidak mau repot, saat ini sudah ada ikan nila berkelamin jantan yang diproduksi oleh lembaga perbenihan. Jenis nila ini di antaranya adalah Nila Gesit atau Nila YY  (dibaca:  Nila way way)

Benih yang sudah diseleksi se­suai jenis kelaminnya tersebut, selanjutnya dapat dipelihara di kolam,  keramba, atau jaring apung untuk dibesarkan. Ikan yang berkelamin jantan, disatukan dengan sesama jantan. Demi­kian juga dengan yang betina, di­pelihara dalam satu wadah de­ngan sesamanya yang berkelamin betina.

Selama masa pemeliharaan, pemberian pakan yang berkuali­tas jangan sampai diabaikan. Idealnya, jenis pakan yang diberikan adalah pakan buatan berupa pelet yang mengandung protein minimal 20 persen. Pakan ini diberi­kan dengan dosis 3 -5  persen per hari. Selain itu, kualitas air perlu te­tap diperliatikan agar tetap sesuai dan ideal bagi pertuinbuhan ikan.

Bila teknik pemeliharaan dila­kukan dengan baik dan benar, kita boleh  berharap untung dari budi daya ikan sistem kelamin tung­gal ini. Dalam waktu yang relatif singkat, ikan mas betina (atau ikan nila merah jantan) akan tumbuh lebih bongsor disbanding temannya yang dipelihara dengan sistem kelamin campuran jantan dan betina dalam satu wadah budidaya.

Hasil pengujian dan penelitian, ikan mas/karper betina, ternyata tumbuh lebih bongsor 15-20 % dibanding ikan karper berkelamin jantan.
readmore »»  

Rabu, 25 Maret 2015

MEMBEDAKAN KELAMIN JANTAN DAN BETINA dan MEMILIH INDUK LOBSTER AIR TAWAR

Sebelum melakukan pembenihan pembudidaya lobster harus dapat mengetahui terlebih dulu perbedaan antara lobster jantan dan betina. Cara membedakan kelamin yang paling muda adalah menggunakan teknis visual dari atas. Lobster jantan dapat di lihat jika pada capik sebelah luarnya terdapat bercak berwarna merah. Namun, tanda merah itu baru muncul ketika lobster berumur 3-4 bulan atau setelah lobster berukuran 3 inc (7 cm). Tanda merah ini juga merupakan tanda lobster jantan telah siap kawin (matang gonad). Sedangkan pada lobster betina di bagian yang sama tidak tampak tonjolan (penis). Ciri lobster betina adalah terdapat lubang pada pangkal kaki ketiga dari bawah (ekor). Lubang tersebut adalah kelamin lobster betina dan tempat mengeluarkan telurnya.

Untuk memilih indukan losbter air tawar, berikut tipsnya : 
1.  Pilih indukan yang berukuran di atas 4 inci (10 cm) atau berumur di atas 5-6 bulan karena lobster seperti ini akan memiliki jumlah anakan cukup banyak. Tips memilih calon indukan yang berkualitas;
2.    Pilih indukan yang pertumbuhannya paling cepat di antara lobster-lobster yang lain
3.    Beli indukan di tempat penjual indukan yang telah bersertifikat
4. Perhatikan kelaminnya, jangan pilih lobster yang ”banci”. Pasalnya ada indukan yang mempunyai indukan betina, tetapi juga memiliki kelamin jantan (sering di sebut dengan lobster banci). Lobster tersebut kemungkinan besar tidak bisa bertelur
5.  Pilih lobster yang badannya gemuk. Hindari memilih indukan yang kepalanya besar tetapi tubuh dan ekornya kecil. Ciri tersebut menandakan lobster kurang makan.
6.    Kawinkan lobster minimum ketika berumur 4 inci atau kira-kira berumur 5-6 bulan. Semakin kecil (muda) lobster di kawinkan, pertumbuhan anakannya akan selalu lambat. Misalnya, jika mengawinkan lobster ukuran 3 inci (7,5 cm) dan 4 inci (10 cm) akan jauh lebih cepat daripada yang 3 inci. Namun, bukan berarti ukuran tubuh anakan lobster 3 inci tidak bisa melebihi tubuh induknya. Lobster tersebut tetap bisa tumbuh melebihi induknya tetapi prosesnya lebih lambat. Lobster ukuran 3 inci memiliki jumlah telur maksimum 50 butir, sedangkan lobster berukuran 4 inci bisa menghasilkan telur 200 butir.
7.  Calon indukan lobster berkualitas bisa didapat dengan cara memisahkan lobster jantan dan betina ketika mereka berukuran 2 inci (5 cm). Paling bagus baru di kawinkan setelah masing-masing Mencapai ukuran maksimum 50 butir, sedangkan lobster berukuran 4 inci bisa menghasilkan telur 200 butir.
8.  Calon indukan lobster berkualitas bisa didapat dengan cara memisahkan lobster jantan dan betina ketika mereka berukuran 2 inci (5 cm). Paling bagus baru di kawinkan setelah masing-masing Mencapai ukuran minimum 4 inci (10 cm).
9.  Perlu juga diketahui asal usul lobster atau keluarganya pilih jenis lobster yang murni dari spesies tertentu agar pertumbuhan anakan lobster lebih baik

Sumber :
Kristiany, Maria GE dan Mulyanto. 2011. Budidaya Lobster Air Tawar. Materi Penyuluhan Perikanan. Pusat Penyuluhan KP – BPSDMKP. Jakarta
readmore »»  

PENGOLAHAN IKAN AIR TAWAR MENJADI IKAN PINDANG

Di Indonesia terdapat 65.000 usaha pengolahan pindang ikan laut yang tersebar di berbagai daerah. Industri pengolahan tersebut masih mengalami kekurangan bahan baku sebesar 81.404 ton/bulan, atau sebesar 51,5% dari total kebutuhan bahan baku ikan pindang.

Kelangkaan pindang ikan laut sudah saatnya disubstitusi dengan pindang ikan air tawar. Selain itu, pengolahan ikan air tawar menjadi produk pindang dapat menyerap hasil produksi budidaya ikan air tawar, yang selama ini masih dijual dalam keadaan segar. Pengolahan pindang ikan air tawar telah dilakukan di Jawa Barat, namun cara pengolahan masih dilakukan sangat sederhana sehingga tekstur ikan pindang sangat lembek dengan daya awet yang rendah, yaitu sekitar 1-2 hari. Hal ini disebabkan karena ikan air tawar hidup dalam lingkungan yang berkadar garam rendah, sehingga kadar air ikan air tawar cukup tinggi yaitu mencapai 75 -82 %.

Untuk menurunkan kadar air serta memperbaiki tekstur, pada pengolahan pindang air tawar perlu dilakukan perendaman dalam garam kimia (tawas) atau asam cuka. Tawas adalah garam kimia yang dalam bahan pangan dianggap aman oleh Food and Drug Administration bila digunakan menurut prosedur yang disarankan. Selain itu, hasil penelitian penggunaan 4-10% tawas selama 30-150 menit pada ikan tongkol sebelum diasap menunjukkan residu tawas yang aman bagi kesehatan. Perendaman dalam garam kimia atau asam cuka selain untuk menurunkan kadar air dan memperbaiki tekstur, juga berfungsi sebagai pemucat serta mereduksi lender, khususnya untuk ikan yang tidak bersisik sepeti lele atau patin. Pengolahan pindang ikan air tawar dilakukan dengan menggunakan bumbu, sejenis bumbu pepes sehingga produk yang dihasilkan berbeda dengan produk pindang ikan laut. Penggunaan bumbu ini selain digunakan untuk menutupi adanya rasa lumpur yang sering terdapat pada ikan air tawar, juga dapat meningkatkan cita rasa serta kenampakan pindang ikan yang diolah, serta mencegah terjadinya kelengketan antar produk pada ikan yang tidak bersisik (lele atau patin). Pindang ikan air tawar dapat dijadikan sumber gizi protein bagi masyarakat karena mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi.


Sebagai contoh, pindang ikan mas mengandung protein sebanyak 21,3%, lemak 10,7%, abu/mineral 4,1% dan kadar air 63,9%; sedangkan pindang ikan lele mempunyai kadar protein 20,8%, lemak 9,1% abu/mineral 3,7% dan kadar air 64,9%. Manfaat penerapan teknologi ini adalah meningkatkan nilai tambah ikan air tawar menjadi produk olahan ikan siap saji, sekaligus memanfaatkan hasil produksi ikan air tawar, yang saat ini budidayanya sedang digalakkan.

PERSYARATAN TEKNIS
  1. Pengolah harus mengetahui bahwa seperti halnya ikan laut, ikan air tawar merupakan produk yang mudah busuk sehingga dalam pengolahannya perlu penerapan rantai dingin dan penanganan yang cepat, saniter, dan higienis.
  2. Pengolah harus memiliki seperangkat alat untuk pemindangan berupa dandang perebus serta oven untuk mengurangi kadar air.

Pindang ikan air tawar dapat diolah dari ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan mujair (Oreochromis mosambicus), ikan tawes (Puntius javanicus) dan ikan nilem (Osteochilus hasselti), lele (Clarias grapiennes) dan Ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang biasanya diperoleh dalam keadaan hidup. Sebelum diolah ikan dimatikan dengan cara cold shocK dengan menggunakan air pada suhu rendah (4 C) selama 15 menit. Ikan selanjutnya disiangi dengan membelah bagian perutnya dengan menggunakan pisau yang tajam kemudian dikeluarkan isi perutnya. Ikan kemudian dicuci sehingga darah dan kotoran lainnya hilang. Ikan yang sudah disiangi dan dicuci kemudian direndam dalam larutan tawas 0, 5% atau asam cuka 1% selama 30 menit. Ikan kemudian direndam kembali dalam pasta bumbu yang terdiri dari bawang putih 1,2%, lengkuas 1%, kunyit 1 %, jahe 0,2%, daun salam 1 %, sereh 1 %, garam 5% dan gula 5% selama 30 menit. Pasta bumbu dibuat dengan cara menghancurkan bumbu dengan air 1 : 1 dengan menggunakan blender.

Penambahan bumbu diharapkan dapat menutupi adanya bau lumpur yang sering timbul pada ikan air tawar. Ikan yang sudah dibumbui kemudian dialasi dengan daun bambu dan disusun satu persatu dalam dandang pengukus. Ikan kemudian dikukus selama 4 – 5 jam dengan menggunakan api sedang sehingga durinya menjadi lunak.

Pindang ikan mas yang diperoleh kemudian didinginkan pada suhu kamar, selanjutnta dioven pada suhu 80-90 derajat C selama 1 jam untuk menurunkan kadar air serta aw pindang. Pemanasan kembali dalam oven tersebut dapat menurunkan kadar air pindang dari 72- 76% menjadi sekitar 60-62 derajat C , seperti kadar air pindang ikan laut. Pindang akan lebih awet apabila dikemas dengan kemasan plastik polietilen dengan ukuran lebar 10 cm panjang 20 cm dengan ketebalan 0,8 mm. Agar kemasan menarik, ikan pindang diberi diberi alas karton putih dan kemasan diberi label sesuai dengan ketentuan pelabelan. Bila disimpan pada suhu dingin (2-4 derajat C) pindang yang sudah dikemas dengan kemasan plastik tersebut dapat bertahan hingga 25 hari.

Sumber :
Anonymous. 2013. Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta
http://medialuhkan.blogspot.com/

readmore »»  

Selasa, 03 Maret 2015

PERSIAPAN KOLAM TANAH UNTUK BUDIDAYA IKAN

Kolam tanah banyak ditemukan di tengah-tengah perkampungan dan pekarangan rumah. Kolam tanah air tenang, bisa dibuat di tempat-tempat dengan sumber air terbatas.
Kelebihan kolam tanah dibanding kolam tembok, kolam terpal atau akuarium adalah kekayaan hayatinya. Karena tanah yang menjadi dasar kolam merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai organisme yang menunjang kehidupan ikan. Organisme tersebut bisa bermanfaat juga sebagai pakan alami bagi ikan.
Biaya pembuatan kolam tanah relatif lebih murah dibanding jenis kolam lainnya. Kolam tanah juga lebih fleksibel, gampang dialih fungsikan untuk tujuan lain seperti sawah. Wajar bila banyak pembudidaya ikan tradisional masih menggunakan jenis kolam ini.
Untuk mengetahui bagaimana struktur dan cara membuat kolam tanah, silahkan baca artikel sebelumnya mengenai cara membuat kolam tanah.

TIPE KOLAM TANAH
Terdapat berbagai tipe kolam tanah yang dikenal saat ini. Diantaranya kolam tanah dengan tanggul tanah, kolam tanah dengan tanggul tembok atau batu, dan kolam tambak air payau.
Kolam tanah dengan tanggul tanah biasanya digunakan oleh para petani ikan tradisional. Pembuatan kolam tipe ini murah dan mudah. Namun pemeliharaannya perlu ketelatenan karena tanggul kolam mudah rusak dan bocor. Tanggul tanah juga seringkali dirusak binatang-binatang yang suka menggali seperti kepiting.
Kolam tanah dengan tanggul tembok disebut juga kolam semi intensif, kolam ini lebih awet dan tahan lama. Tanggul kolam juga tidak akan rusak diganggu binatang, kolam seperti ini bisa digunakan untuk budidaya ikan lele atau budidaya belut yang dikenal sering membuat lubang.
Kolam tanah dengan tanggul tanah dan tanggul tembok. (Gambar: Gusrina, 2008)

Tambak air payau biasanya digunakan oleh petani ikan yang dekat dengan laut. Tambak merupakan kolam air tenang dengan ukuran yang relatif besar. Biasanya tidak kurang dari 1000 m2 satu kolamnya. Sumber pengairan tambak berasal dari air laut atau muara sungai. Sehingga air kolam tambak rasanya payau.
PEMBAJAKAN TANAH
Dasar kolam yang telah dikeringkan dan dijemur, selanjutnya diolah dengan cara dibajak atau dicangkul. Kedalaman pembajakan sekitar 10 cm. Pembajakan tanah berfungsi untuk membalik tanah agar tanah menjadi gembur.
Bersamaan dengan pembajakan, angkat lumpur hitam yang biasanya tersisa di dasar kolam. Lumpur hitam tersebut terbentuk dari sisa pakan yang tidak habis dimakan ikan. Lumpur hitam biasanya menimbulkan aroma busuk dan mengandung gas beracun seperti hidrogen sulfida (H2S), nitrit (NO2) dan amoniak (NH3).
Disamping itu, lakukan pemeriksaan terhadap pematang atau tanggul-tanggul. Bila ada kebocoran atau rusak segera ditambal. Bersihkan juga dasar kolam dari kerikil dan sampah anorganik.

PENGERINGAN KOLAM
Pengeringan kolam tanah harus dilakukan setiap kali budidaya ikan dimulai. Caranya dengan mengosongkan isi kolam dan menjemur dasar kolam. Penjemuran berlangsung selama 3-7 hari tergantung cuaca dan jenis tanah.
Sebagai patokan, penjemuran sudah selesai apabila tanah terlihat retak-retak. Penjemuran yang terlalu lama akan menyebabkan tanah membatu. Sebaiknya jangan sampai seperti itu. Untuk mengukurnya, injak dasar kolam. Bila telapak kaki kita hanya meninggalkan jejak sedalam kurang lebih 1 cm, pengeringan sudah dianggap cukup. Bila jejak yang ditinggalkan masih dalam, penjemuran belum maksimal.
Pengeringan dasar kolam tanah dilakukan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit yang mungkin ada pada periode budidaya sebelumnya. Sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati dengan sinar matahari kekeringan. Selain itu, penjemuran juga membantu menghilangkan gas-gas beracun yang terperangkap di dasar kolam.

PENGAPURAN KOLAM TANAH
Kolam tanah yang telah dipakai budidaya ikan biasanya keasaman tanahnya meningkat (pH-nya turun). Oleh karena itu perlu dinetralkan dengan memberikan kapur pertanian atau dolomit. Derajat keasaman ideal bagi perkembangan ikan biasanya berkisar pH 7-8. Bila derajat keasaman tanah kurang dari itu perlu pengapuran.
Jumlah kapur yang diberikan untuk menetralkan pH sekitar 2 ton/ha. Namun jumlah pastinya harus disesuaikan dengan pH tanah dan jenis tanah. Pada jenis tanah liat berlumpur, takaran pengapuran untuk menetralkan pH tanah adalah sebagai berikut:
  • pH kurang dari 4,0  jumlah kapur 4 ton/ha
  • pH 4,0 – 4,4 jumlah kapur 3 ton/ha
  • pH 4,5 – 5,0 jumlah kapur 2,5 ton/ha
  • pH 5,1 – 5,5 jumlah kapur 2 ton/ha
  • pH 5,6 – 6,5 jumlah kapur 1 ton/ha
Dosis di atas perlu ditambah bila jenis tanahnya semakin dominan tanah liat. Sedangkan untuk tanah yang semakin berpasir, dosis pengapurannya dikurangi.
Pengapuran diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah, kapur diaduk dengan tanah yang telah dibajak hingga merata. Usahakan agar kapur tercampur hingga kedalaman 10 cm. setelah itu, kolam didiamkan 2 - 3 hari.

PEMUPUKAN KOLAM TANAH
Setelah proses pengapuran selesai, langkah selanjutnya adalah pemupukan. Sebaiknya gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar. Apabila dirasa kurang, bisa ditambahkan pupuk kimia atau penyubur tanah lainnya. Pupuk organik mutlak diperlukan untuk mengembalikan kesuburan tanah.
Pupuk organik akan merangsang aktivitas kehidupan dalam tanah. Tanah yang kaya bahan organik merupakan surga bagi berbagai macam organisme untuk berkembang biak. Organisme tersebut nantinya sangat bermanfaat sebagai pakan alami ikan.
Jenis pupuk organik yang digunakan bisa pupuk kompos atau pupuk kandang. Dosisnya sekitar 1-2 ton per hektar. Pupuk ditebarkan secara merata di permukaan dasar kolam. Bila dirasa kurang, bisa ditambahkan pupuk kimia. Pupuk kimia yang sering dipakai untuk dasar kolam adalah urea dan TSP. Setelah dipupuk, kolam dibiarkan selama 1-2 minggu. Selanjutnya, kolam siap untuk diisi air.

PENGGENANGAN KOLAM
Tahap terakhir persiapan kolam tanah adalah penggenangan kolam dengan air. Caranya dilakukan secara bertahap. Pertama-tama genangi dasar kolam dengan air setinggi 10-15 cm. Dengan kedalaman air seperti ini sinar matahari masih bisa menembus dasar kolam. Sehingga berbagai macam tumbuhan dan hewan bisa berkembangbiak.
Biarkan kondisi tersebut selama 2-3 hari. Warna air akan terlihat kehijauan. Itu tandanya gangang sebagai makanan biota air dan ikan telah tumbuh. Setelah itu ketinggian air bisa dinaikkan hingga 60-75 cm dan kolam siap untuk ditebari benih ikan.

Referensi
  1. Ghufran Kordi. 1997. Budidaya ikan nila. Dahara Prize, Semarang.
  2. Gusrina. 2008. Budidaya ikan Jilid I [pdf]. Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
  3. Kholis Mahyuddin. 2012. Panduan lengkap agribisnis lele. Penebar Swadaya, Jakarta.








readmore »»  

BUDIDAYA KUTU AIR DAPHNIA DAN MOINA

Kutu air banyak digunakan untuk pakan benih ikan dan jenis ikan hias, sepertiikan cupang dan ikan guppy. Kandungan protein kutu air bisa mencapai 66% dan lemak 6%. Sehingga sangat cocok bagi benih ikan yang masih dalam tahap pertumbuhan.

Jenis kutu air yang paling mudah dibudidayakan dan ketersediaan bibitnya banyak adalah daphnia dan moina. Kedua jenis kutu air ini termasuk dalam keluargaarthopoda, kelas crustacea dan ordo caldocera. Keduanya merupakan jenis udang renik.

Jenis daphnia
Daphnia magna (Gambar: PLOS Biology)

Daphnia berbentuk lonjong agak pipih ukurannya sekitar 1-5 mm. Warna tubuh daphnia cokelat kemerahan. Bagian kepalanya mempunyai dua antena dan ekornya melancip. Di kolam, koloni daphnia akan terlihat seperti titik-titik merah yang mengambang bergerombol di permukaan air.
Daphnia banyak ditemukan di perairan air tawar seperti danau, rawa, waduk, kolam dan sungai. Tempat ideal bagi pertumbuhan daphnia adalah perairan dengan suhu 26-30oC dengan pH 6,5-7,5.
Daphnia bisa berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Dalam perkembanganbiakan aseksual, moina akan menghasilkan telur yang bisa menetas tanpa perlu dibuahi. Sedangkan pada perkembangbiakan seksual, daphnia jantan dan betina melakukan perkawinan dan menghasilkan anak.
Siklus hidup daphnia sekitar 34 hari dan bisa melahirkan anak setiap hari. Daphnia bertelur atau beranak dengan jumlah sekitar 39 ekor per hari. Pada jenis tertentu seperti daphnia magna, bisa bertelur hingga 100 ekor.

Jenis moina
Moina (Gambar: UNH Center for Freshwater Biology)

Ukuran tubuh moina lebih kecil dari daphnia, sekitar 0,9-1,8 mm. Warna tubuhnya cokelat kemerahan. Pada bagian perutnya terdapat 10 rambut getar atau silia, dan pada bagian punggungnya ditumbuhi rambut kasar. Di alam, koloni daphnia biasanya bercampur baur dengan moina, sehingga secara kasat mata kedua jenis zooplankton ini sulit dibedakan.
Moina dapat ditemukan di seluruh perairan air tawar seperti danau, rawa, waduk dan kolam. Suhu perairan ideal bagi pertumbuhan moina berkisar 24-30oC dengan pH 6,5-7,5
Sama dengan daphnia, moina juga bisa berkembang biak secara aseksual dan seksual. Siklus hidup moina jauh lebih pendek yaitu sekitar 13 hari. Dengan kemampuan bereproduksi sekitar 32 ekor per hari.

Budidaya kutu air
Budidaya kutu air daphnia dan moina bisa perlakukan sama. Karena habitat hidup, jenis makanan, dan tipe perkembangbiakannya relatif sama. Bibit daphnia dan mioina bisa didapatkan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBAT). Selain itu juga dicari di perairan seperti danau, kolam, waduk, sawah atau parit.
Kutu air biasanya bergerombol mengambang di permukaan air. Warnanya coklat kemerahan. Untuk mengambilnya gunakan jaring halus (plankton net). Daphnia dan monia bisa dikembangbiakan dalam berbagai media, seperti wadah fiber atau kolam.
Kolam yang digunakan sebaiknya kolam tanah, atau kolam semen dengan dasar tanah. Luas kolam tergantung kebutuhan, sebaiknya tidak terlalu besar untuk memudahkan perawatan. Sebelumnya dasar kolam dikapur terlebih dahulu, untuk menetralkan pH tanah dan menekan organisme patogen. Tahapannya sebagai berikut:

  • Keringkan terlebih dahulu dasar kolam dengan dijemur selama 2-3 hari. Kemudian lakukan pengapuran dengan dosis 1-2 kg/m2.
  • Kemudian tambahkan pupuk untuk menumbuhkan pakan plankton sebagai makanan daphnia dan moina. Jenisnya bisa pupuk kandang, seperti kotoran ayam sebanyak 2 kg/m2. Biarkan selama 3-5 hari.
  • Genangi kolam dengan air bersih sedalam 30 cm dan diamkan lagi selama 2-4 hari. Air kolam akan berubah menjadi cokelat kehijauan. Warna tersebut merupakan pertanda plankton dan tumbuhan renik lainnya telah berkembang dalam kolam. Penuhi kolam dengan air hingga ketinggian 50-60 cm.
  • Kolam siap ditebari dengan bibit daphnia dan moina. Dalam satu minggu akan terlihat warna kemerahan di permukaan kolam. Hal ini menandakan kutu air telah berkembang.
  • Perkembangbiakan kutu air akan mencapai puncaknya setelah 7-11 hari. Panen dilakukan dengan mengambil kutu air dengan jaring halus.
  • Cuci kutu air dengan air bersih sebelum diberikan pada ikan.
readmore »»