Sabtu, 30 Mei 2015

BUDIDAYA CACING SUTRA (TUBIFEK)

 I.           PENDAHULUAN
Cacing sutra/tubifek merupakan salah satu jenis pakan alternatif bagi ikan lele ukuran bibit. Cacing tubifek dikenal juga dengan sebutan cacing rambut. Tubuhnya berukuran kecil, ramping, bulat dan terdiri atas 30-60 segmen. Tubuh cacing tubifek terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya antara 10-30 mm dengan warna tubuh kemerah-merahan. Spesies ini mempunyai saluran pencernaan berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus.
Cacing tubifek biasanya hidup di saluran air yang jernih dan sedikit mengalir dengan dasar perairan mengandung banyak bahan organik yang dijadikan makanannya. Cacing ini hidup berkoloni, bagian ekornya berada di permukaan dan berfungsi sebagai alat bernafas dengan cara difusi langsung dari udara.
Sebagaimana cacing lain,spesies ini merupakan jenis hermaprodit dan berkembang biak dengan cara bertelur dari betina yang telah matang telur. Telur cacing tubifek terjadi dalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk blat dan dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya. Telur yang ada dalam kokon mengalami pembelahan, selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari, embrio cacing akan keluar dari kokon.
Budidaya cacing tubifek dapat dilakukan di parit beton atau pada kolam. Kolam yang digunakan bisa berukuran kecil atau besar yang diberi petakan papan di dalmnya.
                                                                                 
II.          CARA BUDIDAYA DI PARIT


Wadah untuk membudidayakan cacing tubifek adalah parit beton atau kotak kayu dengan lebar 50 cm panjang 5-10 m, lebar 50 cm dan tinggi 20-30 cm, yang telah dilapisi plastik. Media budidaya yang digunakan berupa campuran kotoran ayam segar dan lumpur kolam dengan perbandingan 1 : 1. media ini diratakan di dasar parit dengan ketebalan 5 cm dan selanjutnya diairi dengan debet 900 per menit.
Sehari setelah media diairi air, bibit cacing tubifek ditebarkan sebanyak 2 g untuk setiap meter persegi media. Untuk menjaga keberadaan pakan cacing, setiap minggu sekali dilakukan pemupukan dgn kotoran ayam yg diberikan untuk pemupukan ulang sebanyak 9 % dari jumlah kotoran ayam awal.
Setelah 2 bulan pemeliharaan, cacing sudah dapat dipanen. Selanjutnya panen dilakukan setiap 2 minggu sekali. Cara memanennya, cacing diambil secara acak pada populasi yang padat dgn bantuan serokan kemudian dimasukan ke ember yg sdh diberi air. Cacing yang diambil biasanya masih kotor karena media pemeliharaan ikut terbawa. Agar cacing keluar dari medianya, permukaan ember ditutup selama 6 jam. Biasanya setelah 6 jam cacing akan naik ke permukaan air. Cacing yang bergerombol di permukan ini selanjutnya diambil dengan tangan.

III.        CARA BUDIDAYA DI KOLAM

Pada prinsipnya, budidaya cacing tubifek  di kolam sama dengan budidaya di parit. Untuk itu, kolam dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tercipta suasana seperti parit tempat budidaya cacing. Untuk keperluan ini bisa digunakan papan-papan kayu yang dibuat berbentuk kubus dgn ukuran sekitar (1x1)m. Pada dua sudut kotak yang berseberangan secara diagonal dibuat coakan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet.
Kotak-kotak ini ditanam sebagian di dasar kolam dengan bagian yang menonjol ke permukaan sekitar 10 cm. Karena  posisi coakan sebagai inlet dan outlet maka coakan ini sebaiknya terletak di bagian yang tidak ditanam. Bagian tanah di dalam kotak digemburkan dengan dicangkul selanjutnya dipupuk. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang yang telah bersih dari bahan-bahan lain dan dihaluskan. Pupuk ini dicampurkan dengan tanah dalam kotak secara merata. Setelah proses pemupukan selesai, kolam diisi air dengan ketinggian sekitar 5 cm. biarkan selama 3-4 hari untuk proses pembusukan.
Aliran air ke dalam kolam dikontrol dan diusahakan debet air yang mengalir ke dalam kolam dan masing-masing kotak relatif kecil. Bibit cacing dapat ditanam dengan membuat lubang di tanah kemudian bibit tersebut dimasukan ke dalam lubang tersebut. Selama masa pemeliharaan, aliran air harus dikontrol dan jangan sampai kolam kekeringan. Panen dilakukan dengan mengambil cacing menggunakan cangkul kecil secara acak pada populasi yang padat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar