Rabu, 22 Januari 2014

KKP Berhasil Budidaya Ikan Tuna Sirip Kuning


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil kembangkan budidaya Tuna Sirip Kuning atau Yellow fin Tuna. Ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di pasar dunia ini berhasil dibudidayakan/fattening oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol Bali. Bahkan Indonesia akan mampu memproduksi benih ikan Tuna sirip kuning dari hatchery yang pembangunannya dilaksanakan tahun 2014 ini.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo menjelaskan, peluang budidaya masih sangat terbuka luas, dengan didukung ketersediaan ikan Tuna ukuran kecil/baby Tuna di perairan Indonesia. Untuk itu, budidaya ikan Tuna/Fattening di Indonesia mempunyai prospek yang sangat bagus mengingat bahwa produksi hasil penangkapan sudah tidak dapat ditingkatkan serta daerah penangkapan semakin jauh dan tingkat hasil tangkapan per unit upaya atau Catch per Unit Effort (CPUE) semakin rendah.

Dengan adanya beberapa kendala tersebut, biaya penangkapan ikan Tuna akan lebih tinggi dibandingkan biaya produksi ikan Tuna dalam unit budidaya. “Di samping itu, trend masyarakat dunia yang mulai beralih dari sumber protein daratan ke sumber protein laut memberikan dampak positif terhadap peningkatan usaha budidaya laut,” jelasnya.

Menurut Sharif, KKP akan terus mendukung upaya budidaya laut atau mariculture. Budidaya laut atau mariculture saat ini menjadi usaha yang mempunyai prospek cerah. Apalagi, pengembangan budidaya laut dinilai masih mempunyai peluang yang sangat besar. Dengan luas indikatif potensi lahan pengembangan budidaya laut nasional luas 4,58 juta ha sampai dengan tahun 2011 baru dimanfaatkan untuk usaha budidaya sekitar 169.292 ha atau 3,69%.

Padahal banyak jenis ikan konsumsi yang mempunyai nilai jual tinggi. Di antaranya, ikan Kerapu, Bawal Bintang dan Kakap Putih serta Tuna, merupakan komoditi ekspor yang banyak diminati pasar dunia. “Budidaya ikan Tuna sebenarnya sudah lama kita ujicobakan. Bahkan. untuk domestikasi Tuna telah berhasil dilakukan di Indonesia oleh BBPPBL Gondol di Bali, 10 tahun yang lalu,” katanya.

Sharif menegaskan, KKP terus berupaya menggenjot produksi perikanan budidaya melalui optimalisasi pemanfaatan potensi budidaya, salah satunya adalah dengan mendorong percepatan pengembangan kawasan budidaya laut (mariculture). Prospek pengembangan budidaya laut khususnya pada area off shore mempunyai peluang besar sebagai alternatif usaha yang prospektif bagi masyarakat pesisir.

Di antaranya, KKP melalui Ditjen Perikanan Budidaya telah melakukan upaya strategis dalam mempercepat pengembangan kawasan budidaya ikan kerapu, yaitu melalui pengembangan model percontohan atau demfarm budidaya ikan kerapu di 10 Kabupaten. “Untuk kegiatan budidaya Tuna, KKP melalui pengembangan industrialisasi kelautan dan perikanan pada tahun 2013, memberikan bantuan berupa pembangunan fasiltas karamba jaring apung (KJA) di laut lepas sebanyak 5 buah berdiameter 50m dan sarana pendukungnya untuk kegiatan penggemukkan atau fattening,” jelasnya.


KEBIJAKAN PERIKANAN TANGKAP
Sharif menjelaskan, pengembangan budidaya laut merupakan kebijakan KKP untuk mendukung upaya negara negara dalam pengendalian tangkapan berlebih atau over fishing. Apalagi ikan Tuna merupakan sumberdaya alam yang semakin penting baik di tingkat regional maupun tingkat internasional. Data FAO, menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan Tuna semakin menurun dari tahun ke tahun, terutama Tuna di daerah empat musim seperti jenis Tuna Sirip Biru atau Bluefin Tuna.

Untuk itu, Indonesia sebagai salah satu produsen utama Tuna hasil tangkapan alam, tentu mempunyai kontribusi dan peranan penting dalam pelestarian perikanan Tuna. Peranan Indonesia semakin penting mengingat bahwa perairan lepas pantai selatan Jawa dan Bali adalah daerah pemijahan utama ikan Tuna sirip biru selatan (Southern Bluefin Tuna). “Berdasarkan latar belakang tersebut, berbagai upaya pengembangan Tuna harus didukung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi alam untuk konsumsi,” ujarnya.

Menurut Sharif, dampak dari penangkapan ini mulai terlihat dengan terjadinya penurunan hasil tangkapan Tuna dan bahkan penurunan bobot per ekor ikan yang tertangkap. Ini merupakan salah satu indikasi telah terjadinya penurunan populasi Tuna di alam oleh akibat tangkapan berlebih. Sebagai negara tropis, Indonesia dinilai mempunyai masa depan yang baik untuk mengembangkan budidaya Tuna jenis Tuna tropis seperti Yellow Fin Tuna.

Untuk membudidayakan Tuna sirip kuning, KKP terus melakukan kajian mendalam terutama berkenaan dengan ketersediaan benih Yellow Fin Tuna di alam untuk menjamin keberlanjutan pasokan benih dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam. Kedua, Pengembangan benih Tuna hasil hatchery yang adaptif terhadap lingkungan dengan tingkat kelangsungan hidup tinggi, sehingga tidak bergantung benih dari alam.


Ketiga, pengembangan pakan alternatif yang mudah didapat dan berkelanjutan sehingga tidak bergantung pada ikan pelagis kecil yang bernilaii ekonomi tinggi dan cenderung semakin berkurang ketersediannya di alam. “Faktor lain, adalah pemilihan lokasi dengan karakteristik layak dari segi teknis budidaya serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pemasaran hasil budidaya yang memadai serta penyusunan kebijakan dan peraturan yang mendukung pelaksanaan budidaya Tuna,” paparnya. 

(Sumber : Antara)

EDITOR : shampankbie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar