PEMBENIHAN LELE DUMBO DENGAN PENYUNTIKAN HORMON
I. PENDAHULUAN
Konsumsi ikan lele dumbo beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat. Jika dahulu ikan lele dipandang sebagai ikan kelas bawah, sekarang ternyata konsumen ikan lele semakin meluas. Rasa daging yang khas serta cara masak yang mudah dan sederhana, menjadikan menu ikan lele sebagai menu masakan kegemaran masyarakat luas.
Seiring dengan semakin tingginya permintaan ikan lele, membuat peluang usah budidaya ikan lele semakin terbuka. Apalagi budidaya ikan lele baik pembenihan, pendederan, maupun pembesaran dapat dijalankan hanya dengan modal yang tidak terlalu besar. Usaha budidaya lele dumbo di kalangan pembudidaya ikan lele sudah menjamur. Dari tahapan pembenihan sampai pada tahapan pembesaran, sudah banyak pembudidaya ikan yang menggelutinya. Khususnya pada tahapan pembesaran ikan lele dumbo. Pelaku utama yang menggeluti tahapan pembesaran lele dumbo mengaku kesulitan dalam mndapatkan benih lele dumbo seiring banyaknya permintaan pasar terhadap lele dumbo tersebut. Untuk itu perlu peningkatan produksi benih lele dumbo.
Pembenihan merupakan proses awal dari budi daya lele dumbo. Dalam proses ini, ikan dipelihara hingga menghasilkan benih dengan berbagai ukuran. Secara garis besar, kegiatan pembenihan lele dumbo meliputi pembuatan kolam, pemilihan induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva serta pemanenan benih. Salah satu cara peningkatan produksi pada tahapan pembenihan ini dapat dilakukan dengan sistem suntik hormon memakai ovaprim. Pemakaian ovaprim dalam penyuntikan hormon ini dapat membantu mempercepat rangsangan dalam proses pemijahan ikan lele dumbo. Sehingga waktu dalam tahapan-tahapan pembenihan lele dumbo dapat lebih efisien dan produksi juga dapat lebih ditingkatkan.
II. TEKNIS PEMBENIHAN
A. Pembuatan Kolam
Pemijahan lele dumbo biasa dilakukan di kolam tembok yang disediakan secara khusus untuk pemijahan. Meskipun demikian, cara yang lebih murah adalah memanfaatkan terpal. Kolam terpal ini dapat dibuat di bawah permukaan tanah ataupun di atas permukan tanah. Kolam yang berada di atas permukaan tanah dapat disangga dengan kayu ataupun bambu.
Kolam terpal untuk pemijahan lele dumbo ini luasnya sekitar 2 m2. Sebelum digunakan, kolam pemijahan harus dibersihkan dan dikeringkan selama kurang lebih 3 hari. Selanjutnya, bak diisi air bersih setinggi 50-60 cm. Jika air yang digunakan adalah air keruh atau kotor, maka daya tetas telur tidak akan maksimal. Hal ini disebabkan karena permukaan telur akan tertutup oleh lapisan lumpur, sehingga tidak dapat menetas.
Untuk tempat penempelan telur, di dalam kolam pemijahan harus disediakan kakaban yang terbuat dari ijuk. Ukuran kakaban dapat menyesuaikan dengan ukuran kolam. Namun, ukuran yang biasa digunakan panjangnya 75-1100 cm dan lebarnya 30-40 cm.
Sebagai patokan, untuk satu pasang induk lele dumbo dengan berat induk betina 500 gram, diperlukan kakaban sebanyak empat buah. Jika kurang, dikhawatirkan telur yang dikeluarkan pada saat pemijahan tidak tertampung seluruhnya atau menumpuk di kakaban, sehingga mudah membusuk dan tidak menetas.
Kakaban yang telah disiapkan dipasang rata menutupi seluruh permukaan dasar kolam pemijahan. Kakaban tersebut ditindih dengan menggunakan pemberat. Hal ini dimaksudkan agar telur bisa tertampung di kakaban dan seluruh bagiannya tetap dalam kondisi terendam air.
B. Pemilihan Induk Matang Gonad
Satu hal yang penting adalah kondisi induk yang akan dipijahkan. Induk yang akan dipijahkan harus telah memenuhi persyaratan standar. Persyaratan tersebut diantaranya harus matang kelamin dan berumur tidak kurang dari satu tahun.
Berikut ini ciri-ciri induk lele dumbo yang baik dan matang gonad :
v Betina
• Umur induk sudah mencapai 1-1,5 tahun.
• Alat kelamin bulat dan berwarna kemerah-merahan.
• Pada bagian perut membesar ke arah anus dan jika diraba terasa lembek.
• Jika bagian perut perlahan diurut ke arah anus akan keluar telur berwarna kekuningan.
v Jantan
• Umur induk sudah mencapai 9-12 bulan.
• Alat kelamin memanjang dan runcing.
• Warna tubuh agak kemerahan.
• Tubuh ramping dan gerakannya lincah.
C. Pembuatan Larutan Hormon
Pembuatan hormon ditujukan untuk mempercepat proses rangsangan pemijahan kepada induk lele. Pembuatan hormon dalam pemijahan lele dumbo ini adalah sebagai berikut :
v Hormon yang digunakan yaitu hormon ovaprim.
v Dosis 0,2 ml induk betina dan 0,05 ml induk jantan.
v Ambil hormon dengan spuit, tambahkan aquades 1,5 - 2 ml.
v Aduk merata didalam spuit hingga berwarna putih susu.
v Larutan hormon siap untuk disuntikan.
D. Penyuntikan
Proses penyutikan hormon dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
v Induk betina matang kelamin/gonad, ditangkap mengunakan lambit. Penangkapan induk dilakukan hati-hati agar induk tidak stress. Tangkap induk betina masukan ke dalam kain dan tutupkan kain tersebut pada bagian kepala dan mata. Hal ini dilakukan agar induk tidak mengalami stress.
v Induk betina yang telah ditangkap kemudian disuntikan hormon secara instramuscular yaitu dibagian punggung ikan sebelah kiri atau kanan. Cari bagian daging yang lebih tebal.
v Penyuntikan dilakukan satu kali.
v Waktu penyuntikan dapat diatur sesuai situasi dan kondisi.
E. Proses Pemijahan
Setelah disuntik, induk dilepaskan ke dalam kolam terpal. Untuk satu kolam pemijahan, jumlah induk yang dipijahkan cukup satu pasang saja. Jika induk yang dipijahkan dalam satu kolam terdapat beberapa pasang induk, dikhawatirkan akan terjadi perkelahian sehingga proses pemijahan tidak dapat berlangsung dengan sempurna. Bahkan induk dapat terluka akibat perkelahian tersebut.
Proses pemijahan induk lele dumbo adalah sebagai berikut :
v Induk yang disuntik dimasukan ke dalam kolam terpal.
v Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 : 1.
v Tutup bagian atas bak agar tidak loncat saat proses pemijahan.
v Proses pemijahan akan terjadi 8 – 12 jam dari penyuntikan.
v Pemijahan sistem kawin suntik, biasanya memijah malam hari.
v Tanda sudah memijah, pada kakaban terlihat telur menempel secara merata dan akan tercium bau amis.
F. Penetasan Telur
Pada hari yang bersamaan dengan persiapan pemijahan, kolam atau tempat penetasan harus dipersiapkan pula. Karena setelah selesai proses pemijahan berlangsung, telur yang ada pada kakaban harus segera dipindahkan. Jika tidak segera dipindahkan, dikhawatirkan telur tersebut akan dimakan oleh induk lele dumbo.
Kolam penetasan dapat juga dipakai kolam terpal yang ukurannya lebih besar daripada kolam pemijahan. Karena kolam penetasan tersebut merupakan tempat perawatan sekaligus pemeliharaan larva lele dumbo. Seekor induk betina lele dumbo 500 gram membutuhkan luas kolam penetasan sekitar 2 x 3 0,5 m.
Kolam penetasan dapat ditempatkan di samping atau belakang rumah, asalkan tidak langsung terkena sinar matahari dan hujan. Kolam yang langsung terkena sinar matahari dan hujan, dapat mengakibatkan benih lele dumbo mengalami kematian karena terjadi perubahan suhu yang drastis.
Penetasan telur dilakukan dalam wadah terpisah, proses penetasan telur adalah sebagai berikut :
v Kakaban berisi telur, ditetaskan dalam wadah yaitu akuarium/kolam semen/kolam terpal dengan ketinggian air 20 – 30 cm.
v Sebelum ditetaskan telur di treatment dengan larutan methyline blue.
v Simpan kakaban pada kolam penetasan, posisi telur berada bagian bawah permukaan air.
v Untuk menambah oksigen terlarut dalam air, dapat diberi aerasi.
v Telur yang tidak dibuahi berwarna putih. Telur tersebut dapat dibuang.
v Telur menetas setelah 24 jam, pada suhu normal 24 – 260C.
v Setelah menetas semua kakaban diangkat, agar media penetasan tetap terjaga kualitasnya.
G. Perawatan Telur
Telur lele dumbo akan menetas setelah 22-124 jam dari saat pemijahan. Selama proses penetasan berlangsung, diusahakan ada sedikit air yang mengalir. Proses mengalirkan air tersebut dapat menggunakan selang kecil yang biasa digunakan pada aerator akuarium. Pengaliran air ini bertujuan untuk menjaga kualitas air selama penetasan. Jika kualitas air jelek dan timbul bau yang tidak sedap maka larva akan mati.
Larva yang telah menetas akan berkumpul di dasar kolam penetasan. Setelah menetas, kakaban segera diangkat. Kakaban harus diangkat secara hati-hati. Jika pengangkatan kakaban terlambat dilakukan, telur-telur yang tidak menetas akan membusuk dan menyebabkan kualitas air menurun.
H. Perawatan Larva
Setelah berumur dua hari, larva mulai bergerak dan menyebar ke seluruh bak penetasan. Sampai umur tiga hari, larva tidak perlu diberi pakan tambahan, karena masih memanfaatkan cadangan makanan yang dibawa di dalam tubuhnya, yakni pada kuning telur. Larva dapat diberi pakan tambahan setelah berumur empat hari. Jenis pakan yang cocok adalah pakan alami seperti kutu air (Daphnia atau Moina) atau cacing rambut.
Pakan buatan kurang baik jika diberikan pada larva, karena jika pakan yang diberikan tidak habis maka akan membusuk dan dapat menurunkan kualitas air. Pakan alami diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari sesuai dengan kebutuhan (adlibitum).
Faktor lain yang harus diperhatikan dalam perawatan larva adalah penggantian air. Penggantian air harus dilakukan setiap 2-3 hari sekali atau tergantung dari kebutuhan. Jumlah air yang diganti sebanyak 50-70% dengan cara menyifon sambil membuang kotoran yang terdapat dalam kolam.
Proses perawatan larva dapat dilihat sebagai berikut :
• Dilakukan pada bak penetasan/bak khusus pemeliharaan larva.
• Larva belum diberi makan 2 – 3 hari, karena masih membawa cadangan makanan.
• Makanan tambahan diberikan setelah berumur 2/3 hari.
• Pakan tambahan berupa cyste artemia/cacing rambut yang dicincang dulu secara manual atau menggunakan blender.
• Pemeliharaan larva dapat dilakukan selama 7-10 hari.
• Ukuran larva pada umur 7-10 hari mencapai ukuran 1-1,5 cm.
I. Pemanenan Benih
Pemanenan benih harus dilakukan dengan hati-hati agar banih tidak stress.Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Berikut ini adalah cara pemanenan benih lele dumbo :
• Umur 7-10 hari, benih sudah siap untuk dipanen.
• Biasanya sudah mencapai ukuran 1-1,5 cm.
• Dilakukan pagi atau menjelang sore hari.
• Siapkan bak plastik bulat volume 100 lt, isi air setinggi 10–15 cm dan diberi aerasi secukupnya.
• Tangkap benih dengan selang dan disaring menggunakan scopnet yang berisi air dalam wadah baskom.
• 1 ekor induk yang beratnya 1 kg, menghasilkan benih sebanyak 40.000–60.000 ekor benih umur 7 hari.
editor : shampankbie@gmail.com
diposkan Oleh : Ainun Mardiyah, S.St.Pi*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar