Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil kembangkan budidaya Tuna Sirip Kuning
atau Yellow fin Tuna. Ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di pasar dunia
ini berhasil dibudidayakan/fattening oleh Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol Bali. Bahkan Indonesia akan mampu
memproduksi benih ikan Tuna sirip kuning dari hatchery yang pembangunannya
dilaksanakan tahun 2014 ini.
Menteri
Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo menjelaskan, peluang budidaya masih
sangat terbuka luas, dengan didukung ketersediaan ikan Tuna ukuran kecil/baby
Tuna di perairan Indonesia. Untuk itu, budidaya ikan Tuna/Fattening di
Indonesia mempunyai prospek yang sangat bagus mengingat bahwa produksi hasil
penangkapan sudah tidak dapat ditingkatkan serta daerah penangkapan semakin
jauh dan tingkat hasil tangkapan per unit upaya atau Catch per Unit Effort
(CPUE) semakin rendah.
Dengan adanya
beberapa kendala tersebut, biaya penangkapan ikan Tuna akan lebih tinggi
dibandingkan biaya produksi ikan Tuna dalam unit budidaya. “Di samping itu,
trend masyarakat dunia yang mulai beralih dari sumber protein daratan ke sumber
protein laut memberikan dampak positif terhadap peningkatan usaha budidaya
laut,” jelasnya.
Menurut
Sharif, KKP akan terus mendukung upaya budidaya laut atau mariculture. Budidaya
laut atau mariculture saat ini menjadi usaha yang mempunyai prospek cerah.
Apalagi, pengembangan budidaya laut dinilai masih mempunyai peluang yang sangat
besar. Dengan luas indikatif potensi lahan pengembangan budidaya laut nasional
luas 4,58 juta ha sampai dengan tahun 2011 baru dimanfaatkan untuk usaha
budidaya sekitar 169.292 ha atau 3,69%.
Padahal banyak
jenis ikan konsumsi yang mempunyai nilai jual tinggi. Di antaranya, ikan
Kerapu, Bawal Bintang dan Kakap Putih serta Tuna, merupakan komoditi ekspor
yang banyak diminati pasar dunia. “Budidaya ikan Tuna sebenarnya sudah lama
kita ujicobakan. Bahkan. untuk domestikasi Tuna telah berhasil dilakukan di
Indonesia oleh BBPPBL Gondol di Bali, 10 tahun yang lalu,” katanya.
Sharif
menegaskan, KKP terus berupaya menggenjot produksi perikanan budidaya melalui
optimalisasi pemanfaatan potensi budidaya, salah satunya adalah dengan
mendorong percepatan pengembangan kawasan budidaya laut (mariculture). Prospek
pengembangan budidaya laut khususnya pada area off shore mempunyai peluang
besar sebagai alternatif usaha yang prospektif bagi masyarakat pesisir.
Di antaranya,
KKP melalui Ditjen Perikanan Budidaya telah melakukan upaya strategis dalam
mempercepat pengembangan kawasan budidaya ikan kerapu, yaitu melalui
pengembangan model percontohan atau demfarm budidaya ikan kerapu di 10
Kabupaten. “Untuk kegiatan budidaya Tuna, KKP melalui pengembangan
industrialisasi kelautan dan perikanan pada tahun 2013, memberikan bantuan
berupa pembangunan fasiltas karamba jaring apung (KJA) di laut lepas sebanyak 5
buah berdiameter 50m dan sarana pendukungnya untuk kegiatan penggemukkan atau
fattening,” jelasnya.
KEBIJAKAN PERIKANAN TANGKAP
Sharif
menjelaskan, pengembangan budidaya laut merupakan kebijakan KKP untuk mendukung
upaya negara negara dalam pengendalian tangkapan berlebih atau over fishing.
Apalagi ikan Tuna merupakan sumberdaya alam yang semakin penting baik di
tingkat regional maupun tingkat internasional. Data FAO, menunjukkan bahwa
hasil tangkapan ikan Tuna semakin menurun dari tahun ke tahun, terutama Tuna di
daerah empat musim seperti jenis Tuna Sirip Biru atau Bluefin Tuna.
Untuk itu,
Indonesia sebagai salah satu produsen utama Tuna hasil tangkapan alam, tentu
mempunyai kontribusi dan peranan penting dalam pelestarian perikanan Tuna.
Peranan Indonesia semakin penting mengingat bahwa perairan lepas pantai selatan
Jawa dan Bali adalah daerah pemijahan utama ikan Tuna sirip biru selatan
(Southern Bluefin Tuna). “Berdasarkan latar belakang tersebut, berbagai upaya
pengembangan Tuna harus didukung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi
alam untuk konsumsi,” ujarnya.
Menurut
Sharif, dampak dari penangkapan ini mulai terlihat dengan terjadinya penurunan
hasil tangkapan Tuna dan bahkan penurunan bobot per ekor ikan yang tertangkap.
Ini merupakan salah satu indikasi telah terjadinya penurunan populasi Tuna di
alam oleh akibat tangkapan berlebih. Sebagai negara tropis, Indonesia dinilai
mempunyai masa depan yang baik untuk mengembangkan budidaya Tuna jenis Tuna
tropis seperti Yellow Fin Tuna.
Untuk
membudidayakan Tuna sirip kuning, KKP terus melakukan kajian mendalam terutama
berkenaan dengan ketersediaan benih Yellow Fin Tuna di alam untuk menjamin
keberlanjutan pasokan benih dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam.
Kedua, Pengembangan benih Tuna hasil hatchery yang adaptif terhadap lingkungan
dengan tingkat kelangsungan hidup tinggi, sehingga tidak bergantung benih dari
alam.
Ketiga,
pengembangan pakan alternatif yang mudah didapat dan berkelanjutan sehingga
tidak bergantung pada ikan pelagis kecil yang bernilaii ekonomi tinggi dan
cenderung semakin berkurang ketersediannya di alam. “Faktor lain, adalah
pemilihan lokasi dengan karakteristik layak dari segi teknis budidaya serta
ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pemasaran hasil budidaya yang
memadai serta penyusunan kebijakan dan peraturan yang mendukung pelaksanaan
budidaya Tuna,” paparnya.
(Sumber
: Antara)
EDITOR : shampankbie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar