Di Indonesia
terdapat 65.000 usaha pengolahan pindang ikan laut yang tersebar di berbagai
daerah. Industri pengolahan tersebut masih mengalami kekurangan bahan baku
sebesar 81.404 ton/bulan, atau sebesar 51,5% dari total kebutuhan bahan baku
ikan pindang.
Kelangkaan
pindang ikan laut sudah saatnya disubstitusi dengan pindang ikan air tawar.
Selain itu, pengolahan ikan air tawar menjadi produk pindang dapat menyerap
hasil produksi budidaya ikan air tawar, yang selama ini masih dijual dalam
keadaan segar. Pengolahan pindang ikan air tawar telah dilakukan di Jawa Barat,
namun cara pengolahan masih dilakukan sangat sederhana sehingga tekstur ikan
pindang sangat lembek dengan daya awet yang rendah, yaitu sekitar 1-2 hari. Hal
ini disebabkan karena ikan air tawar hidup dalam lingkungan yang berkadar garam
rendah, sehingga kadar air ikan air tawar cukup tinggi yaitu mencapai 75 -82 %.
Untuk
menurunkan kadar air serta memperbaiki tekstur, pada pengolahan pindang air
tawar perlu dilakukan perendaman dalam garam kimia (tawas) atau asam cuka.
Tawas adalah garam kimia yang dalam bahan pangan dianggap aman oleh Food and
Drug Administration bila digunakan menurut prosedur yang disarankan. Selain
itu, hasil penelitian penggunaan 4-10% tawas selama 30-150 menit pada ikan tongkol
sebelum diasap menunjukkan residu tawas yang aman bagi kesehatan. Perendaman
dalam garam kimia atau asam cuka selain untuk menurunkan kadar air dan
memperbaiki tekstur, juga berfungsi sebagai pemucat serta mereduksi lender,
khususnya untuk ikan yang tidak bersisik sepeti lele atau patin. Pengolahan
pindang ikan air tawar dilakukan dengan menggunakan bumbu, sejenis bumbu pepes
sehingga produk yang dihasilkan berbeda dengan produk pindang ikan laut.
Penggunaan bumbu ini selain digunakan untuk menutupi adanya rasa lumpur yang
sering terdapat pada ikan air tawar, juga dapat meningkatkan cita rasa serta
kenampakan pindang ikan yang diolah, serta mencegah terjadinya kelengketan
antar produk pada ikan yang tidak bersisik (lele atau patin). Pindang ikan air
tawar dapat dijadikan sumber gizi protein bagi masyarakat karena mempunyai
kandungan protein yang cukup tinggi.
Sebagai
contoh, pindang ikan mas mengandung protein sebanyak 21,3%, lemak 10,7%,
abu/mineral 4,1% dan kadar air 63,9%; sedangkan pindang ikan lele mempunyai
kadar protein 20,8%, lemak 9,1% abu/mineral 3,7% dan kadar air 64,9%. Manfaat
penerapan teknologi ini adalah meningkatkan nilai tambah ikan air tawar menjadi
produk olahan ikan siap saji, sekaligus memanfaatkan hasil produksi ikan air
tawar, yang saat ini budidayanya sedang digalakkan.
PERSYARATAN TEKNIS
- Pengolah harus mengetahui bahwa seperti halnya ikan laut, ikan air tawar merupakan produk yang mudah busuk sehingga dalam pengolahannya perlu penerapan rantai dingin dan penanganan yang cepat, saniter, dan higienis.
- Pengolah harus memiliki seperangkat alat untuk pemindangan berupa dandang perebus serta oven untuk mengurangi kadar air.
Pindang ikan
air tawar dapat diolah dari ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis
niloticus), ikan mujair (Oreochromis mosambicus), ikan tawes (Puntius
javanicus) dan ikan nilem (Osteochilus hasselti), lele (Clarias
grapiennes) dan Ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang biasanya
diperoleh dalam keadaan hidup. Sebelum diolah ikan dimatikan dengan cara cold shocK
dengan menggunakan air pada suhu rendah (4 C) selama 15 menit. Ikan selanjutnya
disiangi dengan membelah bagian perutnya dengan menggunakan pisau yang tajam
kemudian dikeluarkan isi perutnya. Ikan kemudian dicuci sehingga darah dan
kotoran lainnya hilang. Ikan yang sudah disiangi dan dicuci kemudian direndam
dalam larutan tawas 0, 5% atau asam cuka 1% selama 30 menit. Ikan kemudian
direndam kembali dalam pasta bumbu yang terdiri dari bawang putih 1,2%,
lengkuas 1%, kunyit 1 %, jahe 0,2%, daun salam 1 %, sereh 1 %, garam 5% dan
gula 5% selama 30 menit. Pasta bumbu dibuat dengan cara menghancurkan bumbu dengan
air 1 : 1 dengan menggunakan blender.
Penambahan
bumbu diharapkan dapat menutupi adanya bau lumpur yang sering timbul pada ikan
air tawar. Ikan yang sudah dibumbui kemudian dialasi dengan daun bambu dan
disusun satu persatu dalam dandang pengukus. Ikan kemudian dikukus selama 4 – 5
jam dengan menggunakan api sedang sehingga durinya menjadi lunak.
Pindang ikan
mas yang diperoleh kemudian didinginkan pada suhu kamar, selanjutnta dioven
pada suhu 80-90 derajat C selama 1 jam untuk menurunkan kadar air serta aw
pindang. Pemanasan kembali dalam oven tersebut dapat menurunkan kadar air
pindang dari 72- 76% menjadi sekitar 60-62 derajat C , seperti kadar air
pindang ikan laut. Pindang akan lebih awet apabila dikemas dengan kemasan
plastik polietilen dengan ukuran lebar 10 cm panjang 20 cm dengan ketebalan 0,8
mm. Agar kemasan menarik, ikan pindang diberi diberi alas karton putih dan
kemasan diberi label sesuai dengan ketentuan pelabelan. Bila disimpan pada suhu
dingin (2-4 derajat C) pindang yang sudah dikemas dengan kemasan plastik
tersebut dapat bertahan hingga 25 hari.
Sumber :
Anonymous. 2013. Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta
http://medialuhkan.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar