Kolam tanah banyak
ditemukan di tengah-tengah perkampungan dan pekarangan rumah. Kolam tanah air
tenang, bisa dibuat di tempat-tempat dengan sumber air terbatas.
Kelebihan kolam tanah
dibanding kolam tembok, kolam terpal atau akuarium adalah kekayaan hayatinya.
Karena tanah yang menjadi dasar kolam merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya
berbagai organisme yang menunjang kehidupan ikan. Organisme tersebut bisa
bermanfaat juga sebagai pakan alami bagi ikan.
Biaya pembuatan kolam
tanah relatif lebih murah dibanding jenis kolam lainnya. Kolam tanah juga lebih
fleksibel, gampang dialih fungsikan untuk tujuan lain seperti sawah. Wajar bila
banyak pembudidaya ikan tradisional masih menggunakan jenis kolam ini.
Untuk mengetahui bagaimana
struktur dan cara membuat kolam tanah, silahkan baca artikel sebelumnya
mengenai cara membuat kolam tanah.
TIPE KOLAM TANAH
Terdapat berbagai tipe
kolam tanah yang dikenal saat ini. Diantaranya kolam tanah dengan tanggul
tanah, kolam tanah dengan tanggul tembok atau batu, dan kolam tambak air payau.
Kolam tanah dengan tanggul
tanah biasanya digunakan oleh para petani ikan tradisional. Pembuatan kolam
tipe ini murah dan mudah. Namun pemeliharaannya perlu ketelatenan karena
tanggul kolam mudah rusak dan bocor. Tanggul tanah juga seringkali dirusak
binatang-binatang yang suka menggali seperti kepiting.
Kolam tanah dengan tanggul tembok disebut juga kolam semi intensif, kolam ini lebih awet dan tahan lama. Tanggul kolam juga tidak akan rusak diganggu binatang, kolam seperti ini bisa digunakan untuk budidaya ikan lele atau budidaya belut yang dikenal sering membuat lubang.
Kolam
tanah dengan tanggul tanah dan tanggul tembok. (Gambar: Gusrina, 2008)
Tambak air payau biasanya
digunakan oleh petani ikan yang dekat dengan laut. Tambak merupakan kolam air
tenang dengan ukuran yang relatif besar. Biasanya tidak kurang dari 1000 m2
satu kolamnya. Sumber pengairan tambak berasal dari air laut atau muara sungai.
Sehingga air kolam tambak rasanya payau.
PEMBAJAKAN TANAH
Dasar kolam yang telah
dikeringkan dan dijemur, selanjutnya diolah dengan cara dibajak atau dicangkul.
Kedalaman pembajakan sekitar 10 cm. Pembajakan tanah berfungsi untuk membalik
tanah agar tanah menjadi gembur.
Bersamaan dengan
pembajakan, angkat lumpur hitam yang biasanya tersisa di dasar kolam. Lumpur
hitam tersebut terbentuk dari sisa pakan yang tidak habis dimakan ikan. Lumpur
hitam biasanya menimbulkan aroma busuk dan mengandung gas beracun seperti
hidrogen sulfida (H2S), nitrit (NO2) dan amoniak (NH3).
Disamping itu, lakukan
pemeriksaan terhadap pematang atau tanggul-tanggul. Bila ada kebocoran atau
rusak segera ditambal. Bersihkan juga dasar kolam dari kerikil dan sampah
anorganik.
PENGERINGAN KOLAM
Pengeringan kolam tanah
harus dilakukan setiap kali budidaya ikan dimulai. Caranya dengan mengosongkan
isi kolam dan menjemur dasar kolam. Penjemuran berlangsung selama 3-7 hari
tergantung cuaca dan jenis tanah.
Sebagai patokan,
penjemuran sudah selesai apabila tanah terlihat retak-retak. Penjemuran yang
terlalu lama akan menyebabkan tanah membatu. Sebaiknya jangan sampai seperti
itu. Untuk mengukurnya, injak dasar kolam. Bila telapak kaki kita hanya
meninggalkan jejak sedalam kurang lebih 1 cm, pengeringan sudah dianggap cukup.
Bila jejak yang ditinggalkan masih dalam, penjemuran belum maksimal.
Pengeringan dasar kolam
tanah dilakukan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit yang mungkin
ada pada periode budidaya sebelumnya. Sebagian besar mikroorganisme patogen
akan mati dengan sinar matahari kekeringan. Selain itu, penjemuran juga
membantu menghilangkan gas-gas beracun yang terperangkap di dasar kolam.
PENGAPURAN KOLAM TANAH
Kolam tanah yang telah
dipakai budidaya ikan biasanya keasaman tanahnya meningkat (pH-nya turun). Oleh
karena itu perlu dinetralkan dengan memberikan kapur pertanian atau dolomit.
Derajat keasaman ideal bagi perkembangan ikan biasanya berkisar pH 7-8. Bila derajat
keasaman tanah kurang dari itu perlu pengapuran.
Jumlah kapur yang
diberikan untuk menetralkan pH sekitar 2 ton/ha. Namun jumlah pastinya harus
disesuaikan dengan pH tanah dan jenis tanah. Pada jenis tanah liat berlumpur,
takaran pengapuran untuk menetralkan pH tanah adalah sebagai berikut:
- pH
kurang dari 4,0 jumlah kapur 4 ton/ha
- pH
4,0 – 4,4 jumlah kapur 3 ton/ha
- pH
4,5 – 5,0 jumlah kapur 2,5 ton/ha
- pH
5,1 – 5,5 jumlah kapur 2 ton/ha
- pH
5,6 – 6,5 jumlah kapur 1 ton/ha
Dosis di atas perlu
ditambah bila jenis tanahnya semakin dominan tanah liat. Sedangkan untuk tanah
yang semakin berpasir, dosis pengapurannya dikurangi.
Pengapuran diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah, kapur diaduk dengan tanah yang telah dibajak hingga merata. Usahakan agar kapur tercampur hingga kedalaman 10 cm. setelah itu, kolam didiamkan 2 - 3 hari.
PEMUPUKAN KOLAM TANAH
Setelah proses pengapuran
selesai, langkah selanjutnya adalah pemupukan. Sebaiknya gunakan pupuk
organik sebagai pupuk dasar. Apabila dirasa kurang, bisa ditambahkan
pupuk kimia atau penyubur tanah lainnya. Pupuk organik mutlak diperlukan untuk
mengembalikan kesuburan tanah.
Pupuk organik akan
merangsang aktivitas kehidupan dalam tanah. Tanah yang kaya bahan organik
merupakan surga bagi berbagai macam organisme untuk berkembang biak.
Organisme tersebut nantinya sangat bermanfaat sebagai pakan alami
ikan.
Jenis pupuk organik yang
digunakan bisa pupuk kompos atau pupuk kandang. Dosisnya
sekitar 1-2 ton per hektar. Pupuk ditebarkan secara merata di permukaan dasar
kolam. Bila dirasa kurang, bisa ditambahkan pupuk kimia. Pupuk kimia yang
sering dipakai untuk dasar kolam adalah urea dan TSP. Setelah dipupuk, kolam
dibiarkan selama 1-2 minggu. Selanjutnya, kolam siap untuk diisi air.
PENGGENANGAN KOLAM
Tahap terakhir persiapan
kolam tanah adalah penggenangan kolam dengan air. Caranya dilakukan secara
bertahap. Pertama-tama genangi dasar kolam dengan air setinggi 10-15 cm. Dengan
kedalaman air seperti ini sinar matahari masih bisa menembus dasar kolam.
Sehingga berbagai macam tumbuhan dan hewan bisa berkembangbiak.
Biarkan kondisi tersebut
selama 2-3 hari. Warna air akan terlihat kehijauan. Itu tandanya gangang
sebagai makanan biota air dan ikan telah tumbuh. Setelah itu ketinggian air
bisa dinaikkan hingga 60-75 cm dan kolam siap untuk ditebari benih ikan.
Referensi
- Ghufran Kordi. 1997. Budidaya
ikan nila. Dahara Prize, Semarang.
- Gusrina. 2008. Budidaya ikan
Jilid I [pdf]. Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
- Kholis Mahyuddin. 2012. Panduan
lengkap agribisnis lele. Penebar Swadaya, Jakarta.